0ㅡ "Ayah kecewa sama kamu!"

910 91 7
                                    

Selamat Membaca!
•••••




Jihoon melangkahkan kakinya perlahan ke dalam bangunan bercat putih tersebut. itu rumahnya, walaupun gak pernah terasa seperti rumah.

tangannya bergerak membuka pintu coklat di depannya. kakinya mulai melangkah masuk, lalu kemudian ia menghela nafas saat melihat keadaan rumah yang sepi.

bagus lah, sepertinya si Nenek lampir itu lagi pergi keluar.

Nenek lampir yang Jihoon maksud itu Ibu tirinya.

wanita itu memang gak pernah cocok dipanggil dengan sebutan 'Ibu'. dan memang sampai kapanpun juga Jihoon gak mau manggil wanita itu dengan sebutan 'Ibu'.

Jihoon memilih untuk langsung masuk ke kamarnya sebelum wanita itu pulang.

ia melepas almamater warna maroon yang melekat di tubuhnya lalu meletakkan tas warna hitam miliknya ke atas meja belajar.

lelaki manis itu merebahkan tubuhnya ke atas kasur. lalu matanya menatap langit-langit atapnya dengan sendu.

tiba-tiba ia rindu dengan seseorang.

seseorang yang dulu pernah memeluknya erat jika Jihoon gak sengaja melakukan kesalahan sambil berkata 'gak apa-apa Jihoon, wajar kalau manusia melakukan kesalahan. kuncinya cuma kamu harus belajar dan berusaha supaya gak melakukan kesalahan yang sama.'

wanita yang sudah melahirkan Jihoon ke dunia dan meninggalkan Jihoon sebelum ia sempat bilang terimakasih.

Jihoon terduduk lalu bergerak ke arah lemari bajunya, ia mengambil sebuah hoodie berwarna abu-abu lalu mengenakannya.

langit belum terlalu gelap, jadi Jihoon memutuskan buat datang mengunjungi makam mendiang Ibunya.

kakinya bergerak cepat menuruni tangga.

"JIHOON!!"

ekspresi Jihoon berubah seketika ketika mendengar teriakan nyaring milik seorang wanita yang ia yakini merupakan ibu tirinya.

Jihoon langsung berjalan ke arah suara yang menurutnya dari arah dapur.

saat menuju kesana ia berpapasan dengan adik tirinya, doyoung.

lelaki itu hanya menatap lurus ke depan melewati Jihoon, dan begitu juga Jihoon yang hanya melewatinya.

mereka memang gak cukup dekat untuk saling menyapa.

ehm, gak juga sih.

memang Jihoon aja yang menolak dekat.

sesampainya di dapur, Jihoon langsung mendapati lemparan sebuah gelas kaca dari ibu tirinya itu.

gelas itu hampir mengenai dahinya kalau aja Jihoon gak menghindar. untungnya gelasnya terlempar jauh dan gak mengenai Jihoon sedikitpun.

Jihoon langsung menatap tajam ke arah wanita itu, tangannya kelihatan sedang memegang gelas lainnya, yang mungkin siap dilemparkan ke Jihoon kapan aja.

"HEH! SINI KAMU!" perintah wanita itu pada Jihoon.

Jihoon gak menurut dan masih tetap berdiri di tempatnya sambil menatap malas.

"kenapa sih? berisik."

hampir setiap hari ibu tirinya itu selalu memarahi Jihoon dan melakukan kekerasan terhadapnya, namun akan berpura-pura bersikap baik dan lembut di depan Ayah Jihoon.

"gak tau diuntung! masih mending kamu udah dapat tempat tidur di rumah saya! pulang sekolah bukannya cuci piring sama bikin makan malah diem di kamar!" bentak wanita itu dengan wajah yang memerah.

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang