Waktu terus berjalan seperti air yang mengalir melalui pipa Rucika hingga ke pelosok Indonesia. Mashiho dan Nako kini sedang menempuh semester empat dunia perkuliahan, sementara Haruto duduk di bangku kelas 11 semester akhir.
Dihitung-hitung, sudah empat bulan sejak terakhir kali Mashiho dan Nako pulang kampung. Papah juga sedang sibuk-sibuknya syuting di negeri sebelah untuk film baru. Rumah hanya dihuni Haruto, Pak Daesung, Pak Kyuhyun, dan dua orang ART. Pasti membosankan, seperti kisah cinta Yoshinori yang begitu-begitu saja. Tetapi karena Haruto anak yang penyabar, beriman, berkahlak, beradab, dia tidak mengeluh dan tetap melalui hari-hari dengan bermain catur bersama Pak Daesung di pos satpam.
Untuk tempat tinggal Mashiho dan Nako di Bekasi sana, Yudai membeli sebuah rumah tingkat dua dengan kamar yang cukup banyak, supaya Asahi dan Yeji bisa ikut menetap di sana—katanya, makin rame makin asik dan aman.
Kampus Asahi letaknya tidak begitu jauh dari rumah mereka, sedangkan Yeji berada di kampus, fakultas, prodi, bahkan kelas yang sama dengan Nako.
Selain Mashiho, Nako, Asahi, dan Yeji, sebenarnya Changbin, Hyunjin, dan Chenle juga menempuh pendidikan tinggi di Bekasi. Tetapi, berhubung rumah Chiba yang satu ini tentu tidak sanggup memuat orang sebanyak itu, jadilah mereka mencari kediaman masing-masing.
Meski demikian, tetap saja masih (SANGAT) sering datang dan bermain ke rumah Chiba.
Seperti hari ini, misalnya.
"Fanta di kulkas punya siapaaa?" Yeji berteriak dari dapur, mengambil satu botol plastik minuman berwarna merah terang.
"Punya Cio, kayaknya!" jawab Nako tak kalah nyaring.
"Punya gue," koreksi Asahi yang duduk santai sambil memainkan ponsel di sebelah Nako.
"Oh, punyanya Asahi, Ji!" Nako langsung menyampaikannya ke Yeji.
Tidak lama, Yeji kembali dengan tangan penuh es krim bungkusan dan meletakkannya di meja. Sontak saja, jadi bahan rebutan mereka yang kelaparan saat menonton film. Bisa dilihat ada juga ada Hyunjin, Changbin, Chenle, Jeno, Jihoon, Jaehyuk, dan Junkyu yang turut meramaikan ruang tengah.
Sebagai informasi, empat orang terakhir adalah teman satu kos Hyunjin dan Changbin yang entah sejak kapan jadi sering ikut-ikutan nimbrung di rumah Chiba. Jangan ditanya kosan seperti apa yang mereka tinggali. Wuih, sewa perbulannya empat kali UMR Bekasi. Kalau kata orang, kosan anak sugih.
Sementara itu, Chenle memilih untuk tinggal di sebuah unit apartemen yang dikelola oleh keluarganya.
Memang, sultan di atas sultan.
Ryujin berbeda, terpisah jauuuuh sekali. Perempuan itu kini berada di Kalimantan, tinggal di kediaman kakek neneknya. Dan Jaemin ... setia pada Bogor tercinta.
"Le, malming party di tempat lo, mau ga?" ajak Hyunjin semangat. "Ntar gue bawa cewek-cewek cakep."
Yeji yang berdiri di dekatnya langsung melayangkan satu geplakan.
"Sinting lo. Mau dikeroyok penghuni sebelah?" Chenle melirik dengan mata menyipit. Melihat itu, Hyunjin pun membalas tak kalah sinis.
"Unit lo gak redam suara apa?"
"Suara lo tuh enggak mempan diredam."
"Oalah, lumba-lumba diem aja, ya. Lo, tuh, yang kalo mabuk bikin kita beberapa kali ditendang gara-gara berisik."
Adu mulut mereka pun berlanjut. Yeji yang sudah muak, akhirnya memutuskan untuk meraih remote dan menambah volume televisi saja. Ini lebih baik daripada tangannya capek-capek memberi pelajaran pada Hyunjin, yang tentu saja tidak ada gunanya. Pemuda satu itu seakan memang ditakdirkan untuk selalu mencari ribut sana-sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whimsical Siblings : The Next Level
FanfictionKelanjutan kisah Chiba bersaudara