“Pembagian kelompoknya bagaimana, Bu?”
Guru kimia yang baru saja selesai menjelaskan tentang konsep praktikum minggu depan, menepuk tangannya, “Biar praktis dan cepat, urut absen saja, ya? Satu kelompok isi enam orang.”
Penghuni kelas ada 24, satu kelompok isi enam orang, berarti jadi empat kelompok. Ayesha absen enam belas, kalau pembagian kelompok urut absen, berarti kelompok Ayesha dimulai dari absen tiga belas sampai absen delapan belas.
Kimberly absen dua belas, Nasya absen dua puluh, berarti Ayesha tidak akan sekelompok dengan dua sohib seperbodohannya itu.
Ayesha pun mulai memastikan siapa saja rekannya dengan merunut dan menuliskan nama yang sudah ia hapal di luar kepala pada selembar kertas.
「
Kelompok 3
13. Kirel Alesandro (San)
14. Mahdaris Yudham (Yudham)
15. Malvin Igith (Igi)
16. Mona Ayesha
17. Nadharu Wiratama (Wira)
18. Nanda Nayoga (Yoga)」
Ayesha tersenyum lega meski anggotanya cowok semua. Soalnya, mereka bisa diandalkan tanpa terkecuali, ya walaupun ngelenongnya juga nomero uno, sih.
Sampai kemudian Ayesha sadar sesuatu, mata sipitnya melebar.
“YANG BENER AJA????”
Semua pasang tertuju ke arah Ayesha. Mampus, dia kelepasan teriak.
🍒
“Bertingkah senatural mungkin, jangan kayak minggu lalu, malu-maluin.” Kimberly berkacak pinggang.
Ayesha yang sedang memakai jas laboratoriumnya jadi salah tingkah, “Kan gue kaget, Mber...”
“Tingkah lo kayak yang gak pernah jadi satu kelompok aja sama Igith, terus juga kayak yang beda kelas terus mendadak jadi satu kelas alias ketara banget. Dulu gak gitu padahal—oh iya nyet, lupa, maap.”
Ayesha tepok jidat, temennya ini emang kayak bodat.
Baru saja Ayesha buka mulut mau meladeni, Yoga tiba-tiba nimbrung, “Sha, kelompok lo sebelah sana, ngapain ngumpul sama ember berisi nanas?”
Kimberly yang sempat terdorong kecil oleh Yoga, langsung menendang tetangganya itu, “Ember palalo tiga.”
“Mirip Cerberus, dong. Kok lo tau sih, Mber? Oh lupa, penghuni tetap neraka sih ya.”
Ayesha dan Nasya menahan tawa, nyaris saja Yoga dan Kimberly adu argumen kalau guru tidak masuk ke laboratorium.
🍒
Keseriusan Ayesha yang lagi bantuin Yudham jadi buyar waktu San nyeletuk.
“Lowkey pengen pindah kelompok aja, sekelompok ama Wira nih males banget gue.”
Langsung disambar sama Wira, “Nyenyenye, situ lebih kaga solutif padahal.”
“Diem, lo berdua gue siram HCl nih,” ancam Igith sambil mengangkat sebuah wadah berisi larutan bening mirip air.
“Halah nyet mana sini mana,” tantang San. Ia meraih-raih wadah yang dipegang Igith, sampai jinjit-jinjit.
Ayesha sudah melirik-lirik cemas, mengingat sarung tangan kerja cuma ia, Yudham, dan Yoga yang pakai.
Igith, San, dan Wira tugasnya mengamati dan mencatat, jadi mereka tidak pakai pengaman selain jaslabnya.
Bukan gimana-gimana, dia ingat pesan aslab yang tadi memberikan bagian bahan kimia ke kelompok mereka.
“Biarpun cuma praktik sederhana, jangan kebanyakan bercanda, ada bahan kimia soalnya.”
Baru saja membatin, betul saja wadah yang dipegang Igith oleng, menyebabkan isinya sedikit tumpah dan mengenai tangan besar Igith.
Ayesha sebagai ketua kelompok dadakan ya jelas panik, dia teriak di dekat telinga Yudham, “SAN SAN SAN, TARUH IH TARUH, IGITH SINI IKUT GUE”
Ditariknya Igith menuju ke wastafel, lalu dengan cekatan, Ayesha menyalakan kran dan membiarkan tangan Igith terbasuh air mengalir.
“Sakit? Panas gak? Perih gak? Tadi kena muka gak?”
Igith yang cengo, cuma menggeleng.
“Habis ini ke UKS, atau nanti gue tanyain ke aslab—”
“Gue gak papa anjir, Sha, udah ayo balik praktik aja?”
Tatapan cengo Igith berubah melembut, Ayesha baru tersadar, lalu berdeham dan berjalan mendahului Igith kembali ke meja praktik, masih agak panik sebenarnya.
“San, tadi aslab bilang ati-ati, kan? Bahaya! Tadi kalo misal tumpahannya ngenain lo juga, gimana? Jangan main-main terus dong, ah!”
San yang dimarahi oleh Ayesha mode ibu tiri jadi bingung sendiri, mukanya lebih cengo dari Igith tadi.
“Sha, tapi yang Igith pegang tadi cuma air biasa, kok. Nih HCl-nya sama Yoga.”
Ayesha menoleh patah-patah ke arah Yudham yang barusan bicara.
“Lah?”
“Kan lo sendiri yang bilang biar bahan kimia kita yang pegang, terus tiga oncom ini nyatat aja? Masa lo lupa?” Ini Yoga, bikin Ayesha tambah malu sampai ke ujung kaki.
“A—ya, yaudah! T-tetep aja ati-ati, jangan bercanda mulu, gue masukin empang juga lama-lama!” Ancam Ayesha, menutupi salah tingkahnya.
“Etdah enak bener Igith diperhatiin sama Ayesha,” San padahal barusan pasang muka paling cengo, sekarang balik iseng lagi.
“Awwww, malu banget,” timpal Wira sambil pasang pose ala-ala Cherrybelle.
Ayesha diceng-cengin gitu jadi engap sendiri, dia diam-diam memperhatikan reaksi yang bersangkutan alias oknum Malvin Igith.
LAH SI PAIJO, DIA MALAH IKUTAN KETAWA-KETAWA GAK JELAS
“Iri bilang bossssss,” sahut Igith setelah menjitak si kembar beda orang tua alias San dan Wira.
“Permisi, MAKSUD LO APA YA ANYING?” — Mona Ayesha
🍒
Kalo main ke lab tuh harus mati matian nahan hasrat pengen main main, soalnya ngerusak alat atau bahan = uang saku satu semester atau lebih bisa melayang
by the way chaptnya gak bisa diurutin dahlah gue nyerah, kalo ngacak, maaf ya 😭

KAMU SEDANG MEMBACA
To Reach You | Mingi, Chuu ✔
Fanfic❝ Katanya, ciri makhluk hidup itu salah satunya peka terhadap rangsang. Berarti, dia bukan makhluk hidup, dong? ❞ ¦ Published: 09-11-19 Republished: 07-10-20 Finished: 20-02-22 ☀ Summerlake series ©favorbitea