"Ini upahmu untuk hari ini, sekarang kau bisa pergi." Ucap seorang pria dewasa berkepala botak dengan ekspresi santai, duduk di gerbang masuk kawasan konstruksi bangunan. Konstruksi bangunan ini terletak di pinggiran kota, sehingga bos besar jarang kesini dan mengawasi langsung bawahannya, jadi beberapa kali mereka bisa santai dan menikmati secangkir kopi panas.
"Makasih Om, besok masih ada pekerjaan kan? Apapun akan kulakukan!" Kata seorang pria muda yang berada tepat di depan pria berkepala botak. "Iya tentu saja, masih banyak yang harus dilakukan, tapi aku sarankan kau jangan terlalu sering kesini, kau masih muda. Usahakan tabung uangmu untuk membeli buku agar bisa kau baca, ini aku ada sedikit tabungan. Hitung-hitung bisa menambah kau membeli buku." Ucap pria botak itu lagi sambil mengeluarkan uang rupiah kertas dari dompetnya.
"Terima kasih banyak Om Ferdi, aku akan berusaha menabung sebisa ku. Aku pulang duluan ya, sampai jumpa besok!" Pria muda itu berteriak sambil berlari pulang. Tak lupa dia mengambil topinya yang dia letakkan di atas tumpukan kayu, topi yang biasa dia pakai saat siang hari. Untuk menghalangi panasnya sinar mentari.
Di jalan kembali ke rumahnya, dia menyenandungkan beberapa lagu yang dia sering dengar di putar di tempat konstruksi oleh pekerja lain. Meskipun dia bahkan tidak tahu judul lagunya, nada dan irama nya sudah sangat familiar karena sering di putar. Mengayuh sepeda bututnya yang berbunyi saat di kayuh, layaknya musik alami yang menemaninya saat pulang bekerja.
Sore menjadi semakin malam, seperti biasa Derin selalu menyempatkan untuk membeli sebungkus makanan di pinggir jalan. Untuk ia makan sebagai makan malamnya, berhenti tepat di depan warung nasi langganannya memarkirkan sepeda agar tak menghalangi jalan. "Eh mas Derin, seperti biasa kan?" baru saja Derin masuk ke warung nasi, wanita paruh baya sang pemilik warung langsung menyapanya. Tak lupa sambil mengambil seporsi nasi, tempe bacem, dan sayuran. Itulah menu makan malam sehari-hari Derin, meskipun hanya berlauk tempe dan sayuran tapi sudah dapat mengisi perut Derin yang sedang keroncongan karena seharian bekerja, selain murah tempe dan sayuran juga bermanfaat untuk tubuh. Jika Derin bosan dengan tempe, dia biasa menggantinya dengan telur dadar. Hanya berusaha untuk mengisi perut dan menghemat kantong.
Derin sudah terbiasa dengan tempat ini, dia langsung menuju ke tempat biasa dia makan. Paling pojok belakang, tempat yang jauh dari pembeli lain. Meletakkan barang-barangnya di kursi, Derin mengambil segelas air mineral kemasan yang memang biasanya terletak di setiap meja rumah makan.
"Mas Derin, ini nasinya.." Bu Darmi menuju ke meja Derin sambil membawa makan malamnya, meletakkannya di meja dengan hati-hati dan menarik kursi yang ada di depan Derin. Mungkin Bu Darmi ingin mengobrol dengan Derin, karena hal ini sudah terbiasa terjadi bila rumah makan sedang sepi. "Mas Derin, saya bisa minta tolong ga yah sama mas Derin?" Tanyanya dengan ekspresi berharap.
"Minta tolong apa ya Bu? Saya akan berusaha menolong sebisa saya." Derin berkata sambil menelan makanannya. "Gini mas, suami saya kan sedang ada di Jawa Tengah mengurusi ternaknya. Nah biasanya kan saya kalau mau menghubungi dia selalu lewat temannya yang punya smartphone, karena dia engga mau megang smartphone, ribet katanya. Nah dari kemarin itu saya nyoba nelpon temen si bapak buat nanyain kabar bapak. Tapi ga diangkat-angkat." Ucap Bu Darmi panjang lebar.
"Ohh iya iya Bu, jadi apa yang bisa saya bantu?" Tanya Derin sambil menyedot air mineral gelasnya. "Mas Derin mau engga nyamperin suami saya di Jawa Tengah? Saya takut dia kenapa-kenapa soalnya Mas. Tenang aja Mas, nanti semua biaya Mas kesana saya yang tanggung." Ucap Bu Darmi dengan nada memohon.
"Waduh, nyamperin ke Jawa Tengah Bu? Sebenernya saya juga ada niatan pulang kampung ke situ sih Bu, ngunjungi makam orang tua saya. Sudah lama saya tidak pulang, tapi liat besok aja ya Bu. Sekalian saya beritahu Om Ferdi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Harapan
ФэнтезиJalan kehidupan terlihat biasa. tidak ada yang monoton, seperti kisah masing-masing orang yang berbeda satu sama lain, tidak ada yang menarik karena setiap orang sudah mempunyai takdirnya sendiri dan tidak ada yang mencoba lepas darinya, setidaknya...