Chapter 3: Yuli

19 4 0
                                    

Terdengar bel tanda Istirahat, aku menghela nafas panjang, tangan ku sibuk memasukkan buku pelajaran kedalam tas.

Brak

Seseorang memukul mejaku dengan keras, saat kulihat ternyata orang tersebut adalah Adityo Putra, salah satu teman yang bisa ku percaya di sekolah ini, teman-teman 1 kelas memanggilnya dengan sebutan Adit, berbeda dengan yang lain, aku memanggilnya dengan sebutan Dito, dan hasilnya, ia lebih suka dipanggil Dito ketimbang dipanggil Adit, "Yoh,kok lu bisa bisanya kenal duluan sama Yuli?" ucapnya setengah berteriak.

"Duh, dit, gak usah teriak dong" pintaku, "Lagipula Yuli siapa?" aku memasang wajah heran.

"Anak baru yang tadi lu bawa pas jam pelajaran sejarah" balasnya.

"Owh, perempuan itu namanya Yuli toh, gw tadi disuruh sama Bu Harun buat nganterin dia keliling sekolah, pas gw tanya dia masuk kelas yang mana, dia jawabnya di kelas ini, yaudah gw antar" jawabku.

"Hoki setahun kepake sumpah, terus?, lu dapet nomornya?" tanya Dito lagi.

"Gak lah..., ngapain gw minta nomornya" aku bangun dari duduk ku dan berjalan pelan menuju pintu kelas.

"Wait!..., kenapa?, dia cakep banget asli dah, mungkin aja lu bisa kepincut sama dia" ucap Dito seraya berusaha mengikutiku.

"Seorang atlit harus mengorbankan waktu, uang hingga kisah cintanya agar bisa fokus dan menjadi juara" aku berhenti tepat sebelum keluar dari kelas.

"hilih, atlit apanya, lu aja gagal di penyisihan tingkat kota" cibir Dito.

"Iya-iya gw kalah sama yang futsalnya juara 3 Nasional" balasku.

Sekilas sebelum meninggalkan kelas, aku melihat Yuli yang tengah mengamati kami berdua, karena perasaan ku tidak enak, aku segera menambah kecepatan berjalan ku, entah kenapa, aku tidak tahan berlama-lama di dekat perempuan itu, ada semacam firasat buruk yang akan terjadi jika aku terus berdekatan dengan perempuan itu.

Sesampainya di kantin, kami segera duduk dan memesan makanan, "Mau makan apa?" tanya ibu-ibu penjaga kantin.

"Es teh manis sama bakso bude" jawab Dito.

"Saya sate taichan bude, minumnya es susu coklat yaa" ujarku,

"Ada lagi?" tanya ibu penjaga kantin.

"Saya pesan mie rebus 2 ya bude, minumnya es susu coklat"

Setelah semua pesanan sudah tercatat, ibu-ibu penjaga kantin pun pergi meninggalkan meja kami, Dito mengalihkan pandangan kepada laki-laki bertubuh besar yang duduk di sampingku.

"Aura keberadaan lu bener-bener gak ada ya Brahma" ucap Dito

"Itulah spesialnya diri gw"

Laki-laki yang duduk di sampingku ini namanya Brahma Kurniawan Santoso, biasa dipanggil Brahma, ia terkenal dikarenakan badannya yang sangat besar, tingginya 191 cm, dan ia juga baru kelas 1 SMA, "Lu ada kegiatan apa abis pulang sekolah?" tanya Dito.

"Voli kaya biasa" .ucap Brahma dengan lemas.

"Lu kenapa lemes banget?" aku menepuk pundaknya.

"Gak kenapa-napa, cuman lagi males aja" jawabnya.

"Semangat dong, lu kan salah satu Ace Voli di Tim Nasional" ujar Dito menyemangati.

"Tim Futsal kita juga gw denger-denger masuk kejuaraan Nasional ya?"

"Iyalah, siapa dulu dong pemain nomor 17 nya"

"Cih, goodluck ya buat lu semua yang masuk kejuaraan Nasional"

SilatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang