Chapter 5

2 0 0
                                    

"uhh, udah 5 hari masih belum ada tanda-tanda bantuan dari Ayah. Gimana kalo dia ga tau kalo gue diculik? Ahh gak mungkin, meskipun dia keliatan cuek tapi gue tau dia peduli banget." Kataku sambil melihat keluar jendela, di luar hanya terlihat hutan, hutan dan hutan. Pohon-pohon tinggi sungguh menghalangi penglihatan, jadi aku juga bingung aku dibawa kemana oleh mereka.

Sambil mengunyah apel yang diberikan oleh mereka sebelumnya, aku terus menatap keluar jendela yang terpasang jeruji-jeruji besi seakan ada di penjara. Aku sudah memeriksa semua tempat di kamar ini tapi tidak ada satu pun barang yang bisa aku gunakan untuk memotong jeruji besi itu, boro-boro gergaji. Bahkan aku meminta gunting kuku untuk membersihkan kuku saja tidak diberi.

Aku sendiri yang sebenarnya bukanlah orang yang religious mendadak selalu berdoa kepada tuhan di saat seperti ini, iya aku tahu sungguh tak tahu malu tapi aku yakin banyak orang diluar sana juga sama, hanya berdoa di saat ada maunya.

Warna langit yang tadinya terlihat orange keemasan sekarang perlahan berubah menjadi semakin gelap, sebelumnya aku jarang sekali memperhatikan warna langit dan mengaguminya karena saat di kota aku selalu saja sibuk. Tentu saja sibuk berbelanja dan jalan-jalan bersama temanku di pusat perbelanjaan, aku jarang memperhatikan keindahan alam seperti yang kulakukan sekarang.

Aku baru menyadari ternyata alam bisa seindah ini, 17 tahun hidupku hanya terjebak di lingkaran berbelanja dan bermain. Aku sendiri sadar kalau aku masih takut untuk keluar dari zona nyamanku, aku selalu menolak apabila diajak teman-temanku untuk bermain ke gunung atau daerah hutan. Mungkin karma memang ada, buktinya aku tidak pernah main ke hutan dan pada akhirnya aku berada di tengah-tengah hutan yang lebat dan menyeramkan ini.

Setelah malam datang, akhirnya salah satu dari empat orang bajingan itu mengantarkan makanan ke kamar ku. "Masa mie instan lagi sih makanannya? Udah 5 hari aku makan mie instan terus-terusan, ga ada yang lain apa? Makanya kalau mau jadi penculik modal dong!" Kataku meneriaki lelaki berambut merah itu sambil berusaha memukulinya, tapi tentu saja percuma karena dia terus saja menangkis pukulan 'kesal' ku dengan mudah.

"Udah makan aja sana, masih untung dikasih makan. Daripada lo ga kita kasih makan, untung cantik lo kalo ga udah gua tabok ni dari kemaren ngeluh terus." Balasnya dengan muka ketus.

Setelah meletakkan nampan yang terdapat semangkok mie dan segelas air di atasnya, akhirnya lelaki jahanam yang ku dengar bernama Nino dari percakapan mereka pun pergi sambil melotot kepadaku. Tentu saja aku balas memelototi dia dan akhirnya dia benar-benar pergi ditandai dengan bantingan pintu yang keras, memang aku terkejut dengan suaranya di hari pertama aku di tempatkan disini. Tapi karena setiap hari aku diperlakukan seperti itu lama-lama aku terbiasa juga.

Karena aku juga sudah lapar, aku mulai melahap semangkuk mie instan yang rasanya juga sama dari hari awal aku dikurung disini. "Seenggaknya ganti rasa kek, emang dasar penculik ga modal!" Teriak ku dengan keras agar mereka yang di luar bisa mendengar.

"Bacot ah! Makan tinggal makan, masih aja ngeluh dari kemaren!" Teriak salah satu dari mereka di luar, akhirnya dengan tidak rela aku memakan habis semangkuk mie ini. Sambil memikirkan apakah kedua orang yang berusaha menolongku kemarin juga bosan dengan rasa mie yang begini-begini saja?

Sebenarnya aku kemarin sempat bahagia karena saat hari ke-2 aku berada di sini, ada dua orang dewasa yang lewat dan mendengar teriakan ku dari sini. Aku tidak tahu kalau mereka sangat bodoh, aku sudah teriak kalau aku di culik tapi mereka langsung masuk mendobrak pintu depan tanpa berpikir kalau ada penculiknya di dalam.

Alhasil 4 lawan 2 sudah terlihat pihak siapa yang menang, dan pada akhirnya mereka juga dikurung di rumah ini tapi berbeda ruangan denganku. Aku masih bersyukur orang-orang jahanam itu masih punya moral dengan tidak menempatkan laki-laki dan perempuan di ruangan yang sama. Setidaknya hanya itu kebaikan dari mereka yang aku ingat.dan pada akhirnya mereka juga dikurung di rumah ini tapi berbeda ruangan denganku. Aku masih bersyukur orang-orang jahanam itu masih punya moral dengan tidak menempatkan laki-laki dan perempuan di ruangan yang sama. Setidaknya hanya itu kebaikan dari mereka yang aku ingat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sang HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang