10. Godaan Ayam

58 46 0
                                    

Bane masuk ke mobilnya. Pandangannya terpaku pada stasiun pemadam kebakaran tua di seberang jalan. Studio Layla.

Darmoko berdiri di luar, seorang penjaga yang mengawasinya dengan tatapan tajam. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Layla atau Rafael.

Jari-jari Bane mengetuk-ngetuk kemudi. Rafael orang yang sangat berbahaya. Dia juga seorang pria yang terbiasa memegang kendali penuh-baik terhadap dirinya sendiri maupun orang-orang di sekitarnya.

Ketika Raf mengatakan bahwa dia punya alibi, bahwa dia bersama Layla, kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut pria itu. Ekspresinya telah tentukan. Tampaknya begitu.

Tapi Layla...matanya membelalak. Sebuah gerakan kecil, tapi Bane tertangkap karena dia memperhatikannya begitu dekat.

Kalau soal berbohong, Layla tidak sebaik kekasihnya. Berdasarkan pengalaman Bane, hanya ada satu alasan mengapa seorang pria berbohong tentang alibi. Karena pria itu bersalah dan berdosa.

Perasaannya mengatakan kepadanya bahwa Rafael adalah sebuah ancaman, sejak pertama kali mereka bertemu. Tapi Raf telah menyelamatkan Layla jadi dia berpikir...

Persetan dengan apa pikiran gue.

Dia akan terus mengikuti kasus ini. Dia akan melihat ke mana bukti membawanya. Dan jika dia mengetahui bahwa Raf bertanggung jawab atas kematian Ben, dia akan menjatuhkan orang itu. Dia tidak peduli berapa banyak uang yang dimiliki Raf. Keadilan datang kepada semua orang, dan mereka yang bersalah-mereka yang menanggung akibatnya.

***

Raf menatap perban di tangan kanannya. Layla bersikeras untuk membalutnya. Sial, dia rasa ada baiknya dia menyuruh anak buahnya untuk menyimpan kotak P3K di sanggar tari.

Dia dengan hati-hati membalutnya, jari-jarinya begitu lembut di tangan pria itu. Tidak ada orang lain yang peduli padanya, tidak seperti Layla.

Bangsat, ibunya menghabiskan lebih banyak waktu di dalam botol daripada di dunia nyata bersamanya. Dia berpindah dari panti asuhan ke panti asuhan. Dia tidak merasakan hubungan apa pun dengan siapa pun. Dia bertanya-tanya apakah dia bisa terhubung. Lalu dia bertemu dengannya.

Raf menatap perban putih mencolok itu. Dia kehilangan kendali untuk sesaat. Sangat menginginkannya...

Dia mengarahkan tangannya ke cermin. Menghancurkannya. Tapi aku tidak akan menghancurkannya.

"Ah... bos?" Raf berdiri tepat di luar studio Layla. Sinar matahari menyinari dirinya, dan Moko menunggu beberapa meter jauhnya, mengamatinya dengan mata waspada.

Raf melangkah ke arah pria lain. Layla masih di dalam. Kru pembersihan akan segera tiba di sana.

"Apakah polisi itu sudah pergi?" Raf bertanya, langsung ke bisnis. Moko mengangguk.

"Dia baru saja pergi tapi, menurut gue dia nggak percaya alibimu."

"Nggak masalah. Dia nggak akan bisa mengaitkan gue dengan pembunuhan Ben."

Ben, kenapa lo mencari gue? Kenapa Lo nggak bersembunyi aja? Lo bisa tetap hidup saat itu.

"Detektif itu akan menggali." Moko memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.

"Apa lo khawatir tentang apa yang akan dia temukan ketika dia mulai mencari-cari masa lalu Ben?"

Masa lalu Ben dikaitkan dengan masa lalu Raf.

"Dia akan melihat catatan resminya, nggak lebih."

Karena ada hal yang mereka ingin tutupi juga. Beberapa darah dan kematian tidak perlu terungkap.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MINE TO KEEP #2 (series Mine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang