Ruben memang Hanya berkomunikasi lewat Satu orang dikeluarga NTT, yaitu Bapak Ferdi ayah kandung dari betran. Bukan tanpa alasan ia menutup komunikasi dari keluarga lainnya yang ada disana. Pernah satu waktu ketika komunikasi dibiarkan terhubung langsung tanpa batasan. Yang ada betran selalu mengadu padanya. Ruben masih ingat bagaimana wajah murung puteranya itu sehabis ditelphone oleh ibu kandungnya sendiri, yang katanya rindu namun tak berbicara padanya justeru malah handphone itu diberikan pada saudara2nya yang heboh akan kesuksesan dan kemewahannya dijkt. Tak sedikit mereka minta ini itu yg bahkan betran sendiripun tak mengenal mereka sebelumnya adalah saudara jauh ibu kandungnya itu.
"ayah.. kayanya mama gak beneran kangen deh sama onyo. Mama gak kangen, kalau mama kangen kenapa mama gak ngomong sama onyo?! Malah telphonenya dikasih2 ke orang."
"ayah.. Onyo gak kenal mereka siapa. Maaf bukan onyo gimana2. Tapi mama gak pernah ngenalin."
"ayah kenapa ya?! Onyo rasa, kangennya mereka keonyo itu beda, gak bener-beneran. Kangennya itu karena ada sesuatu."
"ayah.. Onyo gak mau. Lain kali gak usah dijawab aja."
"maafin onyo ayah. Ayah gak tau sakitnya gimana jadi onyo. Onyo gak mau dibilang lupa mama. Enggak, onyo gak lupa. Tapi dari hati onyo sendiri.. Hikss.. Onyo belum bisa lupain semuanya. Karena rasanya kalo onyo denger suara mama, asing buat onyo."
Berat jadi ruben memang, harus bisa tegas namun tak dapat berbuat keras. Mendidik betran sejak awal dia mengasuhnya bukanlah perkara mudah. Ia mengangkat betran disaat usianya 14 tahun dan sudah satu tahun ini dia melewati prosesnya membimbing anak ini untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Masa lalu betranlah yang membuat tekadnya kuat untuk menjadikan betran seorang yamg bersinar dikehidupan masa depannya kelak. Mutiara timur yang ia temukan dulu nampak redup, hitam kelap tak bercahaya. Sedih masih sampai saat inipun tak percaya bahwa betran mampu melewati harinya dengan ceria dan bahagia. Namun hari ini bahagia itu kembali merenggut binar cerah puteranya, ia tak menyalahkan siapapun yang membuat puteranya sedih kalaupun itu datangnya dari mamanya sendiri. Puteranya hanya belum mampu berdamai dengan masa lalu, pun ia tak membenarkan betran membenci masalalunya justru ia yang paling mati2an mendidik betran untuk mencintai mama sebagai ibu kandungnya meski sampai hari ini nasihat itu masih sering dibantah.
Tanpa menunggu waktu lama ruben yang menelphone ayah kandung betranpun langsung tersambung dan berbincang tentang keinginan mama vivi untuk datang kejakarta menemui betran yang katanya rindu ingin bertemu.
Pak ferdi dengan suara lembut nampak membujuk.
"Kalau boleh, saya sangat berterima kasih ke pak ruben mau mempersilahkan ibu kandung betran bertemu dengan anaknya. Karena itu keinginan vivi dari lama."
"ya, saya malah sangat memberikan ruang untuk semua keluarga betran di NTT bertamu kerumah kami pak. Tidak ada larangan. Hanya saja untuk saat ini saya perlu waktu menyembuhkan dulu luka anak ini. Bapak tau sendirikan bagaimana masa lalunya, bagaimana luka batinnya. Kalau saya paksakan malah akan buat dia balik lagi diawal. Saya janji pak ferdi. Saya akan buat betran mencintai kalian. Saya betul2 ingin menyembuhkan dulu luka anak ini. Bapak tau.. betran saat ini lagi sakit. Dia kepikirann terus, karena Mama vivi katanya mau kejarta." nampak tak ada lagi suara disembrang sana saat ruben menceritakan detail soal kondisi betran yang nampak takut untuk bertemu ibu kandungnya sendiri.
"Maaf pak ferdi.. Sebelumnya saya minta maaf. Bukan bermaksud menyinggung kalo bahasa saya tadi.. "
"memang betul pak ruben bilang. Saya yang harusnya minta maaf karena sudah banyak merepotkan keluarga pak ruben. Terlebih bapak sudah tau semua cerita kami tentang masa lalu anak kami ini. Ya, betran memang perlu waktu untuk bisa lapang hati menerima kami sebagai orang tua yang sejak kecil tak pernah merawatmya dengan baik. Saya selaku bapaknya sangat berterima kasih, pak ruben berbaik hati mau merawat anak kami seperti anak kandumg sendiri. Nanti saya sampaikan sama vivi tentang keinginannya untuk ditunda dulu. Dia pasti ngerti."