"buna~~~ Alka bawa pelmen lho~~~ "ucap seorang anak kecil dengan wajah menggemaskan.
"arka, kemarin udah makan permen. Kok sekarang bawa permen lagi? "sahut lembut wanita dengan mengusap rambut arka.
"ini bukan buat alka buna, ini buat buna~~~~ "
"ahhh, benarkah? Terimakasih sayang~~~~"
"sama sama buna"
Setelah memberikan wanita itu sebuah permen, arka berlari menuju kelasnya dengan senyum yg mengembang.
Arka pradipta, seorang anak kecil yang manis dan lucu. Seseorang pasti dengan sekejap akan langsung mencintainya, sayang seribu sayang. Kehidupan arka tidak seindah itu, ia sangat berbeda dengan teman temannya. Jika temannya suka bermain, lain halnya dengan arka yg lebih sering berdiam diri di kamar dan merenung.
Sasya fedreca, wanita dengan senyum yg tulus dan wajah yg cantik. Sosok ibu yg sangat diidam idamkan oleh banyak anak anak, ia masih lajang meskipun sudah menginjak umur 22th. Tapi, ia masih tak berfikir untuk mencari seorang pangeran yg cocok dengannya. Kehiduoan yg cukup, dengan kasih sayang yg berlimpah dari orang terdekatnya. Mampu membuat hidup sasya menjadi sangat indah, dan ia tak ingin pergi dari lingkungan ini.
Bel masuk berbunyi, kala semua anak yg berada di sebuah sekolah taman kanak kanak berhamburan menuju kelasnya.
Sasya dengan telaten menyuruh anak didiknya untuk mengikuti pelajarannya dengan baik, ia memang mudah untuk menenangkan seorang anak kecil.
Entahlah, mungkin rasa sayangnya yg tulus membuat hati seorang anak kecil menjadi patuh padanya.
"anak anak dengerin ibu ya, sekarang kita mau pergi ketaman samping. Jangan lari larian, nanti jatoh. Gandengan ya, jangan sampe ada yg mencar. Mengerti? "jelas sasya.
Anak kecil saja sudah bisa gandengan,lalu bagaimana dengan kalian? Mungkin bahkan hingga saat ini masih ada yg betah menjomblo.
"mengelti bu gulu/buna. "
Mengapa hanya arka saja yg memanggil sasya buna? Karna meskipun sasya sudah memberi pengertian pada arka,namun anak itu tetap kekeuh ingin memanggilnya buna.
Karna tak tega, sasya pun hanya pasrah. Ia tau jika arka hanya tinggal bersama nenek dan kakeknya, sedangkan ibunya setau sasya sudah meninggal sejak melahirkan arka. Dan ayahnya? Entahlah, sasya bahkan tak pernah bertemu.
Taman yg mereka kunjungi dekat dengan sekolahan, bisa dibilang sangat dekat. Karna tempatnya yg berada disamping pas sekolahan, hingga mempermudah untuk belajar di luar ruangan.
"oke, sekarang kalian duduk disana. Lalu keluarkan buku gambarnya, kita akan menggambar bunga. "
Semuanya bersorak senang kala mendengar penuturan sasya, seorang anak kecil pasti senang bukan jika disuruh menggambar.
Sasya mulai berkeliling, ia melihat setiap gambar dari anak didiknya. Namun, atensinya tertuju pada arka. Ia mulai menghampiri arka yg sedang terdiam sambil menatap kosong buku gambarnya, senyuman sasya tak pernah luntur dari wajahnya.
"sayang, kenapa tidak menggambar?"
"buna? Alka nda mau gambal bunga, alka kan cwo buna. Gk suka bunga."
Sungguh menggemaskan sekali arka, ingin sekali rasanya sasya menggigit pipi chubby itu.
"lalu, arka ingin menggambar apa?"
"alka mau gambal, emmm apia ya buna?" tanya arka dengan jari telunjuknya yg ditempelkan ke dagu, soalah sedang berfikir sangat keras .
Kekehan terdengar dari mulut sasya, membuat arka menatapnya seraya mengerjapkan matanya bingung.
" buna kenapa teltawa? Apa yg lucu?"
"kau sangat menggemaskan sekali, gambar sesuatu. Lalu tunjukkan pada buna"
"benalkah? Baiklah buna, alka akan menggambal bagus."
Arka mulai menggoreskan pensilnya diatas buku gambar, sasya yg melihatnya tersenyum tulus. Ia neninggalkan arka dan lanjut berkeliling lagi, sesekali ia juga akan berhenti sejenak untuk berbicara dengan anak didiknya.
"baik anak anak, dengarkan ibu. Sekarang sudah hampir siang, bukunya di kumpulkan ke ibu sekaeang ya."
Satu persatu murid maju kedepan untuk mebgumpulkan buku gambar, setelahnya mereka bersama kembali kekelas. Dan tepat saat itu jam istirahat pun berbubyi, berakhirlah untuk sementara jam pelajan.
Semua murid mulai menuju kantin, maklum saja sekolah ini khusus untuk keluaega elite dan terpandang. Jadik tak heran jika ada kantin yg megah,dan bersih.
"BUNA!"teriak arka dari lorong kelas.
Sasya yg mendengar teriakan arka berhenti sejenak,dan menengok kebelakang. Ternyata arka sudah ada didepannga dengan nafas yg terengah engah, mungkin arka mebghampirinya dengan berlari.
"kenapa sayang?"
"bu..nah..bental alka napas dulu."
Sasya terseyum gelitik, memang ya. Jika anak anak berada di usia 4th mereka akan sangat menggemaskan, untung saja ia bisa menahan kegemasannya. Jika tidak sudah dipasrikan ia akan menculik arka dan menjadikannya anaknya sendiri.
"udah?"
"heem, buna alka lapel."
Sasya mengernyit bingung, untuk apa arka berkata seperti itu padanya? Bukankah seharusnya jika lapar itu kekantin?
"makan dong sayang"
"suapin buna, alka tuh gk bisa makan sendili lohhh"
"yaudah, yuk kekantin. Buna suapin deh, apasih yg enggak buat arka."
Arka memekik senang, tak sia sia ia berlari untuk menghampuri sasya. Akhirnya ia bisa makan disuapi sasya, meskipun sebenarnya arka bisa makan sendiri.
Haihai......
Welcome back to lapak gua..
Dahlama kga apdet sama ngebacod, bagaimana keadaan kalian? Masih idup?
Gua buat cerita ini tuh halu gua mulus beud! Kga boong dah, kehaluan yg diinginkan semua fans.
Visualisasi? Pasti kalian pengen gua ngeluarin kan? Tunggu aja pas tamat nih cerita, pasti gua kasih kok.
Udah 2021 ya? Udah bulan berapa nih? Gua sih nulisnya bulan januari, tapi publishnya batu sekarang. Mon maap Genk.
Semoga harapan kita yg baik baik tercapai ya genk.....Jangan lupa VOTE! COMMENT! Tengyu yg udah mampireu....
KAMU SEDANG MEMBACA
my husband is idol
Teen Fictionsasya tidak pernah tau, bahkan tidak pernah berfikir jika anak yg ia sayangi dan cintai ini adalah anak dari seorang aktor ternama. salahkan dirinya yg tak mengetahui perkembangan dunia drama maupun film, ia hanya fokus dengan kehidupan pribadinya...