Apa Yang Terjadi?

978 122 41
                                    


"Morning Gledek!"

Seorang dengan seragam rompi berwarna Ungu tua di lengkapi dengan jaket yang selalu menggantung di pinggangnya berjalan santai dengan gaya coolnya menuju sang empu yang menahan sebal terhadap panggilan yang di berikan.

"Hn, namaku Halilintar, Landak!" Sedikit membentak tapi datar, Hali membalas pemuda dengan name tag Fang itu.

Fang sedikit mendengus kesal "Fang! Bukan landak. Aku orang yang tampan, kenapa di samakan dengan landak hah?!"

"Namaku bukan Gledek juga kan?" Seakan tidak terima, Hali kembali memutar balikkan kata - kata.

"Cish, ok aku yang salah. Aku selalu salah, kau selalu menang Halilintar Strom. Pujaan wanita yang pintar lagikan hensem, tapi henseman gua, bau mint setiap hari, rajin menabung dan tidak pernah sombong." Nada bicara Fang semakin tinggi tapi di buat dengan sedikit merayu.

Hali yang jijik dan risih dengan Fang, berjalan menjauh dari Fang yang sibuk mengoceh tidak jelas. Kondisi Hali masih buruk saat ini, ia tak ingin ketika keadaan seperti ini ia masuk BK karena membanting Fang saat kesabarannya habis.

Sesampainya Hali di kelas, ia di sambut dengan suara cempreng dari sang rival lainnya. Tanpa ba, bi, bu Hali memasuki kelasnya tanpa suara dab di ikuti oleh Fang yang setia mengoceh dari belakang.

"Hai Guys, Solar Light yang tampan ini telah menunggu kalian sangat lama. Mengapa kalian lambat sekali, apakah kalian berdandan agar bisa menyaingi ketampananku yang haqiqi ini?" Seorang mengenakan jaket berwarna silver dengan kacamata kaca mata berbentuk visor yang selalu menempel pada matanya, menghampiri Hali dan Fang. Ia selalu setia dengan hp yang selalu pada mode kamera.

"Hih, siapa juga yang dandan alay, gua dah hensem dari lahir. Bang Kaizo aja kalah, apalagi lo Bensin" Seakan tidak terima akan ucapan sahabat putihnya, Fang membalas ucapan Solar dengan menekan kata 'Dandan'

Solar hanya mendengus lagi melirik pada Hali yang dari tadi hanya menyimak pertengkaran mereka berdua. Solar dapat melihat teman merahnya yang terlihat berbeda. Dari segi penampilan memang tidak ada yang salah, tapi Solar merasa aneh saat melihat wajah Hali yang sedikit pucat dan mata rubynya yang sedikit mengeluarkan lendir. Ya lendir, bukan air mata.

Penasaran dengan teman tsunderenya ini, Solar mendekati Hali yang juga memandangnya. Hali tak tinggal diam, ia langsung sedikit menjauh karena tahu apa yang akan Solar lakukan.

"Loe nggak Papa Hali? Muka loe udah kaya mayat, dan loe nangis kah? Ngapa ada air di ekor mata loe?" Karena Hali yang sedikit menjauh, Solar pun berhenti mendekat, tapi pandangan tidak pernah lepas dari muka Hali yang masih ia selidiki.

Hali yang mendengar semua pertanyaan Solar, merasa bingung untuk menjawabnya "Gua nggak papa, tenang aja. Air mata? Owh, ini tadi keluar karna debu"

Sebenarnya Solar tidak begitu percaya dengan jawaban yang Hali berikan, tapi ia tak mau bertanya lagi, atau itu akan membuat Hali semakin merasa terpojok. Karena Solar sudah mengetahui semua karakter yang Hali miliki.


















Jam pelajaran pertama di mulai, Hali masih menjaga matanya agar tetap terbuka untuk menangkap semua catatan fisika yang ada di papan tulis. Ia bukan mengantuk, tapi ia merasakan kornea matanya yang kian kaku dan susah untuk di gerakan untuk melirik sekitar, belum lama merasa kaku, masalahnya di tambah dengan rasa perih pada ekor matanya di sertai dengan mengalirnya lendir berwarna bening layaknya air mata.

Matanya semakin memberat, kepalanya akhirnya terkena dampak dari masalah yang terjadi pada matanya. Mencoba beberapa kali berkedip, itu membuat matanya semakin banyak mengeluarkan lendir bening. Tanpa sepengetahuan guru, Hali mengeluarkan sebuah koper kecil yang ayahnya berikan, ia menggerogoh isi koper, dan mengambil sebuah botol kecil dengan atap botol yang sedikit berbentuk kerucut. Itu adalah obat tetes mata. Sebelum Hali meneteskan cairan itu, ia membersihkan matanya dengan tissue yang tersedia di koper.

Merasa lebih baik dari sebelumnya, Hali menaruh kembali koper tersebut di dalam tasnya dan melanjutkan mendengarkan materi yang guru sampaikan.

Tapi, kegiatan Hali tadi dapat di rekam oleh seorang gadis muslimah dengan hijab pink dan bross bunga sebagai pelengkapnya. Ia selalu memperhatikan Hali dari jauh, dan ia merasa aneh dengan apa yang Hali lakukan tadi, karena baru kali ini Hali melalukan sesuatu kecuali menulis di jam pelajaran.

"Kau kenapa Hali?"




















Setelah istirahat dengan kedua adiknya di kantin, Hali kembali melakukan pembelajaran, tapi tidak di dalam kelas, melainkan di laboratorium.

Semua siswa bersemangat berjalan menuju lab, terlebih lagi Solar yang sangat menyukai eksperimen, tanpa aba - aba, ia sudah mendahului yang lain untuk ke sana.

Saat berada di tengah lab, Hali sudah mencium masalah. Ia merasakan firasat buruk saat memasuki lab, tapi ia membuang jauh - jauh perasaan itu dan memutuskan untuk menunggu guru di tengah lab

"Apa yang aku takutkan saat ini?"

























Satu jam kemudian

Yaya dan Ying tergesa - gesa untuk mencari sebuah ruangan kelas. Beberapa menit setelah lama mereka berlari, akhirnya mereka menemukan ruangan yang mereka cari.

'Tok...Tok..Tok'

"Ada yang bisa ibu bantu nak?" Sahut seorang guru perempuan dengan senyuman hangat

"Permisi bu, boleh kami bertemu dengan Taufan Wind dan Gempa Earth" Tanpa membuang waktu, Ying langsung memberikan alasan mengapa ia ke sana.

Ibu guru yang seakan mengerti apa yang Ying dan Yaya inginkan, langsung memanggil Taufan dan Gempa.

"Mengapa kalian mencari kami, Kak Yaya dan Kak Ying? Ada yang bisa kami bantu? Apa ada yang terjadi pada kakak kami?" Gempa memecahkan keadaan dengan beberapa pertanyaan dan pertanyaan terakhir itulah yang membuat Yaya kembali kejadian yang menimpa Halilintar di lab tadi.

"Taufan, Gempa. Tidak ada yang perlu kalian bantu, tapi ini tentang Hali" Ying masih dengan perasaan campur aduk langsung menjawab pertanyaan dari Gempa.

Taufan dan Gempa saling pandang kemudian mencoba mencerna apa yang Ying katakan tadi.

"Apa yang terjadi pada kak Hali?" Taufan sekarang angkat bicara karena semakin penasaran akan apa yang terjadi.

"Halilintar tak sadarkan diri di lab" Dengan menundukan kepala, Yaya menjawab pertanyaan yang di lontarnya Taufan.

Seketika kedua kembar itu membulatkan mata mereka. Kaget dengan apa yang Yaya sampaikan, sekarang perasaan khawatir mulai menghantui mereka.








"Apa?!"
















































Yey, aku up lagi. Silahkan di baca dan hayati. Maaf jika ceritanya semakin gaje dan garing😂😂😂. Terima kasih karena telah berkunjung, jangan lupa tinggalkan jejak ya....




Salam Author :

~Adnyana~

~My Globophobia~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang