03. Leave it upset.

320 24 1
                                    


"Ini semua hanya keinginan manis yang terbesit dalam sebuah harapan semu yang tak memancarkan sebuah tanda-tanda munculnya sebuah keterkabulan"

__________

Fay Aleshia.

"Lo mending diem, daripada gue plester mulut lo" Reino menunjuk wajah Fay yang sedari tadi mengomel karena tingkah Reino yang membuatnya gagal bersantai.

Oh iya niat Fay untuk tidak berkomunikasi pada mahkluk ini gagal. Gagal!

Saat mengantar Fay tadi, Reino tiba-tiba menanyakan apakah ayah Fay dirumah? Jelas tidak, Diandra selalu pulang malam.

Dan Reino tiba-tiba mengajaknya untuk membuat makanan bersama, ah lelaki ini mencoba membuat Fay melakukan sesuatu yang bisa menguntungkannya.

Reino tidak suka makanan yang dibeli, ia hanya suka makanan rumahan, ini memang kenyataannya.

Kini kedua pasang kekasih ini berdiri didapur yang tampak bersih dan rapi, saling cek-cok adalah hal yang mereka lakukan saat ini.

Fay mendegus, "Kenapa lo masukin garemnya banyak banget?!" Fay menarik toples kaca berisi garam itu, sok tahu dengan apa yang sedang dikerjakan kekasihnya.

Dan Reino menariknya lagi, "Brisik, lo mending liatin gue! Terus lo praktekin nanti, kalau udah bisa lo bikinin sarapan gue tiap hari ya... Babu!" ucap Reino menyeblak serbet diwajah Fay.

Fay mengepalkan kedua tangannya, jadi ini motif lelaki ini mengajaknya memasak?! Sial.

"Mending gue bantuin deh, kalo cuma liat muka lo aja rasanya pengen nyeplokin telor." Fay menarik mangkuk berisi tepung itu dan mengaduknya asal, kesal hingga mengepul dan berhamburan kemana-mana.

"Argh... Lo ngaduk adonan aja berantakan, tolol!"

"Sok iye banget sih lo, terus gue harus diem jadi tiang listrik disini? Lagian ngapain lagi bikin makanan, gue bisa kok beliin lo makanan mahal —."

"Ssttt... Gue juga bisa, tapi gue gak suka!" Reino menempelkan telunjuknya dibibir Fay.

Gadis itu menatap dan menepis telunjuk Reino, "Ya kenapa? Lagian masakan lo paling rasanya kayak cicak suwir—."

"Kalo ngomong blepotan mending nyebur kolam paus aja sana!" sembur Reino membuang wajah dan sibuk dengan kegiatannya.

Fay menggeram, kenapa ia ditakdirkan memiliki kekasih yang menyebalkan juga begitu ia cintai ini?!

Alay.

"Yaudah terserah lo, gue mau kesalon." ucap Fay mengendikan bahu dan berbalik. Tak peduli.

Namun sial, tangan Reino yang kotor yang bercampuran adonan itu dengan santainya menarik rambut Fay, gadis itu melotot dan menggeram.

Bisa-bisanya, lelaki itu sedikit menjambak membuat Fay memundurkan langkahnya.

"Rambut gue! Ih jijik banget sih?! Lo nyari masalah banget sama gue." Fay menghentakan kakinya kesal.

Reino tertawa, "Jangan kemana-mana, bantuin gue." ucap Reino menatap kekasihnya yang sibuk membersihkan rambut ombrenya itu sambil sesekali ia mendengar umpatan pelan gadis itu.

Stagnation (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang