SMA Nirmala sudah membunyikan bel pulang sejak 15 menit yang lalu membuat sekolah itu terlihat lebih lengang. Memang masih ada beberapa murid dan mereka mayoritas adalah para siswa kelas sepuluh dan sebelas yang akan menjalankan ekstrakurikuler.
Namun meskipun begitu, Raven yang merupakan siswa kelas dua belas juga masih berada di sekolah. Ia baru saja keluar dari ruang BK. Bukan karena dimarahi sebab ia nakal, melainkan ia baru saja mendiskusikan perihal masa depannya.
Raven anak yang cukup pintar, ia juga sangat gigih untuk meraih cita-citanya. Sejak kelas sepuluh dia sudah akrab dengan guru bimbingan konselingnya. Ia mencuri langkah dari teman-temannya yang pada masa itu masih santai memikirkan hal yang akan dilakukan selepas lulus dari bangku sekolah menengah.
Raven sudah sampai di parkiran, ia bergegas untuk pulang. Jiwa dan raganya sangat butuh istirahat. Diskusi hari ini cukup membuatnya stres. Raven mengendarai motornya dengan pelan. Ia tak berani menambah gas lagi, ia memang pandai mengendarai motor, tapi tidak untuk saat ini.
Raven kacau.
Sangat amat kacau.
'Kalau gini gimana ngejarnya? Waktunya tinggal dikit lagi' ucap Raven dalam hati. Terdengar helaan napas yang gusar.
Hingga perhatiannya jatuh di sebuah halte yang jaraknya tak terlalu jauh dari sekolahnya. Di sana terlihat seorang gadis bertubuh mungil yang kadang membuat Raven kesal dan senang dalam waktu bersama.
Ya, Dara.
Raven mau pura-pura tidak lihat. Tapi kasian. Muka Dara seperti anak ayam kehilangan induknya.
Raven mulai mendekati Dara. Memperhatikan gadis chubby yang kini sibuk dengan gawainya.
"Heh, anak kecil!" Sapa Raven.
"Eh, kodok ayam loncat!" Kaget Dara yang berusaha menangkap gawainya yang hampir jatuh.
"Raven gila ya? Ini kalau hp nya jatoh terus layarnya retak gimana?! Ntar kalau potoin si Asfar ngga cakep lagi gimana?!" Cerocos Dara kesal.
Mendengar itu, Raven mendengus geli. Tak habis pikir dengan tetangga barunya ini, bisa-bisanya ia memikirkan kucingnya meskipun sedang marah.
Dara terus mengoceh tidak jelas, hingga tangan kanan Raven bergerak menutup bibir perempuan muda itu.
"Bawel." Ucap Raven singkat. Bibirnya sedikit terangkat, menandakan bahwa laki-laki itu tersenyum.
'Manis banget woi!' Seru Dara kegirangan dalam hati. Dara terus menatap Raven dengan seksama. Padahal tangan Raven sudah kembali seperti semula, namun Dara masih belum sadar. Ia terlalu kaget dengan tingkah Raven dan juga senyuman manis yang membuatnya menahan napas.
Melihat tingkah tetangganya, Raven menahan tawanya. Segitunya?
"Iya, gue tau gue ganteng. Jangan tahan napas gitu dong" ledekan Raven membuat Dara tersadar dari lamunannya yang mengagumi laki-laki remaja tersebut.
"Ck, geer banget!" Balas Dara dengan kesal dan sedikit salah tingkah.
Iya, sedikit.
Ga banyak kok.
Suer deh!!
"Yaudah gak usah salting" ledekan Raven kali ini diiringi senyuman manis lagi. Raven benar-benar tak bisa menahan senyumnya. Aneh, padahal ia tak biasanya seperti ini.
Dara yang melihat Raven tersenyum, buru-buru menutup bibir Raven seperti yang laki-laki itu lakukan tadi ke dirinya.
"Jangan senyum!!" Kesal Dara.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEN | (ON GOING)
Teen Fiction"Dasar cowok tidak berperikekucingan!" "Emang lo kira gue kucing, hah?!" "Gak. Lo setan" Raven hanya bisa mengumpat dalam hati. Ia begitu kesal ketika mengetahui bahwa tetangga barunya itu memiliki seorang anak gadis yang sangat mencintai kucing...