—"Bud, kacamata lo gue bayarin aja ya!"
"Gile lo Ndro, kacamata hoki nggak bisa asal gue jual ke orang, apalagi orang kayak lo."
"Medit lo, sini gue bayar gocap."
Budi nampak tak terima, akhirnya mengamit kacamata yang bertengger di hidung bangir Arditto. Lalu mengenakannya. "Kacamata legend mau lo bayar segitu? Kutang nenek gue aja harganya up to seratus ribu."
Arditto menatap Budi dengan raut memelas.
"Sekali nggak— tetep nggak Dit, lo beli aja sana di pinggir jalan yang juga jual minyak wanginya." Balas Budi yang memang sudah komitmen pada kacamata miliknya itu.
"Wah Bud, jangan-jangan kacamatanya lo semprot pake minyak nyong-nyong biar hoki?!" Pekik Wanda yang tak sengaja mendengar pembicaraan mereka.
"Sok tau lo, bijinya Rachel."
"Kurang asem, ngajak gelut lo?!"
Tak lama datanglah Rachel dengan wajah ditekuk asam. Membuat satu tongkrongan keheranan. Biasanya Rachel akan datang dengan riang seraya meminta sebatang rokok dan korek gas milik cowok-cowok di sana. Lalu mengeluh pusing karena mata kuliah yang baru ia ikuti.
"Rata-rata semester lima emang kusut ya, kayak Rachel tuh." Timpal Juan.
"Bacot." Omel Rachel.
"Galak banget, mbak?"
"Abis digigit belatung terbang, ya?"
"Asli. Lo semua berisik, tau nggak?"
Arditto yang jengah dengan moodyan Rachel pun langsung membeo, "Anak-anak nanya doang, Chel. Bukan ngajak gelut. Kebiasaan."
Rachel mendelik seram ke arah Ditto, apalagi rambutnya kusut dan berantakan. "Ini semua gara/gara Alea lo!"
Mendadak mereka heboh mendengar Rachel.
"Kenapa, sayang, sini cerita sama aku?"
"Geli gue Bud, jangan begitu, mau muntah."
"Oke aku salah, aku diam."
Dengan rasa penasaran yang mewakili Ditto, Juan pun bertanya, "Kenapa emang Kak Alea?"
Seorang Rachel mulai menceritakan apa yang terjadi, membuat narasi seakan dia lah manusia paling tersakiti oleh Wildan.
Teman-teman di sana pun tau bagaimana Rachel. Tapi, seperti teman pada umumnya saja. Membiarkan Rachel semaunya, toh bila mereka memberi saran tidak akan pernah digubris oleh cewek itu.
"Tadi gue ngobrol sama Pak Wildan, baru juga semenit— eh Alea dateng. Fuck." Katanya.
"Nggak timing aja lo, Chel." Balas Juan.
"Juan, fakboy yang sok tau, gue udah hapal kalo jam segini seharusnya Wildan senggang, dan udah nggak ada urusan lagi sama Alea." Jelas Rachel seraya melipat kaki kanannya di atas kaki kiri. Jemari lentik berlapis nail art berwarna kebiruan itu perlahan mengambil sesuatu dari dalam tas kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asisten Dosen | Jisoo x Christian Yu
FanfictionJisoo's Fanfiction [BAHASA] Arditto. Si 'pelanggan setia absensi' ini, mendadak bikin satu tongkrongan kebingungan, karena di semester ganjil dirinya punya target -dibuat sebagai jaminan terselubung demi meluluhkan hati asisten dosen manis 'kebangga...