1ㅡ "Ji kangen Ibu.."

512 95 8
                                    

Selamat Membaca!
•••••




tangan Jihoon bergerak cepat memasukkan baju dan buku-bukunya ke dalam kopernya.

Jihoon benar-benar akan pergi dari rumah.

ia justru senang akan pergi dari sana.

tapi bersamaan dengan rasa senangnya, dia juga sedih karena Ayahnya ternyata lebih memilih untuk mempercayai wanita itu daripada anak kandungnya sendiri.

air mata Jihoon terus berjatuhan, hatinya terus memanggil-manggil nama Ibunya. ia meminta pertolongan dari Ibunya.

lelaki manis itu bangkit lalu menggeret kasar kopernya itu keluar.

di tangga Jihoon bertemu dengan Doyoung lagi.

adik tirinya itu hanya berdiam sambil menatap Jihoon dengan tatapan yang sulit diartikan itu.

Jihoon menatapnya balik, lalu tersenyum sinis,

"puas 'kan? kehidupan saya dan Ayah dulu baik-baik aja sebelum kamu dan Ibu kamu datang."

Jihoon berjalan dengan cepat meninggalkannya. namun sebelum sempat benar-benar pergi, pergelangan tangannya sudah lebih dulu ditahan oleh Doyoung.

lelaki manis itu membalikkan badannya, lalu menatap heran ke arah Doyoung.

"apa sih?" tanyanya sinis.

"tolong jangan tinggalin Doyoung disini.." Doyoung menjawab dengan suara kecil, hampir gak bisa didengar oleh Jihoon.

"apa sih?! dasar aneh!" bentak Jihoon sambil melepaskan pergelangan tangannya dan berjalan cepat menuruni tangga.

belum cukup sampai situ, Jihoon bertemu dengan Ibu tirinya di pintu depan, wanita itu tersenyum penuh kemenangan sesaat lalu kembali berpura-pura sedih saat Ayah Jihoon datang menghampirinya dan Jihoon.

"mulai sekarang Ayah gak akan urusin kamu, uang sekolah kamu juga gak akan Ayah bayar. terserah kamu mau gimana. Ayah gak sudi biarin anak kurang ajar kayak kamu ada di rumah Ayah."

Jihoon tersenyum sendu, hatinya terasa diremat mendengar ucapan Ayahnya.

"maafin Ji, Ayah. semoga Ayah selalu bahagia. Ji, pamit. Jihoon bakal belajar hidup tanpa Ayah mulai sekarang."

seenggaknya sebelum benar-benar pergi, dia bisa ngucapin selamat tinggal ke Ayahnya. supaya penyesalan Jihoon ke Ibunya gak akan terulang ke Ayahnya.



•••••



kedua kaki Jihoon melangkah pelan, agak pincang karena lukanya belum ia obati.

saat melihat sebuah halte bus, Jihoon memilih untuk beristirahat sebentar disana.

Jihoon memandangi kakinya yang terbungkus sepatu sneakers warna putih miliknya.

"ssh, sakit.." gumam lelaki manis itu.

hari sudah gelap, dan Jihoon belum makan sejak pagi.

dia juga gak punya tujuan akan kemana.

Jihoon tentu punya uang, tapi gak seberapa, itu hasil dari ia menabung uang jajan selama ini.

yang Jihoon ingat, ia memiliki sekitar 1 juta di rekening banknya dan 100 ribu di dalam dompetnya.

sebenarnya dulu Jihoon sudah waspada kalau hal ini bakal terjadi kepadanya, tapi Jihoon gak menyangka kalau akan terjadi sesegera itu.

Jihoon kembali menangis di halte bus, Jihoon lelah.

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang