"Ayaahhhh..." Onyo berteriak keras dipagi buta saat melihat mobilnya dikeluarkan dari garasi. Langkahnya cepat menghampiri mobil kesayangannya. Sorot mata sendu itu berubah tajam mentap om mike yang juga tetap mengeluarkan mobilnya dan memarkirkannya dihalaman depan rumah.
"Om mike berenti gak. Om mikee.. " geram onyo langkahnya semakin cepat dan membuka paksa pintu mobil depan.
"om mike maksudnya apa sih. Kenapa mobil onyo dikeluarin? Om mike pasti sengajakan, pasti disuruh ayah ya. Om mike,onyo gak suka loh. Om mike tetot. Keluar, keluar.. " dengan desakan dan rengekan khasnya itu om mike terpaksa keluar dari mobil. Anak itu tak akan berhenti mengocehinya kalau permintaannya tak dituruti.
"Om mike cuma ngejalanin perintah ayah aja nyo. Lagian gak papa sih nyo.. Mobilnya dijual. Kan bisa diganti dg yang lebih bagus" mulut onyo membulat sempurna dan dahinya berkerut dalam. Padahal om mike yang paling membelanya untuk mempertahankan mobil kesayangannya tapi kenapa dia jadi berbalik setuju pada keputusan ayah.
Air muka onyo memerah dan tak ada kata yang keluar kecuali tatapan kecewa yang tersampaikan lewat sorat mata sendu bocah itu. Onyo mengibaskan tangan kesal dan berbalik badan. Ia melangkah seperti tak ada tulang, jalannyapun menunduk hingga om mike yang tak tegapun mengikuti langkah bocah itu.
"nyoo.. Nyooo.." panggil om mike tak digubrisnya ia tetap melangkah masuk kedalam rumah, sampai diruang tamu sofa onyo merebahkan dirinya dikursi sofa. Om mike duduk berlutut didepan onyo yang menutup wajahnya dg bantal. Anak itu benar2 sedang ngambek dan rungsing. Tak ada pergerakan sedikitpun hanya deru nafas dari dada bidangnya yang bergerak naik turun.
"onyo marah ya. Om mike bisa apa nyoo.. Klo udah ayah yang ngomong."
"hikss.. Onyo gak mau, om mike disini." gumam onyo suaranya bergetar menahan tangis.
"nyoo.. Maafin om mike." mike menyentuh lengan onyo dan terus mengatakan maaf. Ia tak tega jika harus membuat boss kecilnya itu sedih, tapi apa boleh buat iapun hanya menjalankan perintah boss besarnya saja. Karena tak mendapat respon, mike lalu bangkit dari duduknya dan pamit meninggalkan onyo yang tak lama kemudian merubah posisinya menjadi duduk. Dimenit selanjutnya dalam kekosongan pikiran, terdengar suara mobil yang asing baginya. Membuat onyo dilanda rasa khawatir akan sesuatu yang sepertinya tak ia harapkan kehadirannya. Onyo melangkah cepat dan membuka pintu utama. Dilihatnya pemilik mobil itu keluar dari mobil. Dia seorang wanita paruh baya cantik dan anggun melangkah dengan disambut om mike dan beberapa assisten dirumah itu. Benar dugaannya orang itu yang berniat membeli mobil kesayangannya.
"hallo.. Onyo" wanita itu menyapa onyo yang bediri didepan pintu yang sengaja ditutupnya rapat. Onyo menatapnya dengan dalam, tak ada jawaban dari onyo. Wanita itu hanya bisa tersenyum sungkan sambil tetap merayu si bocah untuk bereaksi positif padanya.
"Onyoo.. Anak ganteng. Tante boleh masuk sayang?"
"umm.. Gak boleh."
"hmm... Kok gak boleh"
"ya gak boleh. Soalnya ayah gak ada. Jadi gak boleh masuk. Mending Aunty pulang aja soalnya percuma ayahku gak ada. Hehe.." Onyo memperlihatkan deretan manis giginya dan satu tonjolan gingsulnya yang menawan. Terlihat menggemaskan. Sayangnya ia sedang bersikap sangat dingin sekarang, Namun tetap dengan nada yang sopan. Mana bisa ia bersikap keras pada seorang wanita, padahal sebelumnya ia sudah ancang ingin memberi peringatan pada orang didepannya ini.
"aunty mending pulang deeh sekarang. Beneran ayahku gak ada"
"hmm. Aunty baru aja beberapa menit yang lalu telphone ayahmu. Dia sedang menunggu didalam sayang." Onyo mendengus sebal lantaran usiran halusnya tak berhasil membuat wanita didepannya ini pergi sampai akhirnya pintu utama terbuka dan ayah sendirilah mempersilahkan wanita itu masuk kedalam rumah dg sambutan sangat hangat. Onyo mengikuti langkah keduanya dengan raut wajah kusut, ya dia tak lagi mampu mengontrol diri dan merengek manja seakan tak tau lagi tempat. Ayah bahkan sampai harus bersikap lebih tegas dari biasanya dan membalas sautan onyo dengan nada sedikit tinggi.