(13) rewrite the stars

695 168 56
                                    












Tadinya.

Tadinya tuh Chaewon mau ke toilet yang ada di ujung gedung. Karena, toilet di dekat kelasnya itu airnya mati. Jadinya Chaewon mau nggak mau jalan jauh ke sana.

Sebenernya gak papa sih. Dia bisa sekalian jalan-jalan, cuci mata liat orang-orang, melipir ke kantin bentar gitu.

Tapi,

Baru mau belok, tiba-tiba ada seorang cowok yang berlari melesat dari arah berlawanan.

Sama sekali bukan urusan Chaewon, tapi jadi iya setelah cowok itu malah menarik tangannya yang membuat Chaewon mau nggak mau ikut berlari kebingungan.

"Heh siapa ini!?"

Cowok itu gak menjawab, tapi menoleh sebentar untuk memperlihatkan wajahnya.

Yunseong.

Iya, Hwang Yunseong. Mantannya.

"HAH YUNSEONG!? NGAPAIN LARI-LARI!??"

"Diem dulu!" balas Yunseong galak. Yang bikin Chaewon refleks diam, mencibir dari belakang walaupun tetap berlari.

Sampai akhirnya Yunseong membawa Chaewon ke gudang olahraga.

"Yunseong lo kabur dari siapa sih anjir!?" tanya Chaewon, ketika cowok itu membuka lemari bekas, menariknya masuk dan segera menutup pintu.

"HEH APA APAAN DI LEMARI PINTUNYA DITUTUP!?? LO MAU MESUM YA!?? LO PASTI MAU——HMPPT"

Racauan Chaewon berhenti, sebab Yunseong membekap mulutnya dengan tangan. Cowok itu memberi isyarat menyuruhnya diam.

Chaewon menurut. Kini nggak protes, karena menyadari posisinya dengan Yunseong ini kelewat dekat. Ukuran lemari yang rusak ini emang tinggi, tapi ramping. Jadi sebenernya nggak cukup untuk dua orang kayak mereka ini.

Mendengar derap kaki mendekat membuat Yunseong makin panik. Tangannya yang tadi narik tangan Chaewon jadi makin mengerat, tahan gugup sebisanya agar nggak mengeluarkan suara.

Chaewon mengerjapkan mata beberapa kali.

Dia juga gugup.

Gugup, soalnya Yunseong ada di depannya gini.

Benar-benar dalam posisi dekat, sampai Chaewon bisa mendengar degup jantung Yunseong tepat di telinganya. Tangannya tanpa sadar memegang ujung seragam Yunseong, jadi ikut merasa panik.

Padahal dia nggak kena masalah apa-apa, tapi Yunseong yang bikin dia ikut masalah yang bahkan Chaewon gak tau ini apa.


"Gak ada orang di sini, anak-anak gak bakal jadiin gudang jadi tempat persembunyian. Mungkin kantin pak."


Suara dari salah satu guru itu membuat keduanya tersentak. Saling melotot satu sama lain, sama-sama kaget. Soalnya suara itu benar-benar ada di depan lemari.

Chaewon memejamkan mata, berusaha tetap tenang sampai derap kaki di luar mulai hilang.

Lalu keduanya menghela napas pelan berbarengan.

Yunseong gak langsung membuka pintu. Tapi malah menaruh kepala di bahu Chaewon. Nggak bohong, senam jantung dan lari-lari tadi bikin dia lemes banget.

Chaewon juga lemes. Sekarang makin lemes saat Yunseong bergerak kecil, masih senderin kepala di bahunya.

"Bentar, masih lemes." gumam Yunseong, seakan tau apa yang dipikirkan Chaewon.

Butuh beberapa waktu Chaewon nunggu, sampai akhirnya Yunseong punya tenaga dan kembali berdiri tegak.

"Ngapain anjir?" tanya Chaewon berbisik keras.

"Bolos kelas, mau lompat dinding, main ke warnet sebelah. Eh malah ketauan mamang bersih-bersih."

"YUNSEONG LO GILA!? Ih diajarin siapa lo!!??" tanya Chaewon, nggak bisa buat nggak kaget.

Pasalnya dulu, Yunseongnya ini masih terhitung anak baik-baik. Sampai mereka putus, menurut Chaewon.

Yunseong jadi merunduk, menciut dengar bentakan Chaewon. Kini berpikir keras mencari jawaban.

"Jungmo yang ajak."

"Wah sialan Mogu," imbuh Chaewon jadi mengumpati Koo Jungmo, "tapi kan lo bisa nolak, Yunseong!?"

"Namanya juga lagi sumpek, Chae. Ditawarin main siapa yang nolak sih." Jawab Yunseong membela diri.

Chaewon mendecih, sekarang cowok ini udah bisa jawab ya? Waw, dia terpukau.

"Mogu mana?" si Chaewon malah nanyain Jungmo.

"Hah? Eu... gak tau juga sih, terakhir kayaknya ke toilet. Tadi kaburnya misah."

"Ck, terus lo narik gue biar ada temennya?"

"Gak gitu, Chaewon."

"Ya terus apa?"

"Gue cuma refleks," Yunseong masih beralasan, "lo tadi liat gue. Dan kalo pak guru nanya ke elo, lo pasti jawab kan gue di mana? Ya udah lo gue tarik aja ikut gue."

Hmmm, masuk akal.

Chaewon sampai terdiam berpikir. Mulai lemah pendiriannya dan ikut setuju dengan alasan Yunseong.

"Eh? NGGAK! Lo pasti alesan doang! Udah ih gue mau ke kelas! Sumpek!" seru Chaewon tiba-tiba, langsung mendorong pintu lemari dan hendak keluar.

"Eh ehh Chaeee tungguuuu!"

"Apalagi sih, Yunseong? Udah gak ada yang dibahas."

"Masih ada yang harus dibahas, Chaewon." Jawab Yunseong cepat, langsung keluarkan sebuah surat yang membuat Chaewon mengumpat dalam hati.


Ya Ampun masalah surat kapan kelarrr!!!??


"Ini lo kan?" tanya Yunseong, menunjuk sebuah amplop warna abu-abu berisi surat cinta dari Chaewon.

"Y-ya... tapi gak niat dikirim! Itu tuh iseng buat kepentingan pribadi! Jangan salah paham!" seru Chaewon menjelaskan dengan panik.

Gelagatnya yang kelewat salah tingkah itu malah membuat Yunseong mengernyit. Merasa ada yang salah.

Tapi kalau diperhatikan, kayaknya Chaewon emang nggak bohong sih. Cewek yang dulu pacarnya itu emang paling nggak bisa bohong. Kalau bohong, hidungnya jadi merah.

Dan sekarang, yang memerah itu bukan hidung Chaewon. Tapi kedua pipinya.

Blushing the fuck.




"Lo masih sayang gue, Chae?" tanya Yunseong, pelan tapi yakin. Tatap Chaewon yang terdiam. Agak takut juga menunggu jawaban cewek itu.


"Dulu sih, Seong..."

Jawaban menggantung itu membuat Yunseong meremas surat di tangannya, masih sabar.

"Isi semua surat itu bukannya udah jelas ya? Susah buat lupain lo, tapi bukan berarti gue mau ngulang semuanya dari awal sama lo. Karena, cerita yang udah selesai, ya udah. Harus ditutup, gak perlu ditambah lagi."

Kalimat panjang yang telak. Sukses membuat Yunseong meluruh, seakan semua pertahannya runtuh.








"Gak ada harapan buat kita kembali?"














"So sorry, Yunseong. Lo yang lebih dulu yang nyakitin gue. Gue nggak mau ngulang sakit yang sama, lagi."

. . .


semua cowok selesaiii hikhikhik besok apa ini ya

kawan kawan, mari tambah bintang dan komennya hehe :D laf

to all the boys i've loved before. ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang