Chapter 10: Ardiansyah

12 1 0
                                    

"Jangan gugup ya" ucap Haruo sambil menepuk-nepuk punggungku.

Aku berbalik dan balas meninju tangannya pelan, "Lu juga, semifinal ini coy, kapan lagi kita bakal ketemu di final"

Kamipun tertawa bersama-sama hingga akhirnya pintu ruang atlit terbuka, Ardiasnyah masuk kedalam ruangan dengan Brian, "Sebelum ke final lu harus kalahin gw dulu Han" cibir Ardiansyah.

"Patahin lagi aja tangan atau kakinya biar pensiun dini" lanjut Brian.

"Apa lu bilang?" ujar Haruo seraya mengangkat tangan kanannya.

Tanganku dengan cepat menahan Haruo yang sudah ingin memukul wajah Brian, aku melihat sekitar, kami sudah menjadi tontonan orang-orang yang berada di ruangan atlit ini, "Har, udah oi, kita jadi bahan tontonan, jangan bikin malu nama sekolah" bisik ku di telinga Haruo.

Ardiansyah mendorong Haruo agar menjauh dari Brian, "Woi, di silat, lu di ajarin berantem di luar matras?" tanya Ardiansyah.

Haruo baru bisa tenang ketika Bu Chika dan beberapa panitia datang karena mendengar kabar bahwa ada yang berkelahi di ruang atlit, alhasil, kami berempat mendapat teguran keras dari panitia, dan jika kami ketahuan berkelahi satu sama lain, kami akan didiskualifikasi dari turnamen. "Siap-siap ya, Yohan Ganendra dan Muhammad Ardiansyah" kata seorang dari panitia sambil membukakan pintu.

Kami berdua berjalan bersampingan di ikuti oleh Bu Chika dan Brian di belakang kami, "Udah siap mental?" Ardiansyah mencoba memancingku.

"Shut up" ucapku setengah berbisik.

"Partai ke 37, pesilat Muhammad Ardiansyah yang menempati sudut biru melawan pesilat Yohan Ganendra yang menempati sudut merah, untuk kedua pesilat agar memasuki gelanggang B."

Aku dan Bu Chika berjalan ke arah sudut merah, sedangkan Haruo dan Brian berjalan menuju ke sudut biru, wasit kemudian memberiku isyarat untuk maju ke tengah lapangan, wasit seperti biasa memberikan instruksi dan menjelaskan secara singkat peraturan dalam bertanding Silat. Setelah selesai menjelaskan, wasit menyuruh kami agar mundur beberapa langkah.

"Siap?"

Ardiansyah membuka lebar kakinya, ia melakukan kuda-kuda yang tidak asing bagiku, aku tersadar bahwa itu kuda-kuda yang sama 2 tahun lalu.

"Nostalgia sekali" ucapku seraya membentuk kuda-kuda.

"MULAI!"

Yohan mulai mendekati Ardiansyah, tanpa membuang-buang waktu, Ardiansyah dengan cepat menendang tepat di perut Yohan, Yohan yang terkena serangan telak berusaha untuk mundur dan memberi ruang untuk bernafas, namun Ardiansyah tidak mau melepaskan Yohan begitu saja, kaki kirinya maju dan menendang dada Yohan, namun tangan Yohan berhasil menangkap kaki kiri Ardiansyah.

"Masih sama gaya serangan lu ternyata Ardiansyah."

Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, kaki kananku berhasil menyapu kaki kanannya, dan dengan segenap kekuatan, aku membantingnya ke matras dengan cukup kuat.

"BERHENTI!"

Ardiasnyah Nampak kesakitan setelah jatuh dengan lumayan keras ke matras, wasit memberi isyarat bahwa bantingan yang kulakukan tadi sah, Ardiansyah berhasil bangkit kembali dan wasit pun menyuruh kami agar bersiap dan memasang kuda-kuda lagi.

"MULAI!"

Berbeda dengan sebelumnya, kini Ardiansyah terlihat terus mengatur jarak, Yohan berusaha menyudutkannya ke garis luar matras namun dengan cepat dia segera bergerak menjauhi garis matras tersebut. Ardiasnyah lalu berusaha untuk menendang bagian pinggang Yohan, namun serangan tersebut berhasil Yohan hindari.

SilatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang