Part 4

1.1K 44 15
                                    

.......

Ruben biasa Iseng pada siapapun, tak terkecuali Adiknya saja jordi pernah menjadi korban keisengannya. Yang kali ini diluar perkiraan ia malah membuat puteranya sendiri justeru sampai jatuh sakit seperti sekarang. Sejak ia memindahkan betran kekamar dan menggantikan pakaian anak itu yang sempat basah kuyup. Ia tak ingin beranjak sedikitpun, apalagi mengetahui kabar dari Mick bahwa betran sempat mengatakan minta dipulangkan saja ke NTT. Ruben tak akan biarkan itu terjadi, dia mencintai betran seperti darahnya sendiri dan dia tak ingin puteranya pergi darinya. Ruben menggenggam tangan betran yang terasa hangat, puteranya masih demam meski sudah lebih mendingan tak seperti awal saat ia mendapati betran merintih sesak pada dadanya. Dia pandangi wajah puteranya lekat, satu tetes air matanya terasa hangat jatuh membasahi wajah betran. Dibelainya lembut surai rambut tebal itu dan mencium dengan tulus.

"Onyo segalanya buat ayah. Onyo semangat hidup ayah, pelengkap hidup ayah. Onyo cepet sembuh ya nak, maafin ayah." perkataan itu berhasil kembali membuatnya sesak. Dimana ia mengingat kembali memori sebelum kedatangan betran dalam hidupnya jauh sekali berbeda seperti sekarang. Ia seperti menemukan cerah dihidupnya, bukan berarti hidupnya yang dulu tak bahagia. Persoalan pelik yang datang bertubi2 dulu teramat sulit diatasi, justru semakin bertumpuk2 menikam hidupnya yang seolah tak menemukan jalan keluar dan ketika betran datang dikehidupannya. Dari mulai teror yang dulu setiap malam menghantui keluarga kecilnya hingga masalah2 diluar sana mulai perlahan menemukan solusi. Sekarang yang ada lebih banyak tawa dan kebahagiaan terlebih Cici yang begitu ceria akan kedatangan Betran yang sangat dicintainya sebagai kakak pertamanya.

"Ayyah..." Ruben terkesiap dari lamunannya dan mendapati betran telah terbagun dari tidurnya.

"iya nyo.. Ayah disini." kata ayah tersenyum hangat, satu tangannya mendekap tubuh betran erat dan menepuk2nya yang mana perlakuan hangat ruben justru malah membuat betran menangis.

"nyoo.. Ayah gak marah kok sama onyo. Onyo gak perlu pikirin itu lagi ya. Onyo gak boleh nangis. Hey.. Masa cowo nangis. Laki2 itu harus kuat nyo."

"Ayah. Maafin onyo. Maaf.. Hiks onyo salah__"

"Yang harusnya minta maaf itu ayah nak. Ayah udah buat onyo nangis bahkan sampai sakit gini itu udah kesalahan besar buat ayah."

"Onyo.. Ayah bukan bermaksud melarang onyo ini itu, ayah cuma khawatir aja klo onyo pergi sendiri. Jadi apa2 itu kan harus didampingin sama om mike. Klo onyo ada apa2, yang bakal ayah marahin siapa? om mike. Karena tugasnya om mike itu jagain onyo." ia tau betapa pentingnya om mike disisinya, semua keperluannya saat tidak ada ayah bundanya pasti mike selalu standbye dan mempersiapkannya dengan baik. Mike adalah teman disaat ia kesepian, siap mendengarkan cerita sedih dan bahagianya. Mana bisa ia melihat ayah memarahi mike di depan matanya sendiri, dan jangan sampai itu terjadi.

"onyo harus inget satu hal ya. Gak semua orang itu suka dengan kita. Suka dengan kebahagiaan kita. Dan onyo klo gak ada ayah, ya om mike yang gantiin peran ayah disitu." Perkataan Ruben di dengarkan dengan baik oleh betran, tatap sendu yang meneduhkan itu berkedip mengiyakan. Betran tak banyak bicara semenjak ia terbangun dari pingsannya. Sarwendah yang tiap saat mengecek keadaan Puteranya juga beberapa kali mengganti kompresan dikening betran agar panasnya segera turun dan keaadaannya membaik. Sarwendah duduk disisi kanan puteranya menggantikan posisi suaminya yang izin keluar karena mendapat telphone mendadak dari adik kandungnya jordi.

"Bunda belum liat senyum Onyo dari tadi. Kenapa diem aja, apa masih ada yang onyo pikirin? Coba cerita sama bunda, sayang?" kata bunda yang satu tangannya mengusap lembut rambut lebat puteranya. Pertanyaan yang dilontarkan sarwendah hanya dibalasnya dengan gelengan kepala tanda tak ada yang harus ia ceritakan.

"Bunda sedih banget deh klo onyo gak mau cerita. Jadi gitu ya sekarangg Onyo gak mau curhat lagi sama bundaa.." Onyo menoleh cepat kearah bundanya dan menggenggam lengan bundanya erat.

OnyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang