04.

17 3 0
                                    

Minggu, 12 Juli 2020





Pukul 20:00, Seoul.

Dengan resah Jisung menuruni anak tangga. Malam ini menjadi terasa dingin bagi Jisung. Entah mengapa sedari tadi sepasang mata terasa mengamati dari bawah. Lampu jalan yang remang menambahkan kesan horor. Jendela kamar Jisung mengarah ke jalan depan rumah, tirai jendela kamar terbuka jika Jisung belum tertidur. Tadi, Jisung sedang mengerjakan tugas kuliah. Tetapi ia merasa aneh, diperhatikan secara terus-menerus membuat Jisung sadar. Ia ingin menghampiri pria yang sedari tadi mengamati Jisung tanpa bergerak sedikit pun. Membuat Jisung takut sekaligus penasaran.

Napas Jisung terdengar tidak beraturan. Mengambil tongkat baseball terletak dekat pintu. Menggenggam nya erat, memejamkan mata bersiap jika terjadi apa-apa. Masalah nya Jeno malam ini pergi dengan keluarganya, sedangkan nyonya Park berkerja. Dan akan menginap di RS karena tugasnya yang jaga malam, kembali kerumah esok pagi.

Membuka pintu perlahan, kedua mata Jisung menganalisis sekitar halaman. Seseorang yang dicari, sedari tadi berdiri dibawah lampu jalan hilang seketika. Jisung terdiam sejenak, melanjutkan langkahnya menghampiri tempat berdirinya seorang misterius tadi. Membuka semak-semak di sana dengan tongkat baseball, dan hasilnya nihil tidak ada apa-apa. Jisung membalikkan badannya, netra nya bergerak melihat sekeliling. Hanya suara angin menyapu dedaunan, serta hewan jangkrik yang ada.

Iris mata Jisung melihat arah jalan didekat ayunan, dibawah pohon besar. Ayunan itu terletak didepan rumah Sakura. Di dekat ayunan terdapat apa yang Jisung cari, seorang pria dengan pakaian serba hitam. Wajahnya tertutup rapat oleh masker hitam, tidak terlihat sama sekali. Satu tangannya terangkat, bergerak melambai kearah Jisung pelan. Lalu jari-jari nya membuat pola, seperti bahasa isyarat?.

Jisung menyipitkan matanya, berusaha menangkap apa yang dikatakan pria itu dengan bahasa isyarat. Jisung hanya mengerti sedikit tentang bahasa isyarat, belajar dari Chenle karena ia sering mengunjungi panti asuhan anak berlebihan khusus.

Jisung berusaha melihat semua pergerakan nya dari kegelapan malam. Sebelum pergerakan terakhir, tangannya menurun. Mata Jisung membelak seketika, menuruni saliva  nya dengan susah payah. Keringat dingin keluar mengenai pelipis Jisung. Tangan yang memegang tongkat baseball terasa basah karena keringat keluar dari kedua telapak tangan.

"Aku akan mengawasi mu, selalu."

Sebuah kata dari bahasa isyarat yang dikatakan pria misterius serba hitam itu. Jisung segera melangkah kearah pintu rumah dengan cepat. Melirik sekilas kearah rumah Sakura dekat ayunan dan oh gosh!. Pria itu mengejar Jisung. Membuat langkah Jisung bertambah cepat. Sesampainya, Jisung segera menutup pintu. Membanting nya kuat lalu mengunci nya. Jantung Jisung berdegup kencang, dadanya kembang-kempis, napas nya tidak beraturan. Kini rambut Jisung terasa lembab karena keringat memenuhi tubuhnya. Merasa tidak terjadi apa-apa, Jisung mengintip melalui lubang intip yang disediakan untuk memastikan keamanan dengan melihat keluar tanpa membuka pintu.

Netra Jisung melihat kedalam lubang, ternyata pria misterius tersebut berdiri disana. Tidak bergerak sama sekali, ia hanya terdiam menatap pintu rumah Jisung, tiba-tiba melangkah mendekat. Membuat jantung Jisung berdegup kencang kembali. Jika Jisung dipilih untuk bermain game hantu sendiri atau kondisi sekarang, Jisung akan memilih bermain game hantu sendiri!. Sungguh, sekarang Jisung merasa di film horor. Diteror oleh penjahat dan mengancam Jisung.

Pria misterius tersebut berdiri tepat didepan pintu rumah Jisung. Awal-awal ia hanya berdiri. Tetapi seketika tangannya memegang gagang pintu rumah, membentur kan kepala dirinya di pintu. Membuat Jisung melompat terkejut. Pria misterius itu terus membentur kepalanya keras ke pintu, membuat suara debuman keras berisik. Mungkin jika dilihat dari luar, pintu Jisung penuh oleh bercak darah.  Tanpa sadar bulir bening keluar dari ujung mata Jisung, tidak perduli jika saat ini Jisung dianggap pria pecundang!. Yang ia mau saat ini hanya menangis sekuatnya, berlari dan memeluk sang ibu erat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'M WIN | PJS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang