Chapter 5: The Truth

17 3 0
                                    

Rafli menendang dengan kaki kirinya, namun Yohan sudah memprediksi serangannya, ia lalu dengan cepat menghindar lalu membalas serangannya dengan tangan kanan, Rafli terlihat mundur sejenak, mereka kini memasang kuda kuda kembali sembari mengatur nafas masing-masing, setelah puas bernafas Rafli mulai mendekati Yohan, melihat sebuah celah, Yohan menendang dada Rafli dengan kaki kirinya, dan di susul dengan pukulan tangan kanan, kedua serangan Yohan sukses mengenai dada Rafli.

Tanpa membuang waktu Yohan segera mengambil langkah maju dan menyerang bagian perut Rafli menggunakan tangan kirinya, sebelum Rafli bisa membalas, sebuah tendangan yang keras mengenai dadanya,Rafli terjatuh akibat serangan Yohan barusan, dengan cepat Haruo menghentikan pertarungan, ia memberi isyarat kepada Yohan agar menuju sudut matras.

Haruo mendekati lawanku, dari wajahnya Haruo tampak sedikit khawatir, setelah beberapa saat ia berbincang dengan lawanku, Haruo kemudian berjalan mendekatiku dan mengangkat tanganku menandakan bahwa latih tanding telah berakhir dan dimenangkan olehku, beberapa orang segera berjalan ke matras lalu membantu lawanku yang sedari tadi memegangi dadanya. Setelah merasa aman, Haruo kemudian melanjutkan latih tanding yang tadi sempat terhenti, Yuli membantuku melepaskan pelindung tubuhku, "gimana?, badan lu ada yang sakit?" tanya Yuli.

"Gak" jawabku pelan.

"Tangan kiri lu?" tanya Yuli lagi.

Aku hanya terdiam mendengar pertanyaan Yuli barusan, "Udah lepas ikatannya" ujar Yuli.

10 menit kemudian, karena merasa bosan melihat pertandingan, aku lalu berdiri dan berjalan menuju pintu gedung olahraga, setelah keluar dari gedung olahraga, aku melihat Rafli, lawanku di pertandingan tadi, ia tengah duduk di bangku taman sekolah, aku pun memberanikan diri untuk berkenalan dengannya, "Lu yang tadi lawan gw ya?" tanyaku.

Ia sempat kaget melihat kehadiran ku, "I...iya, nama gw Rafli Abi" ucapnya agak malu.

"Salam kenal ya, nama gw Yohan Ganendra" ucapku sambil tersenyum, "Gw kelas 10, kalau lu?" lanjutku.

"Sama, gw juga kelas 10" jawabnya.

Kami akhirnya berbincang cukup lama di bangku taman, ia menceritakan bahwa ia mengidap penyakit Asma sejak kecil, itulah mengapa ia tadi menyerah ketika aku berkali-kali menyerang area dadanya. Berkebalikan dengan badannya yang cukup besar, Rafli di sekolah dikenal sebagai anak pendiam dan pemalu, dan Silat lah yang bisa membuatnya cukup terkenal di sekolahnya.

"Gw kalau ngobrol sama lu, jadi berasa kaya ngobrol sama Osvaldo" ucapnya.

"Osvaldo?" ucapku dengan memasang wajah bingung.

"Iya, orang pertama yang ngajak gw bicara di kelas" jawabnya.

"Dia ikut eskul Silat juga?"

"Enggak, dia ikut eskul Futsal, katanya dia sih..., dulu kakaknya alumni sekolah ini"

Tiba-tiba ada suara teriakan yang menarik perhatian kami berdua, "Yohan!, latihannya udah mau selesai, masuk sini" teriak Alyssa.

Kamipun segera masuk lagi kedalam gedung olahraga, tidak lama kemudian, latihan ditambah latih tanding gabungan SMA Garuda dengan SMA Serigala Utara kini sudah selesai, kami semua pun akhirnya sibuk berkemas. Aku yang baru saja selesai merapikan matras merasakan sebuah tangan memegang pundak ku, akupun menoleh dan ternyata pemilik tangan itu adalah Rafli yang sedang tersenyum ke arah ku.

"Ada apa?" tanya ku.

"Bus sekolah gw dikit lagi mau pergi, gw cuma mau ngucapin selamat tinggal aja ama lawan gw" ucapnya.

"Kenapa harus selamat tinggal?" tanyaku, "Lu kan kalah sama gw di sparring, gw akan nunggu lu di pertandingan asli" ucapku.

"Tapi itu butuh waktu, karena gw butuh waktu buat jadi sekuat lu" Rafli mengulurkan tangannya

SilatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang