(12) i trust you

712 172 28
                                    









"DORRR!!!"

"EH EH EH MONYET! HEHHHH!!??!"



Chaewon terlonjak, teriak sampe mengumpat keras ketika tiba-tiba seorang cowok melompat dari atas pohon.

Cowok itu membuka tangan seperti gerakan mencakar. Dia ketawa lebar liat gadis Kim itu berhasil kaget sampe nyaris lempar botol airnya.

"Sunwoo sialan!" marah Chaewon, kini betulan lempar botol airnya ke arah Sunwoo dan berhasil kena kepalanya.

Chaewon sama sekali gak sadar dengan siapa dia berhadapan sekarang.

Tapi entah angin apa hari ini, Kim Sunwoo gak ambil hati, dan malah kembali menertawakan Chaewon.

"HAHAHAHA! Kaget?"

"BANGET ANJIR GUE PIKIR MONYET BENERAN TAU!"

Sunwoo malah memeragakan gaya monyet, menggaruk pantat dan kepalanya. Lalu tertawa sendiri, ambil posisi duduk di samping Chaewon yang mendelik.

"Heh heh heh ngapain!??"

"Ya duduklah, masa mau bertani?"

"Haha, lucu sekali Sunwoo." Jawab Chaewon ketawa datar.

"Ya, lo juga lucu."

APALAGI NIH!??

Chaewon mengerjap, yang gak lama mendengus. Dorong pelan bahu Sunwoo yang terkekeh.

Cowok itu berdeham. Memandang Chaewon yang terdiam menatap lapangan, memperhatikan anak-anak kelasnya yang lagi bermain dodge ball sambil teriak-teriak heboh.

"Gak ikutan main?" tanya Sunwoo.

"Gak, panas."

"Cih, lemah."

"Ya suka-suka dong, kok lo sewot?" balas Chaewon jadi tersulut. terik matahari bikin dia dua kali lipat lebih sensitif. "Terus lo nangkring di atas pohon juga napaaa? kamuflase jadi monyet???"

"Ngadem, woi. Mana ada monyet. Gue ganteng gini." Jawab Sunwoo gak terima.

"Dih? Pede banget?"

"Alah gak usah sok, lo di surat bilang gue ganteng ya." Balas Sunwoo menyindir.

Chaewon yang mau membalas jadi kembali mengatupkan bibir. Kini berperilaku lebih kalem, ingat surat cinta yang nggak sengaja terkirim ke beberapa cowok, salah satunya Kim Sunwoo ini.

Sementara yang cowok mengangkat alis, sadar perubahan sikap Chaewon di sampingnya. Ia terkekeh.

"Jadi bener dari lo, Chae? Makase."

"Ck, gak usah bahas." Potong Chaewon cepat, kemudian mendorong-dorong tubuh Sunwoo menyuruhnya pergi.

"Masih harus dibahas woi. Itu isinya penting tau. Nah kebetulan kita ketemu di sini, langsung aja kita bicarakan ya."

YA TAPI GUE MALU SUNWOO BISA NGERTI DIKIT GAK SIH!? DASAR COWOK GAK PEKA!

"Lo bilang gue nakal. Abis itu lo bilang gue ganteng. Eehhh habis itu lo baper? Hahahaha lucu, Chae. Udah gue baca sampe akhir. Ternyata bener ya, cewek emang gak jelas."

Chaewon menutup telinga, "yaudah gak udah cerita! Sobek aja kertasnya!"

"Ya jangan dong itu kan harta! Hahaha!" seru Sunwoo tertawa, menghindar dari tendangan kecil Chaewon yang menjerit.

"BUANG, SUNWOO! GUE BILANG BUANG YA BUANG!"

"Gue gak mau!" Sunwoo masih keukeuh, "itu isinya penting! Ada orang yang percaya sama gue! Ada orang yang ngecap gue sebagai orang baik! Makanya itu penting gak bakal gue buang!"

Sunwoo njelasinnya ngegas. Bikin Chaewon tersentak, jadi agak takut. Suara Sunwoo kalo keras jadi kayak ngebentak gitu.

Gak cuma itu, Chaewon jadi terdiam. Mulai memahami penjelasan Sunwoo.

Cowok itu mendengus, menarik botol air Chaewon dan meminumnya sampai tandas. Ia melirik kecil, liat si gadis yang ambil jarak agak jauh.

"Gue tuh gak maksud buat malu-maluin lo. Boleh lo anggep surat lo itu aib, memalukan, menjijikan. Tapi bagi gue engga. Surat lo itu pengakuan yang selama ini gue cari."

Sedikit jeda sebab Sunwoo menelan ludah, "thanks lo udah anggep gue orang baik, percaya sama gue."

Chaewon mengerjap, perlahan mendekat dan kembali duduk di samping Sunwoo. Tepukan kecil di bahu, sekedar menenangkan si cowok yang jadi emosional.

"Sunwoo, sebelumnya gue gak tau elo. Ya jadinya, buat apa percaya sama orang-orang? Lagian kalo dipikir, lo gak nakal sih. Lo tengil."

Kalimat terakhir itu bikin Sunwoo melirik sinis. Chaewon cuma nyengir.

"Lo muji gue, habis itu ngatain gue tengil? Makasih Kim Chaewon."

"Ya, sama-sama Kim Sunwoo." Jawab Chaewon riang, tertawa menghadap Sunwoo yang ikut terkekeh, geli dengar suara tawa Chaewon.

"Lo bilang dulu lo takut sama gue?"

"Hoo, takut liat muka lo. Preman abis."

"Tapi kok sekarang gak?"

"Ya kan gue udah liat yang sebenernya. Lo gak nakal, lo bukan preman sekolah. Lo cuma anak kecil tengil yang butuh perhatian. That's it. Anak kayak lo cuma perlu temen aja yang bisa sharing gini."

"Yaudah, lo jadi temen gue ya, Chae?"

"He?"

Gadis Kim itu kini menghadap sepenuhnya ke arah Sunwoo yang barusan bicara begitu. Si cowok yang pakai tindik hitam di telinga kanannya itu gak bergeming, masih tatap lurus ke arah lapangan memperhatikan teman sekelas Chaewon yang masih berlarian riang menjauhi bola.

"Kata lo gue cuma anak yang perlu temen buat sharing. Yang bikin mind blowing gini. Ya cuma lo."

"Temen lo kan banyak, Woo?"

"Yang ngertiin gue cuma elo, Chae." Jawab Sunwoo tenang, "lo tau dalemnya gue dan percaya gue anak baik. Makanya gue butuh lo, biar gue bisa jadi lebih baik lagi."

"Sunwoo, gue gak sebaik itu lho?"

"Ya gue tau. Tapi apa salahnya kita saling melengkapi? Saling kasih tau hal yang baik, ingetin buat jauhin hal buruk. Kita bisa feedback gitu. Mau kan?"

Permintaan yang blak-blakan. Sunwoo santai banget, gak tau kalau Chaewon bingung setengah mati. Tertegun juga, baru kali ini liat sisi lain dari seorang Kim Sunwoo.

Sisi yang gak banyak orang tau, soalnya Sunwoo cuma memperlihatkannya pada Chaewon aja.

"Gimana? Lo mau? Kata lo gue gak semenakutkan itu. Harusnya lo gak usah takut ah hahaha!" seru Sunwoo, mengacak poni lepek Chaewon yang jadi mendesis.

Gadis itu merapikan poninya lagi. Menatap Sunwoo lama, yang kemudian berdeham.

"Ya, mau. Tapi ada syaratnya."

"Apa?"

"Lo ke kelas sekarang. Jangan bolos-bolosan lagi. Apalagi kamuflase jadi monyet kayak tadi."

Tangan Chaewon terulur, malah seperti menantang. Dan Sunwoo tanpa ragu membalasnya, menggenggam erat dengan senyum yakin.

"Oke, ntar pulang bareng gue!"

. . .

cie temen

to all the boys i've loved before. ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang