Perkara Mobil
*****
Minggu berkabut pagi itu masih menyelimuti kegelisahan di wajah sendu Onyo. Matanya mengerjap lelah, ia tidak bisa tidur nyenyak semalaman. Perkara mobil yang masih menjadi ganjalan terbesarnya belum akan membuat hatinya tenang sampai ia bisa mempertahankan mobil kesayangan yang notabennya hadiah terindah dari bundanya itu. Hadiah yang membuatnya sangat bersyukur untuk kado terbesar selama hidupnya. Onyo terbagun gusar ketika seseorang mengetuk pintu kamarnya. Ia hampir tertidur kalau tidak mendengar suara ketukan pintu. Seseorang melongo masuk. Dia Ruben, ayahnya yang pagi ini dengan senyuman lebarnya tak pernah absen menyapa hari onyo setiap hari. "pagi anak bujang." onyo terbagun dan duduk sebentar lalu turun dari kasurnya.
"Ayahhhh.." rengekannya memang selalu terdengar manja ditelinga ruben. Tapi kali ini, rengekannya berbeda. Kedengaran lebih merajuk. Apalagi wajah bantalnya itu langsung menjadi sorotan ruben. Ruben menghampiri dengan gemas. Memeluk sayang putra yang sering di panggilnya dengan sebutan Raja itu."Apa nyo.. Kok kusut banget mukanya. Onyo gak nyenyak tidur malam ini?" seakan tau apa yang onyo rasakan. Memang sepertinya sih iya. Soalnya dari semalam onyo selalu membahas mobilnya untuk tidak dijual. Gara2 uncle mike membicarakan ibu sinyola yang akan datang besok pagi. Ya. Benar saja. Onyo mengangguk cepat dan memeluk leher ayahnya. Ini andalannya untuk meluluhkan hati ayahnya. Dia pandang dengan wajah memelas, bibirnya mengerucut dan menggeleng beberapa kali. "kenapa sih nyo? " "Ayahh.. Pokoknya onyo gak mau mobil pemberian bunda dijual. Lagian onyo gak mau mobil2 yang bagus, yang penting bisa dipake syuting aja cukup! Gak mau onyo, diganti2 mobil yang lain. Walaupun itu mahal. Kalau bukan pemberian bunda.. Onyo terserah deh mau dijual juga, ai ikhlas. Asalkan, Jangan mobil pemberian bunda yah.. Pleasee.."
"nyoo.. Masih pagi nyo. Udah bahas mobil aja. " "Ayahhh.." rengek onyo memelas. Ruben tertawa renyah. Ia sukses membuat wajah onyo jadi jutek begitu. Kerutan didahi onyo semakin bertambah.
"Ayahhh. Onyo serius yah."
"Ayah juga serius nyo." onyo melepaskan pelukan dileher Ayahnya, menegakkan wajahnya sambil menghirup nafas dalam2. Tatapan onyo serius sekali, ayah sebisa mungkin menahan tawanya.
"mending mandi deh nyo. Coba ayah cium" Ruben mendekat dan menarik lengan puteranya. Ia hendak mencium ketek puteranya itu eh malah ditepis kuat.
"nyoo.." sentak ayah geram. Baru kali ini onyo menepisnya.
"Ayah." Geram balik onyo. Matanya mulai berkaca2. Ia juga kaget nada tinggi ruben padanya tadi. Tapi kenapa sih ayahnya tidak juga mengerti maksud sikapnya ini.
"Onyo kenapa tepis ayah begitu nyo."
"Onyo gak mau sama ayah."
"hmm.. Serius. Beneran? Nanti malem gak ayah temenin tidur gak ayah hug lagi. Iya maunya begitu?!" Wajah sendu onyo langsung tertunduk lesu. Ia menggeleng, ia sadar itulah ketakutan terbesarnya. Ia takut akan apa yang dikatakan ruben. Tak ingin dan jangan sampai. Ruben yang menangkap wajah sedih betran langsung merengkuhnya dalam dekap hangatnya. Onyo tak membalas entah kenapa masih enggan. Ia hanya sedih dan kecewa ayah tak bisa memahami perasaannya sekarang. Ia hanya tak ingin mobil kenangan dari bundanya itu dijual.
"Onyo mandi ya sekarang."
"Ayah onyo males mandi.,,"
"apa nyoo.. Maless. Gak ada kata males-malesan ya nyo. Apa perlu ayah mandiin?" onyo langsung merengek manja khasnya. Sikap manjanya tak bisa disembunyikan walau masih dalam keadaan sebal sekalipun.
"Ayaahhh.. Onyo beneran males mau ngapa-ngapain yah."
"Jangan gitu nyo. Onyo maunya apa sekarang
Ayah tanya. Onyo pasti ada maunya makanya begini kan. Uring-uringan gak jelas. Kenapa nyo?""Mau onyo. Ayah gak usah datengin ibu sinyola kesini yah."
"emang kenapa nyo? Justeru bagus dong. Mobil onyo ada yang mau. Dibayar mahal lagi kan bisa beli yang lebih bagus."
"ayah bukan masalah bagusnya. Onyo gak peduli. Yg onyo mau mobil kesayangan onyo tetap ada digarasi. Gak jadi milik siapapun. Onyo gak mau dijual. Titik." pendiriannya tetap saja tak berubah dari minggu lalu. Ia bener2 tak goyah sekalipun om mike kesayangannya itu membujuknya dengan cara apapun seperti semalam.
"ya mau gimana ya nyo. Ayah udah deal soalnya."
"Deal gimana sih ayah"
"ya ayah udah bilang ia dan pagi ini ibu sinyola dateng. Ya masa ayah batalin nyo. Gak bisa seenaknya batalin nyo"
"ayaaahhh.. Udah ahhh onyo mau mandi aja" eh tiba2 onyo ngeloyor kekamar mandi padahal tadinya ia bilang malas mau mandi. Memang bocah labil. Ayah hanya geleng2 kepala. Gemes sekali sebenernya ia pada betran.
****
Onyo menatap cermin didepannya. Kedua tangannya bertumpu di wastafel.
"Ibu sinyola, kayanya bener-bener pingin dibuat cape pagi ini ya buk."
"onyo hari ini harus tungguin ibu sinyola di depan pintu. Liat aja onyo pantengin."
....
To be Continue