Valentine (1)

128 10 0
                                    

Seorang gadis berjalan menyusuri jalanan kota dengan damai. Ini pertama kali nya ia keluar dari rumah. Maksudnya memang selama ini gadis itu tidak pernah keluar rumah selain halaman belakangnya. Karena larangan dari kedua orang tua nya yang tidak memperbolehkan ia pergi keluar dari rumah

Ia cukup terpukau dengan kota yang sedang ia pijak saat ini. Keindahan pemandangan kota seperti ini rupanya, pikirnya. Melly Pliny. Nama gadis itu yang menyukai buku dan serangga. Serangga? Bukankah perempuan paling anti dengan serangga? Tentu saja tidak. Buktinya Melly adalah salah satu dari sekian wanita yang menyukai serangga. Terlebih lebah. Entah ia kenapa begitu tertarik dengan lebah. Tidak ada yang tahu isi pikirannya

Bugh!!

"Aaawww!!"

"A-aahh!! Maaf!! Apa kau tidak apa-apa?" Seorang lelaki berbadan besar sedang membawa setumpuk kardus mengharuskan dirinya menaruh kardus di jalan alih-alih menolong perempuan yang baru saja ia tabrak dengan tidak sengaja. Ia mengulurkan tangannya ke pada Melly, dan gadis itu pun membalas uluran tangan lelaki itu

"Maaf aku tidak melihatmu"

"Tidak apa-apa... Lu..chino.. Kau seorang dokter?" Pria bernama Luchino itu seketika melihat name tag yang berada di snelli lab nya

"Bukan. Aku seorang ilmuwan. Aku menyukai reptil. Dan nona? Kalau boleh tau nama nona siapa?"

"Panggil aku Melly saja. Ah kau menyukai reptil? Aku menyukai serangga. Sepertinya kita cocok" ucap Melly sembari tertawa yang membuat wajah Luchino saat itu juga terasa panas

"Ini baru pertama kali nya aku keluar dari rumah. Lebih tepatnya ke kota. Apa aku boleh membantumu?" Tawar Melly. Luchino mengangguk lalu memberikan kardus yang lebih ringan ke Melly. Mereka berdua berjalan sambil mengobrol, sampai tak terasa mereka sudah sampai di lab tempat Luchino bereksperimen

"Wahhh... Banyak sekali reptil-reptil disini" Luchino terkekeh melihat Melly yang menatap Glass Box satu persatu dengan berbinar

"Kau orang pertama yang mengunjungi lab ku"

"Oh? Apakah sebelumnya memang tidak ada yg ke lab mu?"

"Lebih tepatnya seperti aku melarang siapapun untuk masuk ke wilayah teritorialku" Melly mengangguk paham

"Ah, apakah kamu sedang luang saat ini?"

"Ya. Lumayan. Kenapa?"

"Aku mau ke toko buku. Aku ingin mencari buku tentang serangga. Apa kau mau pergi ke toko buku bersamaku? Sekaligus kita makan siang?"

"Boleh saja" Luchino menerima ajakan Melly. Dan, Ya. Saat ini mereka berada di toko buku, mencari buku yang Melly perlukan

"Apa sudah ketemu buku yang kau cari?" Melly hanya menggelengkan kepalanya dan masih tetap mencari. Luchino yang hanya ikut-ikut iseng membaca buku tentang reptil yang ia temukan di salah satu rak tadi pun membawanya sambil menemani Melly

'Wahhh.. aku menemukannya. Tetapi kenapa harus ada di rak atas!?' batin Melly menggerutu. Ia pun mulai berusaha mengambilnya. Jinjit maupun loncat-loncat. Padahal ada Luchino yang jaraknya tidak jauh dari dia. Dan dia mau repot-repot untuk jinjit serta loncat-loncat untuk mengambil buku yang berada di rak atas

"Awasss!!" Luchino yang melihat Melly hampir berhasil menggapai buku itu, tapi buku tersebut tersenggol sehingga jatuh dan mengenai tubuh Luchino sebagai tameng agar kepala Melly tidak terluka akibat buku tersebut

"Kenapa kau tidak bilang padaku kalau kau mau buku itu?! Aku kan bisa ambilkan untukmu!" Omel Luchino sambil melihat perempuan di depannya tersebut. Ia baru sadar kalau ternyata Melly lebih pendek dari yang ia perkirakan sebelumnya. Bukan. Bukan pendek. Tetapi mungil. Dari dekat Melly terlihat mungil di mata pria itu

Melly yang sadar bahwa dirinya saat ini sedang di kabedon, menutup wajahnya yang sudah memerah seperti tomat. Luchino tersadar dengan tingkah Melly yang tetiba menutup wajahnya kini gelagapan sambil menggaruk tengkuknya

"M-maaf... Jika sudah ketemu ayo bayar, lalu kita makan siang" Luchino berjalan menuju kasir duluan. Sedangkan Melly masih terdiam berusaha untuk menetralkan jantungnya yang sudah jedag-jedug tidak karuan

'Aku baru pertama kali merasakan hal ini' batin mereka berdua menjerit
.
.
.
.
Kini mereka sedang menikmati hidangan pesanan mereka masing-masing yang berada di atas meja dalam diam. Tidak ada yang membuka suara semenjak insiden di toko buku tadi. Awkward. Itulah yang mereka rasakan

"Ekhem.. Maaf, tidak seharusnya aku membentakmu tadi" Luchino membuka suara sembari meletakkan garpu dan sendok di piring

"Tidak apa. Itu salahku juga. Seharusnya aku tadi meminta bantuanmu untuk mengambil buku. Terimakasih sudah menolongku" Melly tersenyum penuh arti

Luchino terpana dengan senyuman Melly. Jantungnya berdegup dengan kencang. Ia juga merasakan wajahnya panas saat ini. Apa aku sedang sakit? Pikirnya

"Hari ini aku melihat di toko kudapan manis banyak promosi. Apa kau suka?" Tanya Luchino mengganti topik

"Aku suka kudapan manis. Itu biasanya sebagai pendamping saat aku sedang membaca buku sembari meminum teh

"Kalau begitu ayo kita kesana" Luchino pun mengulurkan tangannya dan menarik tangan Melly

"Promo spesial untuk kalian yang beli bersama pasangan kalian!! Khusus hari ini saja kudapan manis menu terbaru!! Ayo jangan sampai terlewat!!!"

"Ahh... Tidak bisa ya.." raut wajah Melly berubah menjadi sendu saat mendengar seller kudapan manis yang menjadi menu baru

"Permisi, saya pesan 5 ya. Saya disini datang bersama pasangan saya" Luchino langsung memesan tanpa persetujuan dari Melly. Tidak lama pesanan Luchino telah siap

"Ini"

"Eh?"

"Kudapan manis untukmu" Luchino menyodorkan kantung coklat berisi kudapan manis kesukaan Melly sembari melihat kearah lain guna menetralkan perasaannya

"Terimakasih Luchino!! Aku pasti akan menggantinya nanti!!" Melly pun tanpa sadar langsung memeluk Luchino

"S-sama-sama. K-kau tak perlu menggantinya" ucap pria itu tergagap. Luchino mengelus kepala Melly dengan hati-hati dan lembut

"K-kalau begitu. Ayo kita pulang" ajaknya

"Apa besok aku boleh mengunjungi lab mu lagi??" Tanya Melly sembari melepaskan pelukannya

"Tentu saja. Kau boleh datang mengunjungi lab ku kapan saja" Luchino menggenggam tangan Melly. Dan temtu saja Melly membalas genggaman tangan Luchino

Akhirnya di sore itu, mereka pulang sambil menggenggam tangan bersamaan. Tanpa mereka sadari, benih-benih cinta di hari itu berbuah manis di dalam diri mereka. Saling menyukai satu sama lain saat pandangan pertama mereka bertemu

'Mungkin seperti ini lebih baik, karena baru awal. Lain kali kita akan saing mencintai satu sama lain'
.
.
.
.
.
.
.
.
Fin

Identity V Random StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang