25. Nothing.

190 10 0
                                    

"Layaknya hujan yang tak peduli seberapa banyak orang yang meneriakinya untuk berhenti."

_______

~Fay Aleshia.

Anzela mencengkal lengan Reino saat lelaki ini melihat kepergian Fay yang menampakkan wajah tanpa arti.

"Mau kemana?" Anzela menghela napas.

Reino menatap gadis yang terlihat murung tiba-tiba ini, "Ada sesuatu yang gue harus—."

"FAY? DIA LAGI?" Anzela memajukan langkahnya, menerka jelas apa yang ingin Reino akan lakukan.

"Kita baru aja jadian, kenapa kamu malah mau ngejar dia? Rei..." suara Anzela memelan.

Reino terdiam, pikirannya tampak kalut sekarang. "Maafin gue." ucap Reino melepaskan tangan Anzela.

Anzela melotot, Reino tersenyum tipis kearahnya lalu lelaki ini pergi berlari sekuat tenaganya.

Anzela mengejarny, "REINO! REI!!!!" teriak Anzela berteriak nyaring hingga akhirnya gadis itu tersandung satu kakinya dan terjatuh.

"FAY!" teriak Reino mengedarkan pandangannya, kali ini suasana hatinya tampak kacau, pikirannya terbayang semua kenangan kurang romantis namun begitu bermakna dalam hidupnya.

Reino mengusap wajahnya lalu turun kebibirmya yang merah merekah lalu kembali mengusapnya kasar. "Apa yang gue lakuin." lelaki itu bergumam kesal.

"Fay." panggilan itu terdengar samar, Reino berlari mencari sosok yang begitu ingin ia temui saat ini.

Selang lima belas menit berlalu, Reino memilih untuk terus berjalan hingga ia melihat sosok gadis yang bersembunyi dibelakang pohon besar itu. Reino medekat dan menghampirinya.

Terdengar suara isakan yang samar, Reino tersenyum gitir, tampak perban lutut gadis itu basah, jangan tanya siapa dia sekarang.

Reino berjongkok dan mendekap tubuhnya cepat, "Hujan, ayo pulang." ucap Reino membuat gadis itu terbangun dari lipatan tangan diatas tekukan lututnya.

Fay mengusap air matanya cepat, gadis itu membuang wajah, "Ngapain lo kesini." ucap Fay serak.

Reino tersenyum, tubuhnya basah kuyup dan kali ini ia mengangkat dagu Fay hingga wajah Fay mengarah padanya.

Namun tampaknya usaha Reino untuk membuat Fay menatap padanya terasa sia-sia, gadis ini masih membuang wajah, matanya memerah.

"Jangan dibawha pohon." ucap Reino menarik pergelangan tangan Fay dan mendirikan gadis itu cepat.

Fay meringis merasakan lututnya menegak tiba-tiba, gadis ini menggeram dan menendang kaki Reino, "Sakit bangsat!"

Reino melotot dan meringis, sekilas terbesit kenapa sehabis menangis dengan wajah yang menyedihkan, Fay masih saja bisa mengumpat bahkan menatap dengan tatapan khasnya, tajam dan menusuk.

"Luka lo basah, neduh dulu! Nanti lo sakit!" bentak Reino membalas dengan tatapan tajam.

Fay berdecih, "Nggak usah sok perhatian, nggak butuh."

Reino menghela napas, "Ayo cewek bar-bar, kalo lo mati gue nggak bisa hidup." ucapnya dengan enteng.

Jantung Fay rasanya ingin meledak, tunggu... Maksudnya?

Reino terdiam beberapa saat, rasanya sekarang ia ingin menonjok kepala Fay hingga gadis itu amnesia, "Sstt— Jangan bengong bagong, cepet neduh.. Gue obatin, nggak usah bayar, gratis." ucap Reino menyengir.

Stagnation (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang