Valentine (3)

49 5 0
                                    

Musim semi. Dimana warga di kota Oletus berlalu-lalang seperti biasa menjalani aktivitas. Ada seorang pria berumur 32 tahun atau mungkin lebih(?) sedang menikmati secangkir kopi favoritenya di sebuah kafe yang sekarang menjadi tempat singgah dikala penat untuk melihat sang pujaan hati

Ya. Sang pujaan hati. Wanita yang umurnya juga kurang lebih sama dengan pria tersebut sedang melayani pelanggan kafe dengan sigap. Tangannya yang gesit menyiapkan pesanan, senyumnya yang ramah saat melayani pelanggan. Sungguh membuat hati damai dan tentram

Jose Baden. Nama pria itu. Sudah sekitar 3 bulan ia selalu ke kafe itu jika sedang jam istirahat dikantornya ataupun saat pulang kerja. Hanya untuk memandang pujaan hatinya walau hanya sebentar saja

Semua berawal dari setelah pulang dari dinas kerja di luar kota, ia diajak oleh rekan kerja nya, yakni Kevin dan Murro untuk minum disebuah kafe tak jauh dari kantor mereka. Sebenarnya ia sudah tau ada kafe di dekat kantornya, tetapi ia tidak tertarik meminum minuman kafe.

Saat mereka minum, tidak sengaja dia dengan wanita yang merupakan pelayan kafe tersebut bertabrakan sehingga minuman yang ia bawa tercecer mengenai baju kantor Jose. Wanita itu menyesal meminta maaf berkali-kali. Jose sempat terdiam kala melihat wajah wanita itu. Jantungnya berdegup kencang dan wajahnya sedikit terasa panas, padahal di dalam kafe dingin. Wanita itu terlihat panik saat Jose tidak menanggapi permintaan maaf darinya. Sampai akhirnya ia tersadar. Mereka berdua melakukan negoisasi, dan Jose memberikan kartu namanya ke wanita tersebut jikalau wanita itu ingin mengganti rugi

Ini lah masa pendekatan. Berhubung esok hari adalah hari valentine, Jose berniat mengajak wanita yang esok hari akan menyandang sebagai 'kekasih' nya. Jose sangat percaya diri wanitanya itu akan menerima pernyataan cinta nya

"Lho, ku kira kau sudah pulang" ucap wanita itu sesaat sambil membereskan meja yang berada di sebelah Jose

"Hahaha.. Hari ini waktu luangku lebih banyak, jadi aku akan menghabiskan waktu disini"balas Jose

"Jadi, ada apa gerangan kau ingin menghabiskan waktu luangmu disini?"

"Karena ada yang ingin ku bicarakan padamu. Tapi nanti setelah kau selesai bekerja" wanita itu menyatukan jari telunjuk dengan ibu jarinya seperti membentuk huruf 'o' mendakan isyarat 'ok'. Lalu ia melanjutkan pekerjaannya
.
.
.
"Maaf!! Apa aku terlambat??" Sapa wanita itu kepada Jose sambil terengah-engah

"Tidak. Kau tepat waktu. Aku juga baru sampai" Jose tersenyun lalu menepuk pucuk kepala wanita itu dengan lembut. Wanita itu tersipu malu dengan perlakuan Jose kepadanya

"Sudah jam 2 siang. Ayo kita jalan" ajaknya sambil menggandeng tangan wanita itu

Pertama-tama mereka berjalan menyusuri setiap toko di dalam mall. Entah apa yang ingin dibeli, namun hanya dengan melihat itu sudah lebih dari cukup untuk memanjakan mata mereka. Mereka lebih memilih melihatnya saja karena barang-barang tersebut walaupun bagus, akan tetapi belum begitu diperlukan

"Jose, mau bertaruh denganku?"

"Bertaruh apa?"

"Kita bermain game di arcade. Yang kalah harus menuruti permintaan dari yang menang. Setuju?" Tantang wanita itu

"Boleh saja" Jose menerima tantangan dari partnernya itu. Lalu mereka menuju arcade yang berada di dalam mall dan melaksanakan tantangan tersebut

—Skip time

"Ku akui, kau boleh juga. Point kita imbang saat ini. Penentuan terakhir. Bagaimana, kalau kita lomba makan mie dengan porsi jumbo?  Gini-gini belum ada yang mengalahkanku lomba makan"

"Silahkan. Lagipula kita sekalian makan malam" mereka berdua memutuskan ke restoran favorite kesukaan wanita itu. Setelah pesanan datang. Awalnya berjalan dengan lancar. Jose menikmati makanan tersebut dengan khidmat. Tetapi tidak dengan seseorang yang berada di depannya tersebut. Sudah mangkuk ke-5 dan terlihat sepertinya dia sudah hampir kekenyangan. Sedangkan Jose? Ia masih memakan dengan perlahan di mangkuk ke-6. Setelah selesai, wanita didepannya menyerah, dengan menghabiskan 6 mangkuk, dan Jose menghabiskan 8 mangkuk

"Ahhh.. Kenyang sekali. Baru kali ini aku menemukan orang yang bisa mengalahkanku. Baiklah... Kau menang" ujar wanita itu sambil menopangkan dagunya dengan tangan sebelah kiri sembari melihat Jose yang sedang mengelap mulutnya dengan tissue

"Karena aku menang. Mari kita ke taman"

"Eh? Itu saja?" Wanita itu terkejut. Jose hanya membalas dengan anggukan dan ia bangkit menuju kasir untuk membayar makanan

"Seharusnya aku saja yang bayar, kenapa kau yang bayar?" Mereka berdua kini sedang berjalan di taman. Suasana malam hari, dengan di temani cahaya lampu taman menerangi jalan setapak itu

"Tidak masalah. Itu bukan seberapa" balas Jose dengan santai. Wanita itu berjalan duluan menuju vending machine yang tidak jauh dari mereka. Wanita itu membeli dua kaleng bir dan memberikannya kepada Jose saat pria itu menghampirinya. Mereka pun mencari bangku taman terdekat dan duduk disana

Hening

Tidak ada yang bersuara. Hanya semilir angin malam dan suara seruput dari bir yang di minum

"Jadi..." Mereka berdua membuka suara bersamaan. Setelahnya mereka terkekeh

"Kau dulu..." Tawar wanita itu. Jose menarik nafasnya. Menetralkan rasa gugup di dalam dirinya

"Malam ini, bintang yang terlihat di tengah kota. Aku biasanya memang suka melihat bintang. Tetapi, entah mengapa saat aku melihat bintang hari ini rasanya berbeda dari yang biasanya" Jose berdiri membelakangi wanita itu sambil menatap langit yang bertaburan bintang

"Kau tau kenapa? Karena aku melihatnya saat ini bersama dengan orang yang kusukai" Jose berbalik memandangi wanita itu yang masih terdiam. Dia cukup syok dengan pernyataan dari Jose yang begitu tiba-tiba. Jose tersenyum lalu mengulurkan tangannya

"Demi Bourbon. Maukah kau menjadi kekasihku di hari valentine ini?" Wanita bernama Demi Bourbon itu menyambut uluran tangan Jose dengan senang hati. Dengan wajah yang memerah, anggap saja ia mabuk karena habis meminum bir. Tapi bukan Demi namanya kalau dia tidak tahan hanya meminum setenggak bir. Jose langsung memeluk Demi dengan erat

"Jika kau ingin bertunangan pun tak apa. Aku akan membeli cincinnya esok, yang penting saat ini aku sudah menjadi milikku lebih awal" Demi tertawa mendengar ucapan Jose

"Ya apapun itu, tuan Jose" tanpa aba-aba, Demi langsung mencium bibir Jose. Jose terkejut wanita nya itu sangat bar-bar rupanya. Namun ia cukup senang, ini lah partner yang ia cari. Simpel, blak-blakan, tidak malu, berani, cantik dan dewasa. Jose pun membalas ciuman Demi. Yang awalnya hanya ciuman yang lembut, berubah menjadi ciuman yang sedikit bergairah

Mereka melepaskan ciuman mereka sekedar untuk menghirup pasokan oksigen. Wajah mereka kini sudah sangat merah seperti tomat. Tapi setelahnya mereka tertawa lepas. Menggenggam tangan satu sama lain. Berjalan meninggalkan taman yang menjadi saksi bisu awalnya kisah cinta mereka dimulai
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Fin

Identity V Random StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang