Perasaan gelisah itu masih terasa ada di benak Jihye ketika tahu ibunya sudah sadar dari koma usai dirawat selama dua minggu di rumah sakit. Jihye khawatir, hal-hal seperti ini terulang lagi. Ia takut melihat ibunya seperti kemarin, apalagi tidak ada sosok ayah yang membantunya di sini.
Tapi beruntung, Jungkook selalu ada menemaninya. Ibunya juga sudah tahu kabar tentang Jungkook yang sudah kembali lagi bersama Jihye. Wanita itu senang, sebab ia sangat tahu bagaimana dulu sikap dan kepribadian Jungkook semasa berpacaran dengan Jihye.
Pagi ini, Jungkook datang mengunjungi ibu Jihye ke rumah sakit. Pria itu sudah Jihye dapati duduk sembari berbicara dengan ibunya, melihat bagaimana Jungkook kembali dekat dan nampak terbiasa dengan keluarganya membuat Jihye tersenyum saat membuka pintu kamar pasien.
Jihye melempar senyum pada Jungkook sebelum ia melihat loyang berisi sarapan ibunya yang sudah kosong di atas nakas, akhirnya ibunya bisa makan dengan baik lagi. "Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Masih pusing?"
Wanita itu menggeleng, "Sudah, Ibu sudah lebih baik. Bahkan kalau misalnya diberi izin, Ibu mau pulang sekarang juga bisa."
Jungkook dari tempat duduknya itu menyahut, "Diberi izin dengan dokter pun, kami tidak akan mau membiarkan Bibi pulang. Bibi harus pulih dan benar-benar sehat dulu."
Ibu Jihye terkekeh mendengar nasehat dari Jungkook itu, "Terima kasih, ya. Kau banyak membantuku dan Jihye selama ini, kau tidak pernah berubah."
Pria Jeon itu hanya bisa menerbitkan senyum saat ibu kekasihnya itu memberikan sebuah pujian. Ia tersenyum mendengar kalimat kalau dirinya ini tidak pernah berubah dari dulu.
Percakapan ketiga orang itu usai ketika perawat datang melakukan tugasnya untuk membersihkan ibu Jihye. Mata Jungkook memberi isyarat kepada Jihye untuk segera keluar dari ruangan itu, keduanya memilih untuk jalan-jalan sebentar di taman belakang rumah sakit.
"Pagi-pagi sekali kau sudah ke sini. Tidak ke kafe dulu?" Jihye membuka obrolan pertama kali seraya kedua tungkainya terus bergerak melintasi jalan setapak.
Jungkook memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, "Aku ingin melihat keadaan ibumu, lagipula kafenya sudah buka tadi. Biarkan saja Sana yang mengaturnya."
Jihye tersenyum sejenak, lalu memilih duduk di bangku taman bersama Jungkook. "Aku terlalu banyak meminta libur, pasti Sana kerepotan."
Melihat gurat wajah Jihye yang nampak murung membuat Jungkook menghela napas, "Kesehatan ibumu lebih penting sekarang, jangan memikirkan masalah pekerjaanmu dulu. Aku bosnya di sana, jangan khawatir."
Perkataan Jungkook yang terdengar tulus itu semakin membuat Jihye menunduk dengan perasaan tidak enak, "Terima kasih untuk semuanya, Jung. Aku tak tahu lagi harus mengatakannya berapa kali, kau sangat membantu keluargaku." Jihye meremat kedua tangannya di atas paha, "Aku juga ingin minta maaf."
Alis Jungkook mengerut saat mendengar permintaan maaf Jihye, ia tahu perempuan ini masih dihantui rasa bersalah padanya. Pria Jeon itu langsung memegang sebelah tangan Jihye, "Lupakan apa yang menjadi kekhawatiranmu sekarang."
Jihye terkejut saat punggung tangannya dikecup Jungkook, lalu laki-laki Jeon itu tersenyum penuh makna padanya.
"Jiya, kau harus tahu, perasaanku dari dulu untukmu masih sama sampai sekarang."
Tak dapat dipungkiri bagaimana Jihye tertegun dengan ucapan Jungkook yang nampak tulus padanya, tapi anehnya Jihye masih merasa hampa. Ia tahu Jungkook mengungkapkan perasaan lagi padanya tapi entah kenapa ia sama sekali tidak merasakan apa-apa. Rasanya ... kosong.
***
Kurang lebih selama sebulan ini, Jihye sudah mulai berbaur dengan Jungkook. Mereka semakin dekat dan mesra dari hari ke hari, Jungkook kadang ketika sedang sibuk pun akan sempat datang ke rumah Jihye sekadar ingin melihat keadaan ibu Jihye yang perlahan mulai pulih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Killer King
FanfictionPark Jihye dan Jeon Jungkook telah menjalin hubungan sejak keduanya duduk di bangku kelas 1 SMA. Akan tetapi, menjelang ujian sekolah Jihye mendadak menghampiri Jungkook dan mengakhiri hubungan mereka dengan alasan 'bosan'. Lagi pula, siapa yang tid...