Pergi

1.3K 134 43
                                    


Bandara, adalah tempat di mana pesawat lepas landas dan mendarat, tempat di mana perpisahan terjadi antara yang akan pergi menaiki pesawat dan menunggu seseorang keluar dari pesawat dengan selamat.

Di sinilah sebuah keluarga kecil sedang saling melepaskan rindu dengan pulukan dan kecupan kasih sayang. Keluarga ini adalah keluarga kecil dari pasangan Amato dan Mara, dengan 3 anak mereka Halilintar, Taufan, dan Gempa.

Suasana hangat setelah melepas rasa rindu menjadi hening dan dingin. Amato yang menyadari suasana canggung ini akhirnya mencairkan suasana "Semoga kalian semakin dewasa dan berdikari dengan perginya ayah dan ibu selama 2 bulan ini ya"

"Hn" Hali yang mendengar kata - kata ayahnya hanya memberikan tatapan dinginnya dan tampang datar khas halilintar.

Namun di dalam hati Hali, ia merasa takut. Jika orang tuanya pergi selama 2 bulan, artinya mereka akan kembali pada bulan Maret, bulan yang paling ia benci sekaligus bulan kelahirannya.

"Hua!! Ayah dan ibu, mengapa meninggalkan Taufan dengan 2 saudara laknat bin aneh ini. Tapi Kak Hali aja sih, Gempa masih waras kok" Ucap Taufan membuyarkan pikiran Hali yang memikirkan nasibnya di bulan maret.

Gempa yang mendengarkan kembarannya mengoceh tidak jelas hanya memasang wajah datar dengan sedikit senyum risih, mengingat Taufan yang mengatakan dirinya laknat bin aneh. Tapi sebagai adik, Gempa harus tahan perangai kakaknya yang menurutnya telalu bar - bar dan sifatnya terlalu humoris

Karena malas memandang wajah Taufan yang cengengesan tidak jelas, pandangan Gempa akhirnya tertuju pada kakak sulungnya yang melamun memandang kedua orang tuanya yang sedang bermanja dengan Taufan.

"Kak Hali, apa yang kau pikirkan kak? Jangan bilang kakakku yang tsundere ini sedih" Gempa menggoda Hali dengan sedikit dengan senyuman ramahnya.

Hali yang melihat Gempa manggodanya hanya mendengus kasar "Tidak! Aku tidak apa - apa, dan siapa yang kau bilang tsundere? Aku tidak tsundere" Setelah mengucapkan itu, Hali membuang mukanya yang sedikit memerah.

Amato yang tau apa yang di pikirkan Hali, akhirnya memutuskan mengajak Hali ke suatu tempat. "Hali, ayo ikut ayah sebentar. Ada yang ingin ayah bicarakan denganmu"

"Hn, baik ayah" Jawab Hali dan mengekori Amato dari belakang.

Mara yang melihat itu hanya menghela napas pelan dan matanya tertuju pada si kembar yang sedang kebingungan dengan perilaku ayah dan kakaknya. Mara akhirnya berinisiatif untuk mengajak kedua putranya untuk membeli makanan sambil menghabiskan waktu bersama sebelum pesawat mereka date land atau lepas landas.


























Tepat pukul 17.30, Pesawat Amato dan Mara telah lepas landas. Sekarang Hali, Taufan, dan Gempa sedang berada di dalam mobil mereka dengan Hali yang berada di kursi mengemudi. Sore ini cukup cerah, di sepanjang perjalanan tidak ada satupun yang berbicara dan hanyut dalam pikiran masing - masing.

"Kak? Apa yang kau bicarakan dengan ayah tadi. Mengapa ayah tidak mengajak kami berdua?" Tanya Taufan memecah keheningan, ia hanya melirik kakak sulungnya untuk mendapat jawaban atas pertanyaan yang dia belikan.

"Ayah hanya berpesan supaya aku bisa menjaga kalian dengan baik dan menuruh kalian agar tidak manja. Dia bilang BERDIKARI teross!" Jawaban Hali malah membuat Taufan mencibir, sedangkan Gempa hanya terkekeh pelan. Gempa sebenarnya sedikit janggal dengan jawaban Hali yang menurutnya tidak mungkin, tapi Gempa hanya mengiyakannya dan kembali larut dalam kegiatannya membaca buku.

Hali memandang dari kaca spion di tengah mobil, ia melirik melihat kedua adiknya yang sibuk dengan kegiatan gabutz mereka. Hali kembali menghela napas besar dan lebih menurunkan lidah topinya, dan hampir menutupi seluruh wajah bagian atasnya, tapi sedikit iya naikan, karena ia tidak mau ada gelud di jalanan beraspal yang berujung kecelakaan.

"Maaf, aku telah membohongi kalian" Lirih Hali sedikit melirik pada tas yang di berikan ayahnya saat berbicara 4 mata.




Plasfback perbincangan di bandara

"Apa yang ayah ingin bicarakan" Tanya Hali dengan tangannya yang berpeluk tubuh dan menyandar pada dinding bangunan.

Amato yang melihat tingkah anaknya hanya menghela napas "Bagaimana keadaan matamu, apakah masih perih saat kau menangis? Ayah takut kejadian itu terjadi lagi" Ucap Amato membuat Hali sedikit tersentak tapi kembali ke ekspresinya semula.

"Mataku baik - baik saja, karena selama ini tidak ada yang membuatku sedih dan softlens ini juga tetap membuat mataku kering, jadi tidak perlu khawatir yah" Ucap Hali dengan nada datar dan wajah yang sama datarnya, tadi di dalam dirinya dia merasa aneh dengan pertanyaan ayahnya yang berhubungan dengan tragedi yang membuat ia trauma dan phobia akan sesuatu

"Kau tau Hali, ayah hanya takut. Kau tidak ingin memberitahu Taufan den Gempa?" Tanya Amato lagi

"Aku tidak akan bilang pada mereka, itu adalah aib terbesarku. Tapi aku tidak janji akan memberitahu mereka ayah, menceritakannya sama dengan membuatku merasakan kembali tragedi itu" Jawab Hali sedikit lirih tapi tetap mempertahankan wajah datarnya.

Amato mengerti keadaan anak sulungnya saat ini, walau Halilintar adalah anaknya yang paling pemberani, ia tau Hali mempunyai sesuatu yang paling ia takuti, hingga membuat kata pemberani yang merujuk pada dirinya hancur "Tenang Hali, ayah tidak menuruhmu menceritakan itu."

"Hn, aku percaya padamu Hali. Jaga Taufan dan Gempa baik - baik. Dan bawa ini" Tambah Amato sambil memberikan sebuah koper kecil pada Hali yang ia keluarkan dari tas ransel yang ia gendong

Karena bingung, setelah menerima koper kecil tersebut, Hali langsung membuka koper kecil tersebut.

Alangkah terkejutnya Hali saat melihat isi koper itu

"Ini softlens dan obat penghilang rasa perih pada mata?" Tanya Hali dan menutup kembali koper kecil miliknya

"Ya, gunakan sebaik - baiknya. Jangan biarkan matamu rusak Hali" Ujar Amato

"Ayo kembali ke tempat adik dan ibumu, pesawatnya akan dateland 30 menit lagi " Tambah Amato lagi sambil melihat arloji miliknya dan berjalan perlahan meninggalkna Hali yang masih mematung sambil menggenggam koper kecil tadi

Plasfback off


























Sesampainya di rumah, jam sudah menunjukan pukul 21. 00, artinya sudah malam. Mereka bertiga memasuki ruang tamu, Gempa langsung menuju dapur, Taufan langsung menuju kamar kecil karena kebelet, dan Hali bersama dengan koper kecil langsung menuju kamar.


Di kamar, Hali duduk di ranjangnya sambil memandang koper kecil di meja kecil samping lemari bajunya. Ia mengusap wajahnya kasar, dan akhirnya memutuskan untuk berdiri dan menatap cermin. Hali menatap Matanya yang sedikit aneh dari mata manusia pada umumnya, beberapa detik sudah ia memandang mata merah rubynya. Terdengar suara dari bawah yang membuatnya berhenti untuk memandang cermin.

"Kak Hali! Ayo makan malam baru tidur, nanti sakit" Bentak Gempa dari bawah

Hali hanya bisa menghela napas "Baik Gem, aku turun sekarang"






































Hoammmmm...Ngantuk njir, di Bali ini jam 02.33, tapi aku dah biasa bergadang sampai jam 3 kok, sesuai janji aku sudah up chap 1. Silahkan di baca dan hayati, maaf jika banyak typo dan ceritanya gaje

Tinggalkan jejak kalian di sini dengan cara vote dan komen y


Salam Author :

~Adnyana~

~My Globophobia~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang