Ayah

40 4 0
                                    

Sasya dan arka berjalan beriringan menuju kantin, tak lupa mereka bergandengan tangan. Tawa dari kedunya bisa membuat siapa saja yg melihatnya menjadi iri, seperti sepasang ibu dan anak yg sedang berbahagia.

Sesampainya dikantin, sasya mengambil beberapa lauk untuk arka. Mereka duduk di dekat jendela, dengan trlaten ia menyuapi arka.

"jangan buru buru arka,nanti kamu tersedak." sosok ibu yg sangat pengertian memang.

"iya buna, maaf."

Setelah selesai makan siang, mereka melanjutkan bermain beberapa permainan. Dan tak terasa bel tanda pulang sekolah terdengar nyaring, semua murid sangat senang. Tapi, tidak dengan arka. Jika ia pulang, maka tandanya akan berpisah dengan buna tersayang.

"yg belum dijemput sama orang tuanya, kalian bisa main di halaman sekolah dulu ya. Jangan keluar, nanti bahaya." ucap sasya yg di mengerti oleh anak didiknya.

"alka kapan beltemu dengan ayah?"gumam arka sedih.

Sasya mendekati arka, karna ia melihat raut sedih arka yg menarik perhatiannya.

"arka kenapa? Hm?"

"alka mau buna main kelumah boleh?"

"emm, buna masih ada tugas sekolah sayang. Jadi gk bisa main kerumah arka, gimana klo buna temenin arka disini sampai di jemput glandma?"

Arka tau, bahkan bisa dibilang hafal dengan jawaban yg diberikan sasya. Setiap ia ingin sasya pergi kerumahnya, pasti akan menolak dengan berbagai macam alasan.

Tapi bukan arka namanya jika gampang menyerah, ia akan selalu menanyakan sasya hal yg sama setiap pulang sekolah.

"baiklah buna"

"glandma jemputnya telat ya?" arka menggelengkan kepalanya.

Menit demi menit telah berlalu, tapi tak ada tanda tanda bahwa arka akan dijemput. Sasya dan arka menunggu hampir 1 jam lebih, tapi yg mereka dapat hanya angin lalu.

"kenapa arka belum dijemput?" batin sasya.

Dengan sabar sasya menunggu, sedangkan arka sudah tertidur di oangkuannya. Ia tersenyum kala melihat wajah damai arka saat tidur, sangat tampan itulah yg dibenaknya sekarang.

"memangnya ayah arka kemana? Ahhh, kasihan sekali kamu sayang."gumam sasya.

Tak terasa bulir air mata sasya menetes, ia membayangkan bagaimana hiduo arka yg sudah kecil ditinggal oleh ibu dan jarang bertemu ayahnya. Ia sangat beruntung kala menerima banyak kasih sayang dari keluarga, pasti sangat berat menjadi arka.

Sebuah mobil alphard hitam berhenti tepat dideoan sekolah, sasya mengernyit bingung. Kenapa berhenti tepat di depan gerbang sekilah,sedangkan disekolah ini hanya ada dirinya dan arka.

"siapa dia?"

Dengan sigap sasya menggeser arka, dan meleoas sweeternya sebagai alas bantal yidur untuk arka.

Perlahan sasya mulai mendekat kearah mobil van itu, ia sempat terkejut kala melihat seorang pria dengan pakaian serba hitam dan juga masker. Kewaspadaannya kini mulai menngkat, pria itu mendekat kearah sasya.

Tangan pria itu terulur untuk memegang lengan sasya, dengan sigap ia memelintir tangan pria itu. Untung saja ayahnya memberikan sedikit ilmu bela diri untuk dikuasainya, hanya untuk berjaga jaga saja.
Seperti kejadian yg dialaminya sekarang.

Namun, terjadi pertarungan yg sengit antara mereka berdua. Sasya salah, ia kira pria misterius itu tak bisa bela diri. Dan sekarang mereka berdua sudah terengah engah, dengan nafas yg tersenggal senggal.

"siapa kau?! Apa yg kau inginkan?"

"aku hanya ingin menjemput anakku, tak kusangka akan dapat kejutan seperti ini."

"anak? Apa kau yakin? Disini sudah sepi, lebih baik kau pergi saja."

"apa kau yakin?" pria itu melirik kearah arka yg tengah tertidur pulas.

Dengan cepat sasya berlari kearah arka, namun ia terlambat pria misterius itu kini sudah ada disampikng arka.

Perlahan pria itu membuka masker serta topi yg ia pakai, sasya semakin terkejut kala melihat wajah pria misterius itu.

"kan bener! Klo mau nyulik anak tuh ya beneran dikit dong! Balikin gk arka!"geram sasya.

"masa gk kenal sama gua?!" batin pria misterius.

"balikin gk!"

Pria itu mendengus sebal, ia sebal karna wajah tampannya tidak dikenali.

Teriakan sasya membangu kan arka dari tidurnya, arka nulai mengerjap ngerjapkan matanya .

"buna.."

"sayang, sini ikut buna yuk"

"apaan! Gk ini anak saya!"

"heh! Tuh mulut belim pernah ngerasain gua cabein juga tuh!"

Arka yg sadar berada digendongan seorang pria, ia mendongak ke atas.

"ayahhh, alka kangen"

Sasya semakin terkejut kala mendengar ucapan yg terlontar dari mulut arka, otaknya seperti berhenti sesaat.

"sama, ayah juga akangen arka."

"j-jadi..."

"kenapa? Kaget? Mangkanya jangan sok tau! "julid sekali bapak anak satu ini

"saya alexander daniel  pradipta ayah dari
arka juventus pradipta. Permisi"

Alexander daniel pradipta, lebih sering dikenal dengan nama panggung kim daniel. Ia merupakan nodel sekaligus aktor, wajahnya yg tampan mampu dengan mudah menembus kaca perfilm-an hollywod. Aktingnya juga diakui oleh banyak orang, bahkan ia sering dijuluki pangeran berkuda dari negri gingseng.

Jangan salah, alex ini merupakan aktor asal korea selatan. Namun, keluarganya memilih untuk pindah ke indonesia serta membawa cucu kesayangannya. Mungkin ini sebabnya sasya tak dapat mengenali wajah tampan alex, karna ia tak terlalu paham dengan film/ drama asal korea.







"kapan glowing? Tenang saja, jika memang sudah jodoh. Pasti dia akan menerima apapun keadaan kita, jangan pernah tertekan karna hanya penampilan fisik. Kamu cantik kok,  jangan dengarkan omongan orang lain. Mereka seperti itu, mungkin karna ada masalah yg tidak bisa di ceritakan kepada orang lain, jadi mereka melampiaskannya padamu. Tapi, apa kalian tau? Orang yg membully itu lebih menderita dari apa yg kita lihat. Jadi, harus kuat! Hanya itu kuncinya. "



Haihai......

Balik lagi kan gua? Pada syock?  B aja kaliii,  gua tau kaloan kangen..

Tau gk?! Tugas gua banyak anjim! Kan males klo gutu ceritanya, mana pada numpuks lagi. Ada yg sama kek gua?  Ohhh tentu saja banyak.

Jangan lupa VOTE! COMMENT!  Tengyu yg udaj mampireu....

Iya tau gua maksa, jan pada julid nape

my husband is idolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang