Mama Dewi begitu senang ketika mengetahui bahwa tetangganya sangat ramah. Ia bahkan terus berceloteh tentang mereka di hadapan sang suami dan anaknya.
Ia memuji keramahan dan kecantikan dua perempuan beda usia tersebut. Kedekatan antara Bunda Ika dan Dara membuat hubungan mereka tidak terlihat seperti ibu dan anak. Mereka lebih terlihat seperti kakak dan adik.
Ada rasa iri karena ia tidak bisa seperti itu. Anak pertama nya adalah seorang laki-laki tampan yang kini sedang melanjutkan kuliah di Australia. Lalu, anak keduanya yang tak lain adalah Raven, bukan tipe anak yang gampang manja dengan nya. Raven cerewet jika diusili olehnya saja, jika tidak, ya diam saja seperti anak perawan menunggu jodoh.
Sedangkan, si bungsu bernama Kayla Ivory Mahesa yang merupakan putri satu-satunya, baru berumur dua tahun. Bagaimana mungkin dia mengajak gadis kecil berumur dua tahun bergosip atau bercanda ria seperti yang dilakukan oleh Bunda Ika dan Dara.
Bukannya nyambung ngegosip, nanti si Kayla malah minta main dokter-dokteran, di mana dia harus rela menjadi pasien yang terkapar di lantai dan seolah-olah sedang dirawat oleh gadis mungilnya itu.
Tapi ia tetap merasa beruntung memiliki keluarga seperti ini. Mama Dewi menikmati perannya sebagai seorang ibu dengan baik.
😺😺😺Keesokannya, Raven meminta izin kepada Mama Dewi untuk pergi ke rumah Adam. Ia benar-benar membatalkan keinginannya kemarin untuk mengambil catatan geografinya kepada laki-laki tak berakhlak itu.
"Ma, izin ke Adam dulu ya. Besok aku bener-bener ada ulangan harian, materinya dari catatan aku yang dibawa si Adam" ucap Raven sambil menuruni tangga.
"Eh yaudah deh sana, hati-hati ya bawa motornya. Jangan ngebut!" Pesan Mama Dewi yang dibalas anggukan oleh Raven. Setelah mencium tangan dan pipi sang mama, Raven bergegas ke garasi mencari motor kesayangannya untuk ke rumah Adam.
Namun baru saja ia keluar dari rumahnya, terdengar suara gadis yang memanggil namanya. Dengan berat hati ia memberhentikan motornya, mencari sumber suara yang dengan berani memanggil nama indahnya dengan suara cempreng itu. Namun setelah celingak-celinguk, Raven tak menemui orang yang memanggil namanya.
"Ravennn!!!!"
"Raven di sini woiiii" ucap Dara yang berada di dekat pohon besar samping rumah nya.
Raven mendelik ketika mengetahui bahwa gadis itu yang memanggilnya. Ia menatap Dara dengan lirikan sinis, ia masih kesal karena omongan gadis itu saat kemarin berkunjung ke rumahnya. Namun walaupun begitu, Raven tak urung menghampiri Dara yang kini sedang berjongkok dengan wajah lucunya.
"Kenapa sih? Gue mau buru-buru nih!!" Raven begitu kesal. Ada saja orang yang menganggunya ketika ia ingin ke rumah Adam. Bukannya apa-apa, ini berkaitan dengan hidup matinya Raven.
Lebay!
"Ven tolongin gue dong, kucing gue naik ke atas pohon. Ambilin yaaaa" pinta Dara dengan nada memelas.
Mendengar kata kucing membuat bulu kuduk Raven seketika terasa berdiri, rasanya ia ingin menghilang saja dari dunia saat ini juga.
Raven benci mantan.
Ehh salah, beda server.
Raven benci kucing.
Dengan helaan nafas yang kasar, Raven berusaha mengontrol dirinya. Ia tak mau terlihat begitu lemah di depan gadis yang mempermalukannya ditempo hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVEN | (ON GOING)
Fiksi Remaja"Dasar cowok tidak berperikekucingan!" "Emang lo kira gue kucing, hah?!" "Gak. Lo setan" Raven hanya bisa mengumpat dalam hati. Ia begitu kesal ketika mengetahui bahwa tetangga barunya itu memiliki seorang anak gadis yang sangat mencintai kucing...