Episode: 1

1.5K 92 20
                                    

Bangkok One morning...

Seorang pria muda berperawakan tinggi dengan paras yang sangat imut dan cenderung cantik berjalan perlahan menyusuri kompleks perumahan cukup elite di kawasan kota Bangkok sembari mendorong sebuah kereta bayi. Beberapa kali ia menoleh ke kanan  kirinya demi memastikan bahwa tidak ada orang yang memperhatikannya. Jelas saja, di jam segini yang bisa dibilang masih terlalu pagi untuk beraktivitas, kawasan itu masih sangat sepi. Hal itu memudahkan pria imut itu untuk melaksanakan niatnya. Angin pagi di musim hujan menerpanya pelan, membuatnya bergidik. Sejenak ia menghentikan langkahnya untuk merapatkan jaket dan membenahi lilitan syal di lehernya. Ia mengecek keadaan si bayi mungil yang masih tampak pulas dalam tidurnya yang damai, seakan tidak menyadari apa yang akan dilakukan oleh orang yang kini tengah mendorong kereta bayinya itu.

Setelah tiba di depan tempat yang ia tuju sejak awal, pria imut itu berhenti dan menatap ke arah sebuah rumah yang terbilang cukup mewah di depannya. Ia menghela nafas sejenak sebelum beranjak dan berlutut di depan kereta bayi itu.

"Baby, maaf ya. Aku terpaksa melakukan ini. Kelak, kau harus jaga dirimu baik  baik. Aku pasti akan segera menjemputmu. Tapi untuk sementara, kau akan tinggal di sini. Kau tidak akan marah padaku, kan?" gumam pria imut itu sembari mengelus lembut pipi chubby bayi laki-laki di dalam stroller berwarna hitam itu.

Ia menghela nafas sekali lagi, kemudian segera berdiri dan berbalik mendekati pintu pagar rumah itu. Kemudian, dengan agak ragu, ia memencet bel rumah itu. Karena tidak yakin bahwa penghuni rumah itu akan bangun dengan hanya mendengar suara bel sekali, maka ia memutuskan untuk memencet bel itu hingga lima kali. -_-'

Setelah memastikan bahwa penghuni rumah itu akan secepatnya keluar, maka ia pun memutuskan untuk segera beranjak dari tempat itu. Tapi, ia sengaja berhenti dan bersembunyi di balik sebuah dinding di belokan jalan yang masih bisa memberinya view cukup jelas ke arah rumah itu. Ia menunggu dengan cemas sembari menghitung mundur dalam hati. Tepat di hitungan ke-satu, pintu pagar rumah itu terbuka disusul dengan munculnya sesosok pria seumurannya berpostur tinggi atletis dengan wajah bangun tidurnya yang sama sekali tidak mengurangi ketampanan alami yang dimilikinya.

Pria imut itu menghela nafas lega. Kemudian ia melirik jam tangannya dan melebarkan matanya kaget.

"Mati aku! Aku hampir terlambat! Isshh~~~" omelnya. Kemudian ia segera beranjak dari tempatnya bersembunyi dan berlari menuju halte bus di dekat kawasan perumahan itu.

In other side...

Seorang pria bertubuh tegap dan atletis menengok ke kanan  kirinya sembari mengusap - usap matanya yang baru terbuka separuh. Jelas sekali terlihat adanya kebingungan di wajah tampannya. Ia menggaruk - garuk belakang kepalanya bingung. Tadi jelas ia mendengar suara belum rumah dibunyikan berulang - ulang tapi kenapa tidak ada orang sama sekali di depan rumahnya ini. Iseng sekali pagi - pagi sudah mengerjai orang, pikirnya.

Kemudian ia pun berniat untuk kembali ke dalam rumah demi melanjutkan tidurnya yang terganggu. Namun saat ia hendak berbalik masuk ke dalam rumah, barulah tatapannya menangkap ada yang ganjil di depan rumahnya. Ia mengerutkan dahinya mengamati sebuah benda yang terdiam (??) di depan pagar rumahnya itu. Dengan ragu, ia mendekati benda itu dan mengintip apa yang ada di dalamnya.

Deegg!!

Ia nyaris kehilangan keseimbangannya dan terduduk di aspal saking kagetnya saat melihat bahwa yang ada di dalam benda itu adalah seorang bayi laki-laki lucu dan menggemaskan sedang tertidur nyenyak. Pria itu kembali mengamati benda di hadapannya tersebut dan barulah ia sadar, bahwa benda itu adalah sebuah kereta bayi. -_-'

Pria itu kembali menoleh ke sekelilingnya, berusaha mencari si empunya kereta bayi plus bayi yang sedang tidur di dalamnya itu. Tapi, ia tidak mendapati adanya tanda  tanda kehidupan lain di sekitarnya selain ia dan bayi itu sendiri. Pria itu menegakkan posisi berdirinya dan hendak beranjak masuk ke dalam rumahnya. Ia memutuskan untuk membiarkan bayi itu tetap di tempatnya, karena ia berpikir, pasti ibu si bayi itu masih ada urusan sebentar dan pasti akan kembali, pria itu meyakinkan dirinya sendiri. Tepat saat itu, semilir angin berhembus dan menjatuhkan selembar kertas terlipat yang sejak tadi ada bersama bayi itu. Beruntung pria itu melihat dan segera memungutnya. Ia membolak  balikkan lipatan kertas tersebut sejenak, kemudian membuka lipatannya. Ternyata sebuah surat. Ia pun membaca surat itu dengan cermat dan hati  hati.

One Baby, Three Dads..??? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang