26. Flourish

167 12 1
                                    

"Setidaknya buat hal yang menyenangkan untuk dikenang."

_______

-Reino Ardiestiro.

Pukul 06.00, SMA Galaksi.

*Cup.

BRENGSEK! KAGET.

Fay menjauhkan wajahnya tiba-tiba, "Ngelunjak lo anj—."

Reino melotot, sialan. Reino menyumpah serapah dalam dirinya karena telah mencium pipi Fay tiba-tiba.

"Nggak.... Lupain aja." ucap Reino menatap gadis yang memilih mengeluarkan ponselnya itu.

Papa:
Maafin Papa, Papa kasih dispensasi buat kamu. Beritau pacar kamu itu buat ngadain pertemuan sama keluarga kita. Kalau bisa lebih baik dari Sebastian, no problem, that's the choice.

Fay mengunci ponselnya. "Rei." panggil Fay.

"Hm? Lo nggak bakal bilang Anzela dibully apa nggak kan? Dia udah babak belur dikroyok masa."

Fay memutar bola matanya malas, siapa peduli? Hanya itu yang ia rasakan karna mefitnah Fay, tapi Fay lebih merasakan sakit yang membuatnya jijik untuk mengingatnya.

"Kok tiba-tiba nanyain, merasa kasian ya?" tanya Reino.

"Masa bodo sih njing, maksud gue..." Fay menutup mulutnya.

JANGAN TOXIC LAGI TOLOL! geram Fay kesal.

"Bokap lo cuma punya pilihan Anzela? Hm... Maksud gue. Kita ada kesempatan kan?" tanya Fay beranjak lalu berhadapan dengan Reino.

Reino menghela nafas, "Gue yakin ada, tapi Papa selalu prioritasin perusahaan dia. Ini nggak adil, dia cuma memperalat gue—."

"Jangan ngomong gitu, udah ah lupain aja. Jalanin aja dulu." ucap Fay memundurkan langkahnya, memilih berdiri sejajar dengan Reino dikoridor yang tampak masih sepi ini.

Fay ingin mengurungkan kalimatnya tadi, untung saja Fay tidak keceplosan jika Diandra memberinya kesempatan bagi pacarnya. Ia bahkan sudah bersumpah tak ingin melihat Diandra.

Ini begitu menyakitkan, Fay tertunduk dan berjalan mendahului Reino. Bagaimana bisa Diandra menebus kesalahannya dengan hal itu?

"Eh PE'A kok gue ditinggal." ucap Reino mencekal tangan Fay.

"Makan dikantin dulu yok, terpaksa nih nggak makan semaleman." tawar Reino membuat Fay menepis tangannya.

"Tumben mau makan dikantin."

"Ah ayok buruan!"

"Gue nggak laper."

"Nanti lo sakit, muka lo pucet kayak mayat idup. Hm jangan baper, bahaya." ucap Reino menegakkan tubuhnya.

"Rei, main basket." putus Fay menatap Reino.

"Lo nyuruh gue main basket sekarang?" Rieno tampak melotot.

Fay mengangguk dengan entengnya, "Gue mau main juga."

"Gue laper, butuh energi. Sekarang lo nyuruh main basket, curiga gue. Mau caper lo sama Geng Verdenzo?"

"Nggak lah."

"Terus? Tumben."

"Mumpung sepi, yuk." Fay menarik lengan Reino.

"Makan dulu, pas rame baru deh... Sekalian ngumbar kemesraan sesekali."

ANJING! Reino hendak menerkam dirinya sendiri sekarang.

Stagnation (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang