BAB 14 JUPITER MENDAPAT ILHAM

104 22 0
                                    

Air yang diarungi mulai mendangkal, karena hujan sudah berhenti turun di atas. Tidak lama kemudian tinggal setinggi mata kaki, sehingga mereka dapat melangkah dengan lebih leluasa. Beberapa rongga lapang tempat beberapa terowongan bertemu dilalui. Tapi Dmitri kelihatannya hafal sekali jalan yang harus ditempuh.

"Kita nanti keluar di blok tempat Kedutaan Besar Amerika," seru Dmitri sambil menoleh ke belakang. "Mudah-mudahan saja lubang ke luar di sana tidak dijaga."

Lama sekali rasanya mereka berjalan. Walau mereka tidak bisa mengetahui waktu itu di tempat yang gelap-gulita itu, tapi pasti mereka sudah berjalan sejauh delapan blok paling kurang. Bahkan mungkin sudah sepuluh. Tiba-tiba Dmitri berhenti ketika mereka sampai di sebuah rongga lapang lagi yang sebelah atasnya ada lubang untuk ke luar ke jalan.

"Ada apa?" seru Rudi dari belakang. "Kan masih dua blok lagi?!" "Aku mendapat firasat yang kurang enak," kata Dmitri. "Kurasa tempat yang kita tuju itu pasti dijaga, karena mereka tentu menduga bahwa kita akan ke sana. Jadi kalau kita tetap ke luar lewat sana, pasti langsung diringkus! Kalau aku tidak salah, saat ini kita berada di bawah pasar kembang di belakang gereja St. Dominic. Di sini saja kita ke luar. Mereka takkan menunggu kita di tempat ini. Nanti dari sini kita menyelinap masuk ke kedutaan lewat belakang."

"Kurasa kau benar," kata Rudi sependapat. "Baiklah! Kita naik saja sekarang, karena untuk apa tunggu-tunggu lagi!"

Dengan cepat Dmitri memanjat tangga besi yang ada di situ. Sesampainya di atas ia menjunjung tutup lubang lalu mengintip sebentar ke luar. Setelah itu didorongnya tutup berat itu ke samping. Ia sendiri merangkak ke jalan. "Cepat naik!" serunya ke bawah. "Nanti kubantu!"

Dmitri membantu Elena naik, kemudian Bob. Bob terkejap- kejap sesaat karena merasa silau. Langit nampak mendung. Jalan-jalan masih basah kena hujan malam sebelumnya. Mereka ternyata muncul di suatu gang sempit yang diapit rumah-rumah tua yang berdempet-dempet letaknya. Banyak sekali kios-kios kecil dalam gang itu. Para penjual berpakaian kuno sibuk mengatur kembang dan buah-buahan yang diharapkan akan laris terjual hari itu. Mereka tercengang ketika melihat Dmitri bersama rombongannya tahu-tahu muncul dari lubang atas terowongan.

Rudi membantu Dmitri mengembalikan tutup lubang yang berat itu ke tempat semula. Kemudian Dmitri mengajak rombongannya pergi dari situ, tanpa mempedulikan tatapan mata heran yang terarah pada mereka. Tapi baru saja berjalan sekitar lima puluh meter, tahu-tahu Dmitri berhenti melangkah. Di ujung gang muncul dua prajurit pengawal istana. "Cepat, kembali!" seru Dmitri. "Kita harus bersembunyi!"

Tapi sudah terlambat, karena kedua prajurit itu sudah melihat mereka. Dan dari pakaian yang basah kuyup, dapat diketahui dengan jelas dari mana mereka datang. Kedua prajurit itu langsung lari mengejar sambil berteriak-teriak. "Ayo berhenti! Atas nama Wali Negara, kalian kami tangkap!"

"Tangkap saja kalau bisa!" seru Dmitri membalas dengan sikap menantang. Ia mengayunkan lengannya, memberi isyarat pada Rudi serta yang lain-lainnya. "Ikut aku!" serunya. "Kita lari ke gereja. Ada kemungkinan-"

Anak-anak tidak mendengar lagi apa yang dikatakan sesudah itu. Mereka langsung lari mengikuti sambil mengelakkan tubrukan dengan orang-orang yang lalu-lalang dalam gang itu. Sekitar selusin prajurit mengejar di belakang. Tapi kaki tangan Adipati Stefan itu lebih banyak menemui kesulitan untuk lewat, karena sementara itu para penjual sudah berhamburan ke tengah gang. Mereka ingin tahu apa yang menyebabkan keributan pada saat sepagi itu.

"Menepi! Menepi!" Para prajurit yang mengejar berseru-seru dengan sia-sia.

Bob melihat kubah gereja St. Dominic yang kemilau menjulang di atas deretan atap rumah-rumah kuno yang memagari gang. Napasnya mulai tersengal-sengal. Dalam hati ia bertanya- tanya. Apa gunanya mereka bersembunyi dalam gereja? Paling- paling hanya akan memperlambat saat mereka tertangkap nanti. Tapi Dmitri kelihatannya mempunyai rencana tertentu- dan saat itu bukan waktunya untuk bertanya-tanya.

(09) TRIO DETEKTIF : MISTERI LABA-LABA PERAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang