Kamis, 20 Juli 2019
"Pelaku pembunuhan berantai 1 keluarga Jepang telah di amankan oleh pihak berwajib. Pelaku di tangkap di kediamannya yang sedang bersama sang Ibu pukul 19;00 Korea Selatan. Saat di introgasi pelaku mengaku tidak melakukan pembunuhan, melainkan ia dituduh. Pihak kepolisian masih menyelidiki kasus ini."
"Lihat, dia membunuh keluarga Watanabe."
"Tidak kusangka anak sebaik dia melakukan kejahatan itu."
"Apakah Nyonya Park tidak mengajarinya dengan baik."
"Bagaimana perasaan Ayah nya mengetahui anaknya berbuat kejam."
Saat ini ruangan terasa mencekam. Atmosfer terasa menurun dan dingin. Sepasang mata menatap seorang anak remaja berusia 19 tahun yang sedang menunduk gelisah, sesekali ia mengusap wajahnya dengan gusar. Mencoba menjawab pertanyaan dari orang yang ada di depannya. Kedua tangannya terikat oleh penahan yang di buat dari logam bernamakan, handcuffs di letakkan 30 menit lalu. Ruangan dengan suasana serba putih serta kaca besar yang ada di sisi ruangan itu, terdapat tiga orang yang sedang mengawasi mereka dari luar. Tidak lupa dengan pendingin ruangan yang menambah suhu udara terasa sejuk seperti di kutub utara.
"Jadi, kenapa Anda berkata bahwa anda tidak bersalah, Tn. Muda Park Jisung?" Ujar Detektif Kim Doyoung.
Selaku lisensi di kepolisian unit utama Seoul yang beberapa kali memecahkan kasus kasus kriminal tersulit sehingga Kim Doyoung mendapat penghargaan dari kepresiden Korea Selatan. Dia memanfaatkan sains untuk memecahkan kasus kejahatan. Awalnya Kim Doyoung berasal dari keluarga biasa saja. Dia harus meniti jalan terjal untuk menyelesaikan pendidikan farmasi, kemudian disusul dengan ilmu kimia. Memiliki asisten terpercaya bernama Ten.
Rambutnya sangat kacau karena sesekali ia menariknya. Matanya memerah sedikit bengkak karena sedari tadi menahan tangis. Otak nya teringat kejadian 4 jam lalu. Dimana sekelompok polisi datang dengan tiba tiba ke rumah nya setelah ia menerima sebuah paket ber ukuran kotak sedang. Dimana sang Ibu menangis dengan kencang saat ia di bawa oleh aparat kepolisian. Memohon agar mereka melepaskan putra semata wayangnya itu.
Jisung mengangkat kepalanya dengan perlahan. Hembusan napasnya terasa begitu berat. Kim Doyoung menunggu jawaban tidak sabar. Matanya dengan tajam dan jeli menatap Jisung seperti elang. Mata dan otak yang bertugas selama 4 tahun terakhir. Memiliki ingatan fotografis yang membuatnya sanggup mengigat wajah kriminal meskipun sedang menyamar dan detail penting di tempat kejadian perkara TKP.
"Saya menerima senjata itu saat saya pulang setelah mengambil paket Ibu saya yang ada di rumah korban, Tn. Kim."
Kim Doyoung mengangguk. Kemudian tangannya meraih secangkir kopi yang ada di hadapannya setangah hangat itu karena sedari tadi di diamkan.
"Lalu?."
"Tidak lama kepolisian menangkap saya, mereka menarik paksa tanpa mendengar penjelasan saya. Membawa saya ke tempat ini yang bahkan belum pernah saya kunjungi."
Dan Doyoung menaruh kembali secangkir kopinya. Matanya beralih ke arah jendela besar yang ada.
Di samping kirinya. Dua orang sedang mengamati mereka berdua dan merekam segala percakapan dan pergerakan mereka. Pria berdarah Thailand sedang sibuk dengan laptopnya tidak lupa kacamata bening berbentuk bulat bertengger di hidung mancungnya, Ten.
"Apa kau ingat muka pengirim nya?" Tanya Kim Doyoung.
Sebuah suara gertakan gigi terdengar begitu jelas. Rahangnya yang lancip mengeras seketika. Beberapa urat besar di leher jenjangnya terpampang jelas. Pandangan Jisung berubah menjadi tajam. Napasnya terdengar tidak beraturan, di bawah meja berwarna putih tangannya mengepal kuat.
"Dia............"
"Anak dari korban itu sendiri."
To Be Continued
Terimakasih sudah mampir ke book ini, baru pertama kali bikin cerita thriller jadi harap maklum ya hehew. Jangan lupa vote dan dukungan nya, semoga kalian suka....
Salam,
KookRa20
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M WIN | PJS
Fanfiction"Do you like time traveler? About the game of time for example? " Rank: #5 di thiler Januari 15 2021