Cliing~
Suara kaca bertemu kaca tercipta, saat Derin meletakkan cangkirnya di piring kecil yang ada di depannya. Menatap kopinya yang tinggal tersisa ampasnya, dia berusaha mengingat kembali mimpi yang terjadi padanya tadi malam. Mimpi aneh yang dia yakin itu bukanlah mimpi, karena terasa sangat nyata dan dia sendiri mengingat dia masih merasakan sakit saat dia mencubit lenganya sendiri tadi malam.
Pertemuan dengan seorang kakek tua yang menyebut dirinya sendiri Prabu Humbalang, informasi yang dia berikan masih meninggalkan bekas permanen di pikiran Derin. Kaum Valiar yang akan menginvasi Bumi, dan apa maksud dari kata lagi? Apakah itu berarti di masa lalu kaum Valiar juga pernah menginvasi Bumi? Tetapi kenapa tidak ada dalam catatan sejarah sama sekali?
Dan hal yang paling membuatnya terkejut adalah, Prabu Humbalang berkata jika dia adalah leluhurnya. Yang berarti Derin adalah penerus darah kerajaan Mulaban, Derin sendiri ragu karena dia merasa dia hanyalah pemuda biasa yang berusaha bertahan hidup di tengah keras nya kekejaman Ibukota.
Derin sendiri masih belum yakin akan identitas kedua orang tuanya, karena mereka berdua seperti orang tua biasa yang ada di pedesaan. Ayahnya bertani berusaha mencukupi kebutuhan keluarga agar bisa bertahan, ibu nya seorang diri mengurus kebutuhan rumah tangga dan mengurus segala keperluan Ayah dan Derin sendiri.
Benar-benar terlihat seperti orang biasa dan tidak ada yang aneh, jadi Derin masih meragukan keberadaan dirinya sendiri saat ini. Apakah dia benar-benar keturunan Prabu Humbalang seperti yang dikatakan? Dia tidak percaya diri akan dirinya sendiri, melihat dirinya hanyalah pemuda yang mengandalkan fisiknya untuk bertahan hidup.
Menghela nafas panjang, Derin akhirnya membayar sarapan yang tadi dia santap dan segelas kopi kepada ibu pemilik warung, Derin tidak melupakan tujuan asalnya sendiri untuk datang kesini. Meskipun dia masih dikejutkan dengan kejadian tadi malam, tapi dia tetap harus melaksanakan kepercayaan yang diberikan Bu Darmi untuk mencari suaminya.
Sambil menggendong tasnya yang penuh dengan barang-barang bawaan pribadinya, dia berangkat menuju stasiun bus untuk pergi lagi ke daerah perkampungan tempat dimana suami Bu Darmi, yang bernama Pak Eko tinggal dan mengurus peternakan bersama temannya.
Setelah menemukan bus yang akan melewati kampung yang Derin tuju, Derin membeli tiket dan langsung naik kedalam bus, Derin sekali lagi menggunakan bus untuk perjalanannya. Bus itu sendiri setelah sekian puluh menit akhirnya baru akan berangkat. Penumpang nya pun hanya ada beberapa orang karena kampung-kampung yang dilewati nantinya juga tidak besar, jadi wajar saja jika penumpangnya juga tidak banyak.
Sekali lagi mencari tempat yang jauh dari banyak orang, Derin mengambil earphone nya kembali dan menyetel playlist nya yang tidak akan pernah bosan dia dengarkan. Melihat hutan yang masih sangat hijau di daerah ini, udara yang segar berbanding terbalik dengan udara yang ada di kota besar. Ingin sekali rasanya Derin hidup tenang di sini, tapi keadaan ekonomi tidak mengizinkannya untuk melakukan itu. Dia masih harus berjuang di kota untuk mempertahankan kehidupan kecilnya.
Melihat para petani yang pagi ini sudah banyak yang dalam perjalanan ke sawah, melihat petani-petani ini. Derin jadi teringat akan sosok Ayahnya yang lembut dan bijaksana, selalu memberikan nasihat yang benar-benar bermanfaat untuk Derin ke depannya. Sosok Ayah dan Ibu nya yang kini sudah tiada membuat air mata keluar sedikit karena teringat kenangan-kenangan indah saat dia kecil.
Menangkap ikan di sungai bersama teman-temannya yang kini entah tersebar ke mana. Mencari buah yang bisa dimakan di hutan tidak jauh dari desa mereka, menangkap burung yang menjadi hama di sawah. Dan berbagai macam kenangan indah lainnya yang jarang dirasakan anak di era sekarang dimana teknologi sudah maju begitu pesat.
Derin merasa dia masih beruntung bisa merasakan semua hal itu meskipun tidak lama karena orang tuanya yang tewas karena kecelakaan lalu lintas. Masa kecil nya yang indah dan menyenangkan hancur seketika, hatinya yang masih polos dan lugu saat masih kecil sekarang sudah menyadari betapa kejam nya hidup di dunia seorang diri.
Beberapa jam berlalu dengan Derin yang masih terjebak nostalgia, sambil melihat sekeliling dan melihat semua penumpang lain masih sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Derin kemudian teringat kembali dengan mimpi tadi malam, kalau memang semua yang dikatakan Prabu Humbalang benar-benar akan terjadi. Kapan ujian ini akan di adakan? Apakah pada saat aku sudah dewasa atau bahkan mungkin, sekarang? Kapanpun itu akan terjadi Derin berharap dia akan siap menghadapinya karena seperti yang dikatakan Prabu Humbalang sendiri, dia harus berusaha sebaik yang dia bisa di ujian itu. Meskipun dia sendiri tidak tahu akan seperti apa ujiannya.
Sambil melihat pemandangan di luar sambil mendengarkan lagu, tidak lama terdengar suara burung. Bukan hanya satu tapi banyak, saat dia melihat keluar dan memfokuskan pandangannya jauh ke depan, terlihat ribuan burung hitam terbang menuju ke arah Derin, sepertinya ingin melewati bus yang ditumpangi Derin.
Langit tiba-tiba menjadi gelap karena ribuan burung itu yang terbang secara bersamaan di langit, menutupi matahari yang bersinar terang. Kejadian ini memang tidak jarang karena dia juga sering melihat burung-burung yang pergi berkelompok di desanya saat dia masih kecil. Tapi jumlahnya, tidak bisa dibandingkan dengan yang sekarang. Mungkin bahkan ada puluhan ribu burung yang melewati bus Derin di langit.
Penumpang yang lain juga memperhatikan kenapa lingkungan di luar menjadi gelap seperti malam, dan salah satu anak kecil yang naik bus ini berteriak dan memandang kagum melihat langit dipenuhi burung berwarna hitam yang terbang melintasi bus mereka. Seperti siang mendadak berubah menjadi malam, hal ini tentu saja mengejutkan mereka semua. Termasuk sang sopir yang masih melaju meskipun heran dengan banyaknya burung yang ada di langit.
Dia kemudian menyalakan radio yang tadi sempat dimatikan karena para penumpang tertidur, agar tidak mengganggu tidur mereka.
"Pagi semuanya~ gimana nih pagi kalian? Semangat dong yah menjalani hari yang cerah ini." Suara penyiar radio wanita yang dengan ceria dan penuh semangat layaknya penyiar radio biasa.
"Wah harus semangat dong ya, oke kita disini ada kabar terbaru nih baru aja dilaporkan dari berbagai lokasi yang ada di pulau Jawa terlihat banyak sekali burung bermigrasi ke tempat yang lebih tinggi seperti pegunungan dan bukit, masih belum diketahui pasti sih kenapa. Kalian pasti nganggep ini berhubungan sama bencana alam kan? Ya memang biasanya begitu, tapi menurut pihak terkait tidak aka nada bencana yang akan terjadi beberapa hari ke depan. Cuaca akan tetap cerah dan bersahabat, jadi perilaku aneh burung-burung ini menyebabkan banyak sekali orang bingung." Jelas seorang penyiar radio pria yang menyebarkan berita hari ini.
"Pantes aja kenapa banyak banget burung yang terbang tadi,apa jangan-jangan kejadian ini berkaitan dengan ujian itu?" Pikir Derin dalam hati, dia menduga-duga jika kejadian ini berkaitan dengan ujian yang Prabu Humbalang katakan kepadanya, karena kali ini perilaku burung benar-benar aneh dan tidak diketahui kenapa mereka pergi ke tempat yang lebih tinggi.
Tapi Derin menggelengkan kepalanya, karena dia tidak berpikir ujian nya akan diadakan secepat ini. Dia sendiri merasa jika ujian ini tidak akan berlangsung sekarang, dia juga tidak tahu kenapa dia bisa merasakan hal ini. Mungkin ini semua terkait dengan mimpi itu.
Akhirnya bus nya sampai di desa yang dituju Derin, dia langsung turun dan menyusuri jalan untuk masuk ke desa yang dimaksud.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Harapan
FantasíaJalan kehidupan terlihat biasa. tidak ada yang monoton, seperti kisah masing-masing orang yang berbeda satu sama lain, tidak ada yang menarik karena setiap orang sudah mempunyai takdirnya sendiri dan tidak ada yang mencoba lepas darinya, setidaknya...