03

1.3K 124 9
                                    

⎙ : : | Happy reading-〻
──────────────────────────
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
⏝ ͝ ⏝ ͝ ⏝ ͝ ⏝ ͝ ⏝ ͝ ⏝ ͝
⠀ ོ ⠀⠀ ☁︎☁︎ 。 ⠀ ོ⠀⠀ ☁︎︎☁︎︎

⠀ ོ ⠀ ོ ☁︎☁︎ ☁︎ ☁︎
⏝ ͝ ⏝ ͝ ⏝ ͝ ⏝ ͝ ⏝ ͝ ⏝ ͝

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
──────────────────────────

.
.
.
.

Hari pertama ia mengijakan kaki disekolah barunya itu. Sejujurnya ia tak ingin pindah. Tapi karena tempat ayahnya bekerja dipindahkan ke cabang perusahaan lain, ia mau tak mau harus ikut pindah.

Kesan ertama masuk kelas di sekolah barunya. Kelas itu ribut, sangat ribut. Setelah perkenalan, tanpa sengaja pandangan matanya bertabrakan dengan tatapan pemuda tan itu.

'Tampan.' Batinnya

Tak ingin lama" menatap mata itu, ia memutuskan tatapannya.

Pak Doyoung menyebutkan nama pemuda tan itu, yang akan menjadi teman satu mejanya sekarang. Renjun menuju ke bangkunya.

"Hai, gua Haechandra Abditama panggil aja Chandra."

"Hmm, iya." Jawabnya singkat

Sejak perkenalan itu hingga pulang sekolah. Renjun merasa aneh dengan teman sebanguknya ini. Dari tadi menatapnya terus. Risih.

Tapi Renjun dengan sikap acuhnya hanya diam. Tanpa menanggapi Haechan.

.
.
.
.

Pukul 06.20 WIB

Hari kedua, Renjun berangkat pagi-pagi. Karena sudah menjadi kebiasaannya sewaktu dulu. Kelas XI MM 2 masih sepi. Hanya siswa-siswa rajin yang sudah berangkat.

Pukul tujuh kurang sepuluh menit, sudah banyak siswa yang berangkat terutama gangnya Haechan. Sudah melakukan kebiasaan mereka. Yah konser didalam kelas.

Haechan sebagai vokalis, Jaemin tukang kendang meja, Hyunjin, Felix dan Hanjis sebagai kang goyang. Sedangkan Jeno hanya menjadi penonton kelakuan manusia tak waras itu.

Kringg

Bel masuk berbunyi, semua duduk tenang di bangku masing-masing. Karena hari ini, pelajaran Bu Jennie, selaku guru killer sekaligus guru mapel paling tak disukai kebanyakan siswa yaitu Matematika.

Sebelum itu, Haechan siap melanjarkan aksi pendekatannya dengan Renjun dengan memberikan sekotak susu coklat dan sebungkus roti.

"Ren, ini diterima ya." Haechan tersenyum lebar, dan berusaha untuk menetralkan detak jantungnya. Yang setiap kali ia berdekatan dengan Renjun selalu berdetak tak karuan, rasa sesak dada tapi menyenangkan.

Renjun hanya melirik dan berdehem. Tak lama setelah itu, Bu Jennie masuk dan membuat Haechan dan yang lain fokus memperhatikan. Walaupun mereka tak sepenuhnya paham dan menyukainya, tapi karena takut kena hukuman ya gitu.

Mereka memperhatikan pelajaran hingga istirahat pertama berbunyi. Semuanya menghela napas lega, akhirnya neraka berakhir.

"Akhirnya istirahat." Ujar Hanjis

"Hooh, akhirnya. Kepala gua dah berasep mikirin rumus-rumus."- Hyunjin

"Iya njir, mana gurunya galak. Ga bisa langsung dimarahin. Ck." -Jaemin

"Makan makan, gua butuh makan."-Felix

"Sama, cacing gua dh demo minta dikasih asupan." -Haechan

Jeno si kalem mah cuma geleng-geleng sudah biasa melihat kelakuan mereka.

Renjun? Masih sama, masih acuh tak acuh. Diam kalem.

Masih belum bisa berbaur dengan mereka, alias kaku. Canggung.

Oh iya posisi duduk mereka di kelas itu. Haechan - Renjun itu paling pojok, depannya ada Hanjis - Felix. Samping Felix, Jeno - Ryujin. Belakang Jeno alias samping Haechan ada duo bucin. Hyujin dan Jaemin.

"Yok kekantin lah. Ayo yang." Ajak Hyunjin taklupa merangkul pundak Jaemin. Cih, dasar.

"Ayo Ren, ikut kekantin." -Felix

Renjun mengangguk dan berjalan mengikuti mereka, Haechan yang berjalan di samping Renjun.

Haechan melirik Renjun yang masih saja diam sedari tadi.

"Ren, lu kenapa diem aja?" Tanya Haechan

Renjun hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Ren, ntar pulang sama siapa?"

"Sendiri."

"Nanti pulang sekolah, pulang bareng ya?"

"Gak."

"Kenapa ga mau?"

"Gpp."

"Ren, lu cuek bener si."

"Hmm."

Tak terasa mereka sudah sampai dikantin.

"Dylan sayang mau makan apa? Biar aa yang pesenin." -Hyunjin

"Apa aja dan. Kalian pesen apa? Biar Zaidan yang pesen."

Hyunjin hanya mendengus, dia hanya menawarkan pada sang kekasih. Tapi apa.

'Sabar dan. Orang sabar di sayang Dylan.' -Batin Hyunjin

"Gua pesen bakso sama minumnya es teh panas." -Felix

"Samain kaya punya Felix." -Hanjis

"Novan pesen apa?" -Jaemin

"Somay lima ribu, minumnya samain." -Jeno

Renjun menatap Jeno, dia baru mendengar suara Jeno. Suaranya berat, cowo banget.

Renjun akui Jeno itu paling kalem, ganteng, badannya sedikit kekar. Dibanding Haechan yang gembul, suara cempreng.

"Rendi mau pesen apa?" Tanya Haechan

"Samain kaya punya Novan."

Haechan Hyunjin pergi memesan makanan dan minuman untuk mereka.

Sedangkan Felix, Hanjis, dan Jaemin ribut gibah. Jeno menjadi pendengar setia. Dan Renjun yang menatap Jeno tertarik.

Tak lama pesanan mereka tiba.

"Makan, makan..." -Hanjis dan Felix

Dasar anak kembar, padalah yang benar-benar kembar disini Jaemin dan Jeno.

Mereka menikmati makanan masing-masing. Renjun sesekali melirik Jeno, yang makan dengan tenang.

Sedangkan Haechan melihat Renjun yang sedang menatap Jeno, sedikit sakit.

Apa iya, Renjun tertarik pada Jeno dari pada dirinya?

Memang Haechan akui, dia tak sekekar Jeno dan tak seputih Jeno. Apa lagi pipinya yang sedikit gembul. Sedangkan Jeno? Rahang tegas, hidung macung.

Kalah woy kalah. Tapi Haechan tidak menyerah. Ini masih satu hari dia mulai pendekatan. Masa iya, langsung nyerah. Tidak semudah itu perguso.

.
.
.
.

TBC


Makin ga nyambung ye?
Maaf ya, lagi buntu ni otak.

Typo's an art.

Jangan lupa vote dan Comment !

🍷-ozaa

Bucin || HyuckRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang