11

79 8 7
                                    

Mata Yurina masih menutup, Memi berkali-kali berdoa agar Yurina bisa membuka matanya. Wajah damainya membuat Memi semakin bersalah. Saat ini hanya Memi yang di ruangan Yurina. Manaka, Risa dan Yui sudah pulang 1 jam yang lalu. Sedangkan Akane, dia pergi kekantor polisi untuk mencari si pelaku dengan Yuuka yang menemaninya. Jika Yuuka tidak berada disamping Akane maka siapapun biasa kena amukan Akane. Apalagi ini menyangkut Yurina, anak semata wayangnya.

"Maafkan aku. Andai saja aku tidak kekanakan mungkin tidak begini" Lirih Memi sambil menatap wajah damai Yurina.

Wajah Memi mulai mendekat dan di kecupnya pipi Yurina.

Ceklek

Memi langsung menjauhkan wajahnya dan tersenyum kikuk saat tahu siapa yang datang.

"Ini. Ini bukan yang seperti kau lihat Neru" bagaimana pun juga yang Memi tahu Neru dan Yurina memiliki hubungan.

Neru hanya menatap Memi datar "Aku ingin bicara denganmu" lalu Neru keluar dari ruangan Yurina diikuti oleh Memi.

Cukup lama Memi mengikuti langkah kaki Neru tapi Neru masih belum juga berhenti. Perlahan kaki Memi mulai sakit karena tak kunjung berhenti. Hingga sampailah mereka di taman rumah sakit.

Neru membelakangi Memi "Ini tentang Hirate" ujar Neru to the poin. Neru pun berbalik dan menatap Memi.

"Kau tidak perlu khawatir Neru. Aku dan Yurina tidak memiliki hubungan apa-apa kok" meskipun begitu hatinya sakit. Memi tidak bisa menyangkal bahwa ia jatuh cinta dengan manusia sejenis berang-berang itu.

"Bukan itu yang aku maksud" Neru menghembuskan nafasnya. "Aku ingin menjelaskan kesalahpahaman di malam itu" ucap Neru sambil menatap Memi.

"Malam itu" Memi tersenyum getir mengingat malam itu.

"Malam itu tidak ada yang terjadi antara aku dan Hirate" ujar Neru mulai menjelaskan.

"Tidak ada tapi Yurina tidak menggunakan bajunya" gerutu Memi kesal.

"Sebenarnya akulah yang salah. Dia bahkan kaget dengan kedatangan ku. Dan kau datang diwaktu yang salah. Seakan-akan kami sedang melakukannya tapi sebenarnya Hirate  bahkan terus mendorong ku" penjelasan dari Neru sangat tidak masuk di akal bagi Memi.

Nafas Memi jadi menggebu-gebu "Jika memang kau yang salah kenapa kau melakukannya" entahlah saat ini Memi ingin marah. Ingin mengungkapkan kekesalannya.

"Aku terpaksa" lirih Neru sambil menunduk.

"Jika aku tidak bisa membuat Hirate jauh dari temannya maka aku akan dibunuh"

Memi tidak bisa begitu saja mempercayai ucapan Neru, tapi melihat Neru pasrah entah kenapa ia merasa simpati.

"Wanita itu mengancamku. Wanita itu juga yang telah membunuh siswi-siswi itu. Tujuan wanita itu hanya satu yaitu Hirate. Aku tidak tahu kenapa dia sangat membenci Hirate padahal umur dia dan Hirate terpaut sangat jauh" Memi menatap Neru tak percaya. Ia tidak menyangka pembunuhan yang terjadi akhir-akhir ini ada kaitannya dengan Neru.

"Kau tahu bahwa Yurina trauma terhadap Higanbana?" Neru menggeleng.

"Aku tidak tahu. Aku juga heran kenapa wanita itu selalu meninggalkan Higanbana"

"Lalu bagaimana yang di rooftop?" tanya Memi pelan

"Rooftop?" Seketika Neru terkekeh. "Jadi kau mendengarkan percakapan kami ya. Di rooftop kemarin aku ingin jujur kepada Hirate"

Flashback

"Bisa bicara sebentar" Yurina berbalik dan tampak lah Neru yang sedang memasang wajah serius.

Sebenarnya Yurina enggan untuk berbicara dengan Neru tapi "Baiklah".

Neru perlahan mendekati ujung rooftop. Ia pun memejamkan matanya menikmati hembusan angin.

"Apa yang ini kau bicarakan?" Yurina pun membuka suara karena Neru masih diam.

"Maaf" satu kata yang lolos dari mulut Neru.

Yurina mengernyit heran. Kenapa gadis di depannya tiba-tiba saja minta maaf. Itu yang dipikirkan Yurina.

"Soal kejadian malam itu aku terpaksa melakukannya. Jika aku tidak menuruti perintahnya, wanita itu akan membunuhku" ujar Neru sambil menunduk.

"Wanita? Siapa maksudmu?" tanya Yurina penasaran. Tapi pikirannya hanya satu yaitu orang yang mengiriminya pesan.

"Aku tidak tahu siapa wanita itu. Tapi dialah pelaku yang telah membunuh siswi disini" jawab Neru sambil mendongakkan kepalanya.

"Tapi apa tujuannya mengirimmu?" tanya Yurina semakin penasaran.

"Kau"

"Aku?" Yurina menunjuk dirinya sendiri. Neru pun mengangguk.

"Aku tidak tahu mengapa. Tapi dia ingin membunuh mu. Oleh karena itu dia menyuruh ku agar hubungan kau dan teman-temanmu renggang sehingga ia dengan mudah menjalankan rencananya"

"Aku tahu itu salah tapi aku tidak tahu harus melakukan apa. Semuanya menjadi gelap. Aku tidak ingin melakukannya" lanjut Neru pelan.

"Maafkan aku" Neru pun berjalan meninggalkan Yurina tapi Yurina menahannya.

"Tak masalah bagiku" Yurina pun memberikan senyum terbaiknya.

"Kita bisa memulai lembaran baru. Kau dan aku" perlahan Yurina membawa Neru kedalam dekapannya. Yurina merasa perlu menenangkan Neru.

Flashback off

"Meskipun dia tahu dirinya dalam bahaya, Hirate tetap memikirkan ku. Aku semakin merasa bersalah. Aku sudah berusaha untuk menghentikan rencana jahatnya. Tapi aku sangat tidak menyangka dia menjalankannya hari ini juga" Neru pun mengakhiri penjelasannya.

Neru menatap Memi "Mungkin sudah seharusnya aku menjelaskannya. Bagaimana pun aku yang salah. Andai saja aku tidak takut dengan ancaman itu maka Hirate pasti akan baik-baik saja" Neru menghembuskan nafasnya.

Ia pun pergi meninggalkan Memi tapi pertanyaan Memi menghentikannya "Lalu bagaimana perasaan mu dengan Yurina?"

Neru berbalik dan memberikan senyum terbaiknya "Bohong jika aku bilang aku tidak memiliki perasaan terhadap nya. Tapi begitu Hirate menganggapku sebagai temannya perlahan hatiku menghangat meskipun aku ingin mempunyai hubungan lebih. Hati Hirate juga sudah diisi oleh seseorang sejak lama tapi ia baru menyadari sekarang"

"Kau mau kemana?" Tanya Memi sambil menatap Neru.

"Bagaimana pun juga aku ikut andil dalam rencana jahatnya. Dan aku juga penyebab Hirate mengikuti ucapan wanita itu agar Hirate menemuinya. Aku akan menyerahkan diri ke polisi"

"Dan membuat Yurina sedih" langkah Neru terhenti.

Memi perlahan mendekati Neru "Kau tidak bersalah Neru. Kau bahkan tidak membunuh siapapun. Kau juga di ancam. Bagaimana mungkin kau menanggung hukuman yang tidak kau perbuat" perlahan Memi tersenyum.

"Bukankah kau bilang Yurina menganggapmu teman. Berarti dia tidak ingin temannya terluka. Jika kau melakukan tindakan gegabah mungkin ia akan sedih. Percayalah Yurina melakukannya karena dia ingin"

Neru tidak bisa membendung air matanya, ia pun memeluk Memi dan Memi membalasnya.

"Maafkan aku" lirih Neru.

"Kau tidak perlu meminta maaf. Yurina telah menganggapmu teman jadi kau juga temanku" Neru semakin terharu. Ia pikir Memi akan memakinya atau lebih buruk akan melaporkannya. Tapi ia salah.

GaishōTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang