Delapan belas

845 98 226
                                    

Malam hari telah tiba,

Jimin bergerak resah di atas ranjangnya. Berkali kali menatap kosong pada langit langit kamar. Sedetik kemudian mengalihkan pandang ke arah lain, sambil memeluk guling.

Mata sipitnya tak sekalipun mau terpejam dengan damai. Padahal sendirinya sudah mengantuk dan lelah.

Ya, lelah.

Terlintas dalam fikirnya kejadian beberapa jam lalu.

Setelah menikmati makan malam, si namja Park juga Min itu saling melempar senda gurau. Sesekali di selipi profil diri agar jauh lebih dekat satu sama lain.

Bibir tebalnya melengkung ke atas kala tawa sang kekasih masih terngiang ngiang di dalam kepala.

Jatuh cinta memang rupa rupa.

Namun sedetik kemudian, namja dengan tinggi 174cm menggeleng keras. Seharusnya ia khawatir saat ini, mengingat tak ada sedikit pun kabar dari sang sahabat. 

Dengan terburu ia bangkit dan mengambil duduk pada pinggir ranjang. Ia mengambil sebuah ponsel yang tergeletak di atas nakas. Menghubungi seseorang.

Alangkah sedih saat tak ada sedikit pun kabar dari teman seatap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alangkah sedih saat tak ada sedikit pun kabar dari teman seatap. Waktu sudah menginjak tengah malam, namun belum ada titik terang.

Dengan langkah gontai ia berjalan menuju pintu. Dalam benak ia berharap, semoga saja kekasihnya itu belum tidur. Dan mau mendengar keluh kesahnya malam ini.

Berlebihan memang. Sudah makan gratis, menumpang berisitirahat diri di tempat yang begitu nyaman jug mewah. Belum lagi ia memintanya untuk mendengad curhatan konyol akan seseorang yang membuatnya sulit tidur.

Ya semoga saja pria pucat itu tak terusik bahkan marah.

Gagang pintu di tekan ke bawah dan di tariknya ke belakang. Namja Park keluar dengan lesu sambil menutup pintu.

"Lho belum tidur?"

Sebuah kalimat meluncur begitu saja berbarengan saat mendapati satu sama lain masih dalam kondisi terjaga.

Namja tertua menghampiri yang termuda. Menautkan kedua tangan masing masing dan membawanya pada sofa ruang tengah.
Menempatkan kepalanya pada bahu sempit yang ia miliki. Sembari mengelus jemari gemuk yang sudah ada dalam genggaman.

"Ada apa, sayang?"

Jimin menggulung senyum tipisnya kedalam. Mungkin indera pendengarnya harus terbiasa dengan kata sejuta rasa itu mulai saat ini. Walaupun tak dapat di pungkiri ia begitu menyukai sensasi rasa hepi, malu, juga meledak ledak kala mendengar kata itu di ucapkan.

Simpel. Padat. Jelas. Mabuk kebayang.

Kombinasi yang pas untuk membunuh rasa 
kesendirian dan juga dahaga akan cinta.
Di himbau untuk para pembaca untuk tidak menyelipkan rasa dengki ya.

COSPLAYER'S TRAP - JINVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang