8ㅡ "gue rindu dipeluk."

394 76 12
                                    

Selamat Membaca!
••••




Jihoon membuka matanya ketika merasakan sebuah tangan melingkar di pinggangnya. lelaki manis itu seketika terkejut.

ia langsung membalikkan tubuhnya, ingin memeriksa siapa yang sedang tidur satu ranjang dengannya. namun tanpa sengaja hidungnya justru bertubrukan dengan ujung hidung orang tersebut yang ternyata teman satu rumahnya, Yoonbin.

nafas Jihoon seketika tersekat, sebab wajahnya yang sekarang terlalu dekat wajah tenang milik Yoonbin yang sedang tertidur.

Jihoon ingin mengubah posisinya, namun ia merasa sedikit tidak enak jika harus membangunkan Yoonbin. jadi alih-alih segera bangkit, lelaki manis dengan pipi yang mulai bersemu itu memilih untuk tetap diam sembari memandangi wajah Yoonbin.

tubuh Yoonbin bergerak tak nyaman, ia mulai mengganti posisi tidurnya dengan memeluk tubuh kecil Jihoon. yang tentu membuat tuannya lebih terkejut.

jantung Jihoon rasanya tidak mau berhenti berdegup kencang.

kepala Yoonbin ditenggelamkan di ceruk leher Jihoon, membuat sensasi geli ketika deru nafasnya menyapa kulit Jihoon. sedangkan tangan lelaki itu memeluk erat pinggang Jihoon.

"kenapa diem aja?" suara serak khas bangun tidur Yoonbin tiba-tiba menyapa indra pendengaran Jihoon.

sontak Jihoon segera bangkit dan duduk diatas kasurnya dengan wajah terkejut yang terlihat imut. bibirnya yang berwarna merah muda membentuk huruf O, dan mata polos itu membulat lucu.

"maaf, gue pasti ganggu lo tidur..." ucap Jihoon dengan nada menyesal. tangannya dengan random membuat bentuk abstrak di atas kasur. suasananya tiba-tiba menjadi canggung bagi Jihoon.

sedangkan Yoonbin, lelaki itu justru kembali terpejam dan dengan sengaja menarik tangan Jihoon agar kembali berbaring di sampingnya.

"gue suka." celetuk Yoonbin. tangannya mulai melingkari pinggang Jihoon lagi. lalu ia terdiam, menunggu respon Jihoon.

"apa?" tanya Jihoon, sebab kalimat Yoonbin yang menggantung mengganggu pikirannya.

"dipeluk. dulu ada satu orang yang selalu suka meluk gue, awalnya gue risih. tapi sekarang gue justru rindu dipeluk."

Jihoon tertegun, tujuan awalnya yang ingin mencoba melepaskan pelukan Yoonbin justru ia singkirkan. sekarang Jihoon justru balik memeluk Yoonbin dengan erat, mengingat lelaki itu baru saja berkata kalau dirinya rindu dipeluk.

ada sebuah rasa rindu di dalam pelukan Yoonbin. lelaki itu mencoba menyalurkan rindu lewat pelukannya pada Jihoon.

"dulu Ibu bilang pelukan itu bisa ngebantu buat nenangin hati kita." Jihoon tiba-tiba mulai berdongeng dengan Yoonbin yang mulai menyimak. kepalanya berdongak karena posisi Jihoon yang lebih tinggi dari posisinya.

"kalau lagi sedih, Ibu suka meluk gue sampai gue ketiduran. tapi sejak Ibu gak ada, gue jadi terbiasa buat meluk diri gue sendiri ketika dunia lagi berusaha ngejatuhin gue. ada yang pernah bilang, selain orang-orang disekitar lo, penyelamat lo itu justru diri lo sendiri. ternyata metode yang gue pake waktu gue lagi sedih setelah Ibu gue gak ada itu ngebantu gue buat bertahan selama 4 tahun belakangan ini." ucapnya panjang lebar. Yoonbin mengangguk, bibirnya terangkat dengan sendirinya, menciptakan senyuman manis di atas wajahnya.

mendengar kalimat akhir dari Jihoon entah kenapa membuatnya senang, 'bertahan'. Yoonbin senang Jihoon bisa bertahan.

"hari ini ada janji makan es krim, kan?" tanya Yoonbin, kepalanya ia tenggelamkan di ceruk leher Jihoon, menghirup wangi badan Jihoon yang candu.

"iya!" sahut Jihoon ceria.




•••••




kaki Jihoon melangkah riang ke arah toko es krim langganan Ibu sama dia dulu.

sudah lama rasanya dia nggak kesini. terakhir kalinya Jihoon kesini itu beberapa hari sebelum Ibu meninggal, dan Jihoon gak pernah balik lagi.

karena, makan es krim sendirian itu kelihatan menyedihkan buat Jihoon.

setelah masuk, mata Jihoon mulai berbinar-binar ketika melihat es krim dengan rasa stroberi yang biasa ia beli dahulu bersama Ibu.

mata Yoonbin tak henti memperhatikan Jihoon yang tampak sangat senang sore ini. berbeda dengan Jihoon yang biasanya terlihat muram.

Jihoon menoleh ke arah Yoonbin, kedua mata coklat itu mengerjap polos, "Bin, mau es krim rasa apa?" tanya Jihoon pada Yoonbin.

Yoonbin menoleh sebentar ke arah jejeran es krim itu, lalu kembali menoleh ke arah Jihoon yang masih menatapnya.

"lo yang pilihin aja deh, apapun yang lo pilih pasti gue makan. gue cari tempat duduk ya." jawab Yoonbin sambil mengusak surai hitam milik Jihoon, lalu lelaki yang lebih tinggi itu beranjak pergi untuk mencari tempat duduk.

Jihoon sempat terdiam, ia merasa jantungnya berdetak sangat cepat, seperti akan meledak.

tangan kanan Jihoon memegangi dadanya, "lo kenapa, Ji...." lirihnya. lalu kembali memesan es krim untuk dirinya dan Yoonbin.

setelah pesanannya selesai, Jihoon bergerak untuk mencari Yoonbin, dan langsung menghampiri lelaki itu sesaat setelah ia menemukan Yoonbin yang sedang bermain handphone di meja paling ujung.

namun kakinya sempat berhenti, sebab meja yang Yoonbin tempati merupakan meja yang sering ia tempati dengan Ibu dahulu.

dan sekarang, Jihoon akan kembali duduk di tempat yang sama, namun dengan orang yang berbeda.

Jihoon masih ingat sedikit kenangan dengan Ibunya, dimana mereka akan mulai bercerita tentang masa lalu Ibu yang begitu menyenangkan tepat setelah mereka mulai menyuap suapan pertama es krim mereka.

"Bin," panggil Jihoon, segera Yoonbin mendongak, menatap Jihoon yang sedang berdiri di depannya sembari memegang 2 cup es krim dengan rasa yang berbeda.

Bokong Jihoon mulai mendarat di kursi yang berada di depan Yoonbin, tangannya menaruh 1 cup es krim dengan rasa sweet manggo tepat di depan Yoonbin.

"sweet manggo. dulu Ibu sering pesan itu kalau lagi bosan sama rasa stroberi."

Yoonbin tersenyum, lalu mulai menyantap es krim dengan rasa mangga yang manis itu.

"enak." ucap Yoonbin setelah menyuap 2 sendok es krim.

sudut bibir Jihoon reflek terangkat, "iya 'kan??? kalau lagi capek sama pekerjaan, Ibu suka pesan rasa sweet manggo, katanya warnanya cantik dan rasanya manis segar. itu rasa es krim favorit Ibu setelah rasa stroberi! Ayah juga suka rasa ituㅡ" bibir Jihoon reflek terkantup seketika ketika ia dengan tak sengaja menyebut 'Ayah' di dalam ceritanya.

alis Yoonbin langsung mengerut ketika Jihoon tak kembali bersuara, "kenapa berhenti?"

"gak apa, gue gak suka aja ngomongin Ayah."

"lo sebenci itu sama beliau?"

kepala Jihoon mengangguk perlahan.

"Ayah pernah jadi cinta pertama gue sebelum akhirnya menjadi patah hati terbesar gue." ucap Jihoon lirih. perasaannya tiba-tiba menjadi sedih.

tangan Yoonbin meraih tangan Jihoon, lalu menggenggamnya penuh kasih. ibu jarinya mengusap punggung tangan Jihoon lembut.

"lupain hal-hal yang bikin lo sedih, oke? gue tau itu gak gampang, gue pun begitu. tapi, buat hari ini lo harus bahagia." Yoonbin mencoba mengembalikan perasaan senang Jihoon sebelumnya.

"senyum dong, Ji. lo manis banget kalau lagi senyum." sambung lelaki itu, tangannya dengan jahil mencubit pipi gembil milik Jihoon.

dan senyuman manis milik Jihoon kembali lagi.




•••••

jangan lupa tinggalkan jejak!♡



HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang