—"Guys-guys, Ada kabar baru!" Nina berlari kecil seraya ingin menunjukkan sesuatu yang ia temukan di layar ponselnya, seakan hal tersebut adalah bongkahan emas yang baru saja ia gali di sumur tua belakang kampus yang konon menyimpan banyak kejanggalan misterius dan berbau mistis.
Nina menyerahkan ponsel berlapis case berwarna merah muda dengan corak floral pada salah satu temannya yang tengah menikmati es kopi di salah satu kafe.
Kafe yang menjadi tempat kongkow jurusan marcomm terutama angkatan mereka. Di sana ada Nina and the girls, sekumpulan cewek instagramable dan ghibah club.
Di sana juga ada beberapa teman-teman cowok, Arditto, Budi, dan bersama beberapa komplotannya yang dikenal tukang bolos.
"Nggak heran 'sih, hampir setahun jadi asdos bahkan asisten pribadinya, Alea nggak mungkin 'nggak pernah' diajak jalan sama Pak Wildan." Kata Wanda.
Salah satu dari mereka ada Rachel, yang sangat tergila-gila dengan Pak Wildan, bahkan menjadi salah satu dari sekian banyak fans dosen perfeksionis itu. Rachel sangat menyayangkan karena tidak dapat mengikuti kelas Pak Wildan dikarenakan ada mata kuliah yang harus ia ulang, jadi tidak bisa menambah sks.
"Brengsek. Kapan coba gue seberuntung itu cewek, jangan-jangan udah jebol sama Wildan?!" Kesal Rachel. Obsesinya adalah menjadi teman untuk Pak Wildan dalam segala sisi.
Rachel pernah menghalalkan segala cara untuk dekat dengan Pak Wildan. Bahkan ia pernah meminta Ketua Bidang Studi untuk mengganti kelas supaya bisa mendapat kelas Pak Wildan. Atau yang lebih sinting adalah menunggu Pak Wildan di depan toilet pria untuk sekedar cari muka.
"Udahlah Rach, banyak cowok di muka bumi ini, masih aja si Wildan lo incer." Timpal Faro setelah menyesap kopi hitamnya. "Lagian juga lo udah punya cowok, bego."
Rachel mencebik kesal, "Lo nggak tau seberapa penasaran gue mau cobain punya dia. Karena rasanya pasti beda kalo dipuasin sama yang lebih tua." Balasnya dengan santai sesekali menggulung rambutnya dengan jari - jari lentik.
"Lagian apa cakepnya 'sih itu cewek, kok bisa si Wildan jadiin dia asdos berturut-turut?" Heran Wanda memancing amarah Rachel.
Rachel tiba-tiba menarik ponsel Nina yang asyik stalking akun Instagram @/Aleasabinne, menatapnya dengan alis sebelah yang terangkat meremehkan. Menyentuh LCD untuk zooming sebuah gambar yang dipublikasi Alea beberapa Bulan lalu.
"Cantik 'sih, ya— cuma gedean punya gue lah."
Baru saja teman-teman yang lain ingin melihat, Arditto dengan seenak jidat langsung mengamit ponsel tersebut. Padahal dia baru saja datang, namun sangat tertarik begitu yang ia lihat adalah wajah Alea.
"Wadidaw, cantik banget tuh Alea." Kata Budi yang mengekori Ditto.
"Nggak heran Wildan nahan dia buat stay jadi asdos, sampe-sampe jadi asisten pribadi cuy!" Heboh Juan yang ikut melihat apa yang dilihat oleh Ditto.
"Tapi apa bagusnya dia 'sih? Tepos begitu kayak triplek bangunan kostan gue yang lagi direnovasi." Oceh Rachel yang masih tidak terima dengan takdir.
Arditto tertawa mendengar ocehan asal Rachel yang sudah biasa ia dengar sampai-sampai rasanya bosan, membuat telinga gatal.
Ditto mengembalikan ponsel milik Nina seraya mengatakan, "Bagusnya dia, udah cantik terus pinter, ada wibawanya, nggak kayak lo cuma caper doang bisanya."
"Whoaa! Serius Dit lo bilang begitu?"
"Denger -denger ada yang bilang mau mausk full mata kuliahnya si Wildan 'nih gara-gara ada Alea." Mendengar itu Rachel langsung menoleh ke arah Arditto yang tengah menenggak air mineralnya. Ditto salah satu anak tongkrongan yang sama sekali tidak minum kopi. Bahkan tidak merokok seperti teman-temannya yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asisten Dosen | Jisoo x Christian Yu
FanfictionJisoo's Fanfiction [BAHASA] Arditto. Si 'pelanggan setia absensi' ini, mendadak bikin satu tongkrongan kebingungan, karena di semester ganjil dirinya punya target -dibuat sebagai jaminan terselubung demi meluluhkan hati asisten dosen manis 'kebangga...