Perkara Sabun

255 17 8
                                    

Pagi hari menyambut Manor Oletus, dimana sebuah rumah tempat tinggal para makhluk-makhluk nan absurd berkumpul. Seharusnya keadaan manor itu damai dan tentram di kala pagi itu. Namun, hal itu tidak bertahan lama. Dikarenakan salah satu penghuni manor tersebut datang ke ruang utama sambil marah-marah dan memencak-mencakkan kakinya

"KAN GUE UDAH BILANG, JANGAN PAKE SABUN GUE. SIAPA YANG MAKE SABUN GUE, HAH?!" Teriak laki-laki dengan tudung berwarna hijau. Orang-orang yang berada di ruang utama pun menengok ke arah laki-laki tersebut

"Berisik woy! Gaperlu tereak kan bisa"

"Bacod lu, Wil! Heh- botak. Lu ya yang make sabun gue banyak-banyak?!" Tuduh laki-laki betudung hijau sambil menunjuk pria paruh baya(?) yang sedang menyesap kopinya dengan khidmat

"Naib, ga sopan berbicara sama yang lebih tua darimu dengan begitu" ujar mbak-mbak dengan kulit seputih porselen

"Mbak Mary kok ngebela si botak sih?"

"Mbak gak ngebela dia kok, mbak hanya bilang jangan berbicara seperti itu kepada yang lebih tua darimu"

"Bahkan gue belom ngomong aja udah dituduh bocah" ucap pria yang dituduh oleh laki-laki dengan tudung hijau bernama Naib sambil menaruh cangkir kopinya ke meja dan menyilangkan kakinya

"Ya emang siapa lagi kalo bukan lu, Jack! Mengingat kerjaannya lu selalu ngabisin sabun temen-temen disini, padahal udah dikasih sama pemilik manor buat kita sendiri-sendiri. Sabun lu emang kemana? Kalo abis ya beli, jan pake sabun orang!"

"Kata siapa gue make sabun lu.  Mending lu nanya aja ke temen-temen sengklek lu. Diantara temen-temen lu ada salah satu yang make sabun lu, lu cium aje mereka satu-satu noh harum bener lewat di mari beberapa menit yang lalu. Tanya mbak Mary" Mary mengangguk membenarkan perkataan Jack

"See?? Mbak Mary gapernah bohong"

"Ck,, kurang ajar" geram Naib menggertakan giginya lalu meninggalkan Mary dan Jack begitu saja tanpa pamit

"Padahal kalo emang gue pake sabunnya dia, seharusnya dia bisa nyium kalo gue tuh wangi" tutur Jack saat melihat Naib pergi menjauh

"Yahh, seharusnya begitu. Namanya anak kecil. Maklumi saja, emosi mereka masih labil" balas Mary yang sedang bercermin sambil menata rambutnya. Jack menghela nafas. Sejak kapan Naib kesayangannya itu bisa sekurang ajar itu padanya
.
.
.
.
.
.
.
Brakkk!!!

"Apasih anjir, dateng-dateng tuh ketok pintu! Bukan dobrak pintu! Rusak nanti pintu kamar gue, subodoh!!" Hardik pemilik kamar ketika pintu kamarnya didobrak paksa oleh Naib. Naib yang melihat kumpulan temannya sedang bermain kartu uno tanpa mengajaknya pun semakin jengkel

"Siapa yang make sabun gue, hah?!"

Hening.

1 menit

2 menit

Tidak ada jawaban. Naib pun bertanya ulang dengan penuh penekanan

"U-uhh.. M-pfhmm!!"

"Kami tidak tahu, Naib" balas lelaki berambut pirang, Mike sambil menarik masker temannya lalu melepaskannya. Sehingga pemuda pemilik masker tersebut mengaduh kesakitan akibat jepretan maskernya yang ditarik. Naib pun berjalan mendekati mereka

"Kenapa kalian menjawabnya lama? Kalian menyembunyikan sesuatu?"

"Tidak ada Naib" balas lelaki dengan topi lilin kesayangannya, Norton. Naib menatap ke empat temannya itu dengan curiga. Lalu dia berjalan mendekat dan dia mencium aroma yang dia kenal

"Hmm.. Gue mencium wangi sabun gue" Naib menatap ke empat temannya dengan tajam

'Oh Shit!' batin mereka berempat. Akhirnya mereka berdiri didepan Naib lalu sujud

Identity V Random StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang