Bab 1

90 6 0
                                    

Seorang gadis berusia 19 tahun yang tiga bulan lalu telah lulus sekolah menengah atas akhirnya akan di terima bekerja di perusahaan milik presenter TV idolanya.

"Yass.. akhirnya aku akan bekerja, dan lihat saja si para mulut busuk akan terjahit sendiri." Penantian panjang nya membuahkan hasil juga.

Dia tidak mempunyai pengalaman di bidang multimedia di perusahaan milik idolanya itu. Tapi setelah lulus menghabiskan beberapa bulan ia belajar tentang bidang multimedia agar bisa segera bekerja.

Sungguh dirinya sudah muak dengan keadaan keluarga nya penuh dengan racun yang ia rasakan sehari hari, kadang juga jarang telinga nya mendengar.

Tapi perkataan busuk yang keluar dari keluarganya itu sangat sering melukai perasaan nya. Terutama keluarga kakak laki-laki nya beserta istrinya memiliki mulut yang sangat racun.

"Lihat saja sebentar lagi akan ku buktikan." Gumamnya teguh menguatkan hatinya.

Kalian kalau menjadi gadis sepertinya apa tidak merasakan sakit juga? Akan ku beritahu kata kata apa saja yang keluar dari mulut ibu, saudara, serta kakak ipar ularnya.

Gadis ini bernama Kanara Angelina, yang setiap malamnya berusaha menampik ucapan kotor agar menguatkan mentalnya.

Dari sang ibu. Ibu Kanara memang baik bahkan juga sabar, namun yang membuatnya kecewa adalah perkataan yang menyakitinya sama saja seperti anggota keluarga yang lain.

'Kau itu memang anak nakal.' kata ibunya yang padahal dirinya hanya tidak makan sekali saja.

'Kau selalu saja main dan main tak tahu rumah.' lagi. Padahal dirinya hanya bermain di tetangga sebelah, astaga.

'Sesekali bantu ibu memasak agar kau tau bagaimana ibu memasak dengan repot agar anaknya tidak kelaparan.' paham sekali bagaimana rasanya jika sudah susah-susah memasak namun tak di sentuh.

Tetapi Kanara memang menghindar agar tidak mendapat perkataan sakit hati. Kalian sendiri sudah mau berusaha membantu, tapi hanya melakukan kesalahan sedikit saja sudah di maki-maki.

'Kau memang tidak kasihan kepada orang tua.' perkataan inilah yang paling ia benci. Bagaimana ada seorang anak yang tidak kasihan kepada orang tuanya.

Perkataan terakhir sangat sering ia dapatkan dari mulut ibunya, kakak lelaki pertama beserta istrinya. Sangat biadab!

Sedangkan Kanara saja membeli keperluan sekolah, kebutuhan skincare, dan membeli kuota data saja mengumpulkan uang saku. Bahkan saat istirahat dirinya lebih memilih memakan kotak bekalnya dari pada membeli jajanan seperti teman-teman nya.

Berbeda dengan ayahnya. Ayahnya itu bisa dikatakan baik tapi tidak sepenuhnya benar, ayah Kanara sering sekali berbohong agar tidak disalahkan oleh keluarga nya. Dan lagi-lagi yang kena getahnya siapa lagi kalau bukan dirinya yang disalahkan.

Menurut keluarga nya perkataan mereka hanya biasa, tetapi beda lagi di pikirannya. Kanara saja sama sekali tidak pernah berpacaran seperti temannya, main pun jarang kalau tidak ada teman yang mengajak nya keluar.

Kalian tau rasanya menangis dikamar pojok tanpa ada kata mutiara yang menenangkan hatinya yang terluka. Pernah juga ia mencoba membuka diri bercerita kepada ibunya, dan apa responnya seperti biasa tidak perduli sama sekali.

Sudahlah, sudah saatnya ia menjalankan tujuan utamanya, dan mengenyahkan sakit hatinya yang terdalam atas cemoohan keluarga nya sendiri.

Miris memang Kanara yang selalu memakai muka dua di luar sana menghadapi orang orang yang sok pintar menilai dirinya tanpa tahu menahu rasa sakitnya.

RELATIONSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang