10ㅡ "cepet sembuh, Bin."

324 70 5
                                    

Selamat membaca!
•••••









kakak beradik tiri itu berakhir duduk di salah satu bangku restoran ayam.

dan di depan mereka ada pesanan yang baru aja mereka pesan.

Jihoon memperhatikan ayam dan snack yang baru dia pesan dengan mata berbinar. sudah lama ia tak merasakan rasanya makan makanan cepat saji.

berbeda dengan Jihoon, Doyoung justru terus memperhatikan Jihoon dengan tatapan datar khasnya.

kemudian Jihoon yang akhirnya merasa risih sebab kedua bola mata Doyoung yang tak berhenti menatapnya, memecah keheningan.

"sana makan, nanti perut lo sakit." ucap si manis pada adik tirinya.

Doyoung mengangguk kemudian mulai menyantap makanan miliknya. begitu juga dengan Jihoon.

sekitar 20 menit keheningan menemani kegiatan makan mereka, akhirnya setelah selesai Jihoon mulai membuka pembicaraan.

"udah jam 6 sore, lo gak ada les?" tanya Jihoon.

mata Doyoung kemudian membulat, dengan cepat ia mengecek jam tangan yang dikenakannya, pukul 05.43 sore.

Doyoung baru ingat kalau ia harus mengikuti les matematika, fisika, dan biologi. dan ia sudah telat lebih dari 1 jam.

tapi, melewatkan les sesekali tak apa kan? Doyoung juga mau merasakan rasanya membolos les seperti teman-temannya.

walaupun mungkin Ibunya akan mengamuk hebat, Doyoung tak perduli.

"ada. tapi gue gak akan datang, lagipula udah telat." jawab Doyoung.

Jihoon menganggukkan kepalanya paham, "kalau Ibu lo sampai marah sama gue awas ya." ancam Jihoon pada Doyoung. ia sedang malas berurusan dengan wanita sakit jiwa itu.

Doyoung terkekeh lalu mengangguk mengiyakan.

"ngomong-ngomong gue sering liat lo berduaan sama Yedam anak MIPA 1, kalian pacaran?" tanya Jihoon dengan penuh penasaran.

mata Doyoung menatapnya datar, awalnya Jihoon takut kalau Doyoung tersinggung dengan pertanyaannya atau mungkin merasa kurang nyaman? tetapi Doyoung justru mengangguk sambil tersenyum malu.

membuat Jihoon seketika itu tersenyum, "selamat deh. akhirnya lo punya pacar." ucapnya pada yang lebih muda.

"gue kasian kadang ngeliat lo sendirian terus kayak orang terkucilkan. Yedam anak baik, jangan lo sakitin, jagain dia. gue yakin dia bisa jadi tempat bersandar lo." sambung Jihoon.

kepala Doyoung lagi-lagi mengangguk mengiyakan, "iya, gue bakal jagain dia."

Jihoon tersenyum, tangannya mengusap kepala Doyoung penuh sayang.

"lo udah besar ya." ucapnya pada Doyoung yang terdiam, merasa nyaman dengan usapan Jihoon di kepalanya.

"dulu waktu pertama kali datang ke rumah gue, lo masih kecil bangett, kalau gue plototin lo bakal nangis hahaha." Jihoon tertawa diakhir kalimatnya, teringat masa lalu saat Doyoung pertama kali datang dan hanya berani menatap Jihoon dari kejauhan.

"tapi kedatangan gue sama Ibu membawa kehancuran buat lo."

tangan Jihoon berhenti ketika mendengar kalimat yang Doyoung ucapkan, ia menarik tangannya dari atas kepala Doyoung.

"gue udah gak masalah sama hal itu, lagipula waktu gak bisa diputar. gue mencoba lupa walaupun belum bisa mengikhlaskan." jawab Jihoon, matanya menatap Doyoung, tapi berbeda dengan tatapan biasanya yang menusuk dan penuh kebencian, tatapan Jihoon kali ini pada Doyoung lebih lembut. membuat lelaki yang sudah beberapa tahun menjadi adik tirinya itu ingin menangis.

kemudian Jihoon mengecek jam tangannya, pukul 06.08 sore, hampir malam. waktu berjalan sangat cepat.

"gue harus pulang, soalnya Yoonbin sebentar lagi juga pulang." ucap Jihoon sambil membereskan barang-barangnya.

dahi Doyoung berkerut, "siapa?"

"temen sekamar gue sekarang."

"ngomong-ngomong, sorry ngerepotin tapi boleh nggak lo nganterin gue pulang?" tanya Jihoon pada Doyoung yang dibalas anggukan oleh si adik.








•••••







kaki Jihoon melangkah masuk ke dalam apartemen yang ia tempati sekarang bersama dengan Yoonbin, tangannya bergerak mencari saklar untuk menyalakan lampu ruang tamu, ia pikir Yoonbin belum pulang karena lampu ruang tamu belum dinyalakan.

tetapi selanjutnya Jihoon justru dikejutkan dengan Yoonbin yang sedang duduk di sofa dengan kepala yang tertunduk, tanpa suara, dan tidak bergerak sedikitpun.

"Bin?" panggil Jihoon sambil tetap berdiri ditempatnya.

Yoonbin tak menyahut, akhirnya Jihoon memilih untuk menghampiri lelaki itu.

jari telunjuknya menyentuh lengan Yoonbin, tapi belum ada reaksi juga.

kemudian Jihoon yang sebelumnya berniat untuk menampar pipi Yoonbin malah dikagetkan dengan suhu tubuh Yoonbin yang benar-benar panas.

Jihoon langsung mendudukkan bokongnya di samping Yoonbin, tangannya mengguncang tubuh Yoonbin.

"Bin? Yoonbin?" panggil Jihoon pada lelaki itu, lalu tak lama Yoonbin membuka matanya yang terlihat lelah, "hm?" sahutnya.

"lo sakit???" tanya Jihoon khawatir.

bukannya menjawab, Yoonbin justru menyenderkan kepalanya di atas bahu Jihoon. ia mencari posisi nyaman lalu menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher si manis. tangannya melingkar di pinggang kecil Jihoon, memeluk si panda.

"gak tau, kayaknya iya." lirih Yoonbin.

Jihoon terdiam, jantungnya terasa berdetak sangat cepat.

"ayo pindah ke kamar, biar bisa gue kompres, terus lo minum obat." ucap Jihoon sambil mengusap kepala bagian belakang Yoonbin pelan.

kepala Yoonbin menggeleng, membuat leher Jihoon terasa geli.

"mau disini aja?" tanya Jihoon lagi.

kemudian, kepala Yoonbin mengangguk. Jihoon menghela nafas, "ya udah lepas dulu, gue ambil kompresan sama obat." ucap Jihoon.

menurut, Yoonbin segera melepaskan pelukannya pada Jihoon dan merebahkan dirinya di sofa ketika Jihoon sudah bangkit dan berjalan menjauh, mencari obat dan membawa kompresan untuk Yoonbin.

ketika kembali, Jihoon juga membawa kaus untuk Yoonbin karena lelaki itu masih memakai seragam sedari tadi. tenang, ia sudah izin untuk masuk ke dalam kamar Yoonbin. tak ada apa-apa di sana, hanya kamar anak lelaki biasa dan foto seorang wanita yang tidak Jihoon kenali.

setelah berhasil membujuk Yoonbin untuk mengganti pakaiannya dan meminum obat yang sudah ia siapkan, Jihoon duduk di lantai, tepat di depan wajah Yoonbin.

tangannya bergerak memeras handuk kecil hangat yang digunakan untuk mengompres Yoonbin. kemudian ia menaruh handuk itu di atas dahinya.

"berandal bisa sakit toh?" gumam Jihoon ketika melihat wajah tenang Yoonbin yang sedang terlelap.

"auranya kalau lagi sakit gini malah jadi soft, manja banget lagi." ucapnya sambil menekan pipi Yoonbin gemas.

memerhatikan wajah Yoonbin beberapa saat, bibir Jihoon kemudian mencium pipi si dominan gemas.

ia tersenyum, "cepet sembuh, Bin."









•••••

updatee!

ayo, jangan lupa tinggalkan jejak yaw❤








HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang