Hal pertama yang Ayesha dapati saat dia sampai di kelas adalah, “CHA ANJIR BASAH KUYUP GITU LO?”
Itu Nasya, langsung lari ke arah Ayesha yang berdiri kaku di depan pintu kelas, diikuti Kimberly di belakang yang dengan sigap menenteng jaketnya sama sweater biru Nasya.
“Goblok, harusnya jangan balik ke kelas,” batin Ayesha saat penghuni kelas lain jadi menatapnya bingung.
Sebelum ditanyai (mengingat beberapa dari mereka pasti tau Igith ke luar buat jemput Ayesha), Kimberly mendorong Ayesha menjauhi kelas, mengarahkan cewek imut itu jalan menyusuri lorong menuju ke ruang ganti.
Sementara itu Nasya tetap tinggal di kelas, berdiri gitu aja di depan pintu kayak Mail nungguin Cikgu Melati datang.
SALAH FOKUS, BAMBAAAANG.
Kemudian setelah sosok yang ia tunggu nampak dari ujung lorong dengan payung warna pink teringkup masih basah, Nasya langsung sigap mencegat.
“Temen gue kenapa tuh balik-balik basah? Payungnya lo monopoli?”
Igith diem aja, udah mirip anak kena marah emak.
“Heh, gue nanya, dijawab dong?”
“Nih, fotokopiannya.” Bukannya menjawab, Igith justru menyerahkan plastik bening berisi fotokopi ke arah Nasya, dan dia menyenderkan payung basah Arin ke dekat rak sepatu depan kelas.
“Gi,” Nasya menahan Igith yang baru saja mau masuk kelas.
“Nas, diem dulu, lo jangan bikin gue makin bingung.”
Nasya dalam hati, “LAH KENAPA JADI GUE YANG SALAAAAH?”
Sementara itu penghuni kelas yang berisi rakyat kepo, semua kompak bertanya-tanya.
"Ouch, spicy,” batin Yoga ini salah satu contohnya.
“Apa liat-liat?” Nasya menyemprot dengan galak, mendadak masuk mode Bendahara.
“Ayesha?”
Nasya memutar otak, “Igith noh telat jemput, Ayesha udah setengah jalan, jadi dia bablas aja sambil hujan-hujanan, nih angketnya dikasih ke Igith, buruan ambil sini.”
Alasan yang gak jelas, tapi diiyain sama warga kelas.
“Igith mah kalo ibarat Pangeran di cerita Sleeping Beauty, Princess-nya keburu sekarat, orang dia datengnya telat,” celetukan Wira langsung membuyarkan segalanya.
“Daripada lo di cerita Rapunzel? Mau rambutnya udah diturunin sampai mentok, lo tetep aja gak bisa ngegapai,” balas Igith.
Tidak mau kalah, Bung.
Nasya menghela napas, baguslah, jadi terdistraksi.
🍒
“Mber, kok gue goblok banget, ya?”
“Bagus, sadar,” ledek Kimberly, Ayesha tidak punya tenaga buat marah.
“Pasti anak kelasan pada bingung,” Ayesha ngusak rambut basahnya, “pasti nanti gue ketahuan pernah berusaha mepet Igi, terus nanti jadi bahan julid, terus nanti nyebar ke luar kelas, terus pacarnya tau, terus gue dikatain kegatelan, terus—”
“Cukup, babi,” Kimberly menempelkan telunjuknya ke bibir Ayesha untuk mendiamkan cewek itu. Visualisasinya gini:
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lalu hening sesaat.
“BANGSAT, JOROK,” Kimberly meperin jari dia yg kena bibir Ayesha (bonus liurnya dikit), ke rambut basah Ayesha.