Pedofil

1K 122 42
                                    


"HUAAAAAAAA!!!!!!"














Terdengar suara teriakan dari lantai atas, dan terlihat 2 orang sama wajah terlihat tergesa naik ke atas untuk melihat apa yang terjadi

"Kak Hali, nggak papa kan? Udah 5 kali loh kita naik turun liatin kakak terus. Mana kakak nambah pucet lagi" Ucap Taufan yang masih terengah - engah karena berlari

Gempa pun menimpali "Iya kak, kalau ada yang salah kami bisa nganter kakak ke rumah sakit untuk periksa kok. Mata kakak juga masih agar berair gitu kan."

"Gua nggak papa kok, kalian turun aja. Dan jangan isi embel - embel ngajak ke rumah sakit ya, kalian tau kan gua benci ke sana" Jawab Hali dengan dingin, walau wajahnya yang sekarang sudah seperti kertas kusut.

Taufan dan Gempa hanya menggelengkan kepalanya pelan, tanda mereka tidak mengerti apa yang sebenarnya ada di otak Kakak Merah mereka ini.

Kalian pasti bertanya - tanya?

Mengapa mereka bisa ada di rumah, walau sekarang jam dinding masih menunjukan pukul 11.00? Nah itu karena Gempa yang memiliki kekhatiran tingkat emak - emak meminta izin kepada guru untuk mengajak Kakaknya pulang untuk istirahat dan ia akan menjaganya di rumah.

Sedangkan si Taufan?

Ya, dia ngikut aja pulang. Katanya nggak enak semua saudaranya di rumah tapi dia malah belajar di sekolah, kan nggak adil. Tapi sebenernya Taufan bisa ikut pulang itu karena ia merengek sama Gempa, alasannya sih mau itu jagaan kakak kesayangan mereka. Tapi akhirnya berakhir dengan kegiatan di sofa depan televisi dengan keripik kentang :v

Ok, lanjut ke story

Setelah sedikit saling ceramah, Gempa yang pusing dengan keadaan memutuskan untuk keluar kamar, di ikuti oleh Taufan di belakang

Tapi sebelum sepenuhnya keluar dari kamar, Hali yang sedang duduk di ranjang memanggil mereka berdua.

"Kalian? Gua sedikit mengingat kejadian yang tadi"

Taufan dan Gempa langsung mematung di tempat, tanpa ba bi bu langsung melihat ke arah kakak tertua mereka

"Seriusan dah inget? Tadi kayaknya dah kaya orang yang anemia deh, eh amnesia maksudnya :)"

"Njir Fan, gua serius" Ketus Hali ketika mendengar perkataan adik birunya

Merasakan aura Hali yang menghitam, Gempa pun menimpali "Kak Hali dah inget kan, mau cerita? Gempa cemas soalnya..Hehe"

Hali sedikit menghela napas, dan menguatkan diri untuk mengeluarkan kata - katanya

"Balon"

"Ha? Apa? Bolong?" Jawab Taufan cepat

"Maksud Kak Hali itu balon Kak Fan" Memperbaiki kesalahan sang kakak birunya, Gempa sedikit percaya bahwa sang kakak bisa di sebut budeg. Buktinya dia lebih dekat dengan Kak Hali, tapi tidak mendengar apa yang di katakannya.

"Hehe, okok. Ngomong - ngomong kenapa balon kak? Jangan bilang kakak masih phobia sama benda itu?" Taufan memiringkan kepalanya sejenak mengingat - ingat bahwa sejak kecil Hali memang takut dengan benda itu, tapi masa sampai sekarang sih.

"Hn"

"Hn itu maksudnya ya apa nggak sih? Dingin amat"

"Hn"

"Hialah, bodo amatlah gua. Gem silahkan atasi ini"

Taufan menatap kakaknya dengan tajam, kesal. Tadi dia yang ingin bercerita, tapi sekarang kaya orang nantang gelud.

"Gemgem mulu. Okelah, Kak Hali kasi tau aja yang kakak inget, kami nggak maksa kok" Sudah pasrah akhirnya Gempa turun tangan untuk keadaan ini

Hening dan dingin, situasi pembicaraan kali ini merujuk pada Halilintar yang masih diam menunduk, menggenggam selimutnya erat, ia memberanikan diri untuk bicara

"Gua inget liat om - om senyum pedofil bawa balon sebelum gua pingsan."

"What?!"

"Nani?!"

"Kalian mikirin yang aneh - aneh, gua tendang keluar"

Seakan jantung berhenti berdetak, Taufan dan Gempa menutup mulut berusaha agar tidak tertawa.

"Bruuuhhhh..m.Hahahahahahah...Pedofil, njirlah "

"Hahaaha...Kak Hali, kerasukan apa sih kok ngomongnya nyelantur sih. Aneh - aneh aja deh"

Hali diam memandang mereka tertawa lepas. Dia menunduk lebih dalam

"Udahlah, kalian pasti berpikir ini sebuah lawakan bukan? Maaf, ini nyata. Gua nggak ngelawak" Seakan suasana hati yang berubah, Hali memutuskan untuk membaringkan dirinya dan berhenti untuk bicara.

Taufan dan Gempa yang melihat tingkah sang kakak akhirnya berhenti tertawa dan ikut mengheningkan diri.

"Maaf kak, aku kelepasan ketawa. Segitu aja kan ceritanya? Aku mau ke luar dulu, ada janji sama Blaze."

"Hn"

"Hemmm...Maaf kak, aku nggak ngerti apa yang kakak ceritain ke kita. Tapi aku ngerti kok, kakak sekarang lagi banyak pikiran. Jadi, kakak istirahat dulu ya. Gempa mau lanjut masak, nanti Gempa dengerin cerita kakak lagi"

"Hn"

Mendengar jawaban singkat dari sang kakak, Taufan dan Gempa saling pandang. Mereka salah tertawa di situasu ini. Sekarang mereka berdua malah membuat mood sang kakak lebih menurun lagi.

Setelah lama berdiam diri, akhirnya mereka turun ke bawah dan membiarkan Hali istirahat.

Tak lama mereka pergi, Hali bangun dari baringannya menuju cermin yang melekat di lemarinya, memandang matanya yang sedikit berair.

Beralih menuju meja belajar, Hali mengambil koper kecil yang ayahnya berikan. Membukanya dan mengambil 2 buah benda kecil bening dan rapuh, mengganti yang melekat pada matanya lalu mengganti yang baru.

"Entah, gua benci kalau situasi kaya gini. Benci karna mengingat kejadian itu sehingga gua mendapat luka ini"

"Gua tidak benci karena kalian tidak mengerti apa yang gua ceritain"

"Tapi, gua benci menyembunyikan fakta tentang diriku sendiri, bahwa gua ini...."






































"Buta"

































HUAAAAAAA!!!!MAKIN GAJE AJA NI BOOK. APA KABAR SEMUANYA, SEMOGA SEHAT SELALU YA. BTW, MAAF YA BARU SEMPET UP SEKARANG. WALAU YANA DAH SELESAI UJIAN, TAPI YANA BELUM TENTU BISA DAPET SEKOLAH DENGAN CEPAT LO, NYARI SEKOLAH ITU GAMPANG, TAPI DAFTAR SEKOLAHNYA YANG SUSAH TVT

MUNGKIN YANA AKAN SLOW UP SEPERTI INI TERUS, TAPI KALAU ADA WAKTU LUANG AKAN YANA SEMPETIN UP KOK.

WALAU DAPET FREE JUGA, YANA KADANG KALA NGGAK MOOD ATAU MENGALAMI WRITE BOOK, ATAU BAHKAN IDE YANG SUDAH ADA TIBA - TIBA MENGHILANG TANPA JEJAK. JADI MOHOM MAAFKAN YA.

JADI SEGITU DULU UNTUK KALI INI, SEMOGA KALIAN TERHIBUR YA ><

SAMPAI JUMPA LAIN WAKTU KAWAN



SALAM HANGAT

~ADNYANAYA~

~My Globophobia~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang