0.4 ➹

35 6 13
                                    

Malam ini, Jung-kook akan menutup kafenya lebih awal ketimbang malam lainnya. Ada hal yang harus dia kerjakan bersama kakak laki-lakinya, Jeon Jung-hyun. Setiap malam memang Jung-kook yang selalu menutup kafe miliknya sendiri. Bukan karena tidak percaya pada pekerja di sana, tetapi itu sudah menjadi kebiasaannya sedari dulu. Selain hari ini, biasanya kafe tutup sekitar pukul 23.00.

Lonceng kecil berbunyi ketika Jung-kook mendorong pintu masuk ke dalam kafe. Untungnya karena bukan akhir pekan, pelanggan yang datang tak begitu banyak sehingga ia lebih mudah untuk tutup lebih awal. Segeralah ia melangkah menuju kasir dan memberi tahu bahwa mereka akan tutup lebih cepat. "Tolong beri tahu yang lain kalau kafe akan segera tutup, aku ada urusan."

Perempuan yang menjaga kasir mengangguk dan tersenyum sopan, lantas pergi ke dapur dan untuk menginfokan yang lain.

Jung-kook membalikkan sisi papan kayu tipis yang mulanya bertuliskan "open" menjadi "close", tinggal menunggu tiga-empat pelanggan yang masih duduk bersantai ria selesai. Setengah jam berlalu, pelanggan yang ditunggunya pun sudah pergi semua, waktunya membereskan kursi dan meja.

Di saat pria itu ikut membantu seorang pekerja membereskan kursi dan meja, sementara pekerja lain membersihkan bagian dapur dan sampah, matanya menangkap seseorang di pojok kanan ruangan tersebut. Ada seorang perempuan yang sepertinya tertidur dan ia pun baru menyadari kehadiran orang itu. Jung-kook mengira semua pelanggan sudah minggat, bagaimana ia dapat melewati perempuan satu ini?

Jung-kook terburu-buru menyelesaikan bagiannya dan dengan langkah pasti menghampiri perempuan yang tertidur tersebut. Siapa dia? Sepertinya Jung-kook tak mengenalinya. Ditariknya sebuah kursi di hadapan perempuan itu dan duduk di sana. Ia mendadak bimbang antara harus membangunkannya atau tidak. Barangkali perempuan itu bangun sendiri sebentar lagi, akan malu jika dibangunkan. Baiklah, ia akan menunggu sejenak.

"Semua sudah beres. Kita bisa... keuyoja nuguyeyo?* " tanya seorang pekerja yang mendatangi Jung-kook di meja pojok kanan, sudah siap menutup kafe dan pulang bersama pekerja lain.

//3* keuyoja nuguyeyo? : siapa perempuan itu? //

"Ah, dia tertidur, aku akan segera membangunkannya. kalian pulang saja dulu," pintanya tersenyum.

"Baik." Tiga pekerja yang membantu mengurus kafenya pun keluar untuk lekas pulang ke rumah masing-masing. Kini, tersisa dirinya dan perempuan di depannya.

2 menit... 3 menit... Oke, mungkin Jung-kook harus membangunkannya. Menghembuskan napas kecil. Ia mengulurkan tangan menepuk pelan lengannya. Butuh beberapa tepukan untuk perempuan itu bangun.

Terdengar suara keluhan orang bangun tidur. Jung-kook mencoba mendekat beberapa senti untuk memberitahu bahwa toko sudah tutup. Saat akan membuka suara, betapa kagetnya Jung-kook karena perempuan di depannya bangun dari posisi tidurnya tadi secara tiba-tiba. Tak hanya Jung-kook saja yang terkejut, tetapi perempuan itu sama terkejutnya melihatnya.

Dengan cepat laki-laki itu mengubah ekspresi wajahnya yang kaget menjadi senyuman ramah, walaupun sedikit terlihat kikuk. Baru saja Jung-kook mencoba untuk berbicara, tetapi terpotong lagi oleh gerakan perempuan itu yang mendadak bangun berdiri lantas mengangguk sebentar dan keluar dari kafe dengan buru-buru.

Jung-kook mengerjapkan mata sebentar, lalu menoleh ke luar kafe yang hanya dihalangi oleh kaca tembus pandang, melihat perempuan itu yang masih terbirit-birit. Sekilas, tadi saat perempuan itu masih di hadapan, mukanya terlihat merah. "Sepertinya dia sangat malu karena ketiduran."

Ia harus segera menemui kakaknya. Berdiri, merapikan dua kursi yang masih tersisa. Tak sengaja Jung-kook melihat sepasang AirPods di meja yang perempuan tadi singgah. Pasti milik perempuan itu. Untung aku yang menemukannya, mengapa ia ceroboh sekali? batinnya dalam hati.

Tanpa berpikir dua kali, lelaki yang mengenakan mantel berwarna coklat memasukkan sepasang itu ke dalam saku celananya. Mematikan sisa lampu yang masih bercahaya. Melangkahkan kaki dengan pasti menuju pintu utama kafe, keluar. Tunggu, jika dipikir-pikir sepertinya Jung-kook pernah melihat wanita itu, wajahnya seperti tidak asing.

Ah... bukankah dia yang tadi siang? Ya, tidak salah lagi terkanya dalam hati. Ia terlihat sedikit berbeda. Tadi siang ketika Jung-kook membantu—dan menabraknya, dandanannya tidak setebal dan sedewasa tadi. Tapi, atau hanya perasaannya saja? Lagi pula ia sendiri juga tidak mengerti dunia tentang make-up. Lantas mengangkat bahu tidak tahu.

Setelah memastikan pintu sudah terkunci dengan benar, Jung-kook menghampiri motor yang kira-kira serupa dengan scoopy lalu dikendarainya pergi.

Jung-kook bukanlah dari keluarga kaya-raya apalagi konglomerat. Walaupun keluarganya tak pernah mengeluh akan beras habis atau stok makanan yang menipis, karena itu selalu tercukupi. Sejauh ini hidupnya damai-damai saja, tidak ada kesulitan yang berarti hingga detik ini. Ia hanya mengusahakan sesuatu yang ingin dia lakukan. Sesudah tamat sekolah tanpa melanjutkan perguruan tinggi, dengan hasil kerja part-time dan dukungan kedua orang tua serta orang sekitar, ia berhasil membangun sebuah kafe yang selalu menjadi kebanggaannya satu setengah tahun silam.

Ia anak yang patuh terhadap orang tua dan kakak laki-lakinya. Begitu peduli terhadap orang-orang dalam kehidupannya. Santun tutur katanya dan sopan perbuatannya. Semua itu berkat didikan dari keluarga dan lingkungan. Bahkan, Jung-kook tidak minum alkohol ataupun merokok, tak seperti kakaknya. Dan satu lagi yang tak boleh terlewatkan, bahwa ia sangatlah tampan, sungguh. Apa kalian setuju? Ya, harus.

Sejak umurnya masih dini, ia sudah diajarkan kemandirian. Oleh karena itu, sampai umurnya yang akan menuju 23, Jung-kook lebih suka mengerjakan suatu hal sendiri. Dan fakta lainnya adalah ia pintar menggambar dan membuat lagu yang menjadi bagian dari hobinya juga.

Ini sudah bukan batas wajar, Jung-kook nyaris mendekati kata "sempurna".

Tapi, dibalik semua itu, Jung-kook adalah pria yang polos. Ia mudah percaya akan suatu hal atau orang lain. Bahasa kasarnya, ia mudah dibodohi. Oleh karena itu, kedua orang tua yang sudah tahu betul wataknya satu ini, sering sekali merasa khawatir.

Mengesampingkan semua hal itu, Jung-kook masih lajang. Ia hanya pernah berpacaran dua kali hingga usianya saat ini. Mantan pacar yang pertama meninggalkannya karena alasan membosankan dan mantan pacar kedua alasannya karena Jung-kook tidak mau diajak "tidur" dan dia pernah menguras sedikit banyak hasil uang dari part-time Jung-kook.

Iya, kau tidak salah baca, Jung-kook yang ditinggalkan. Malang sekali, bagaimana kedua perempuan itu dapat meninggalkan orang sebaik dan setampan dia?

Mengetuk sebentar lantas membuka pintu kamar milik Jung-hyun, kakak laki-lakinya. Terlihat seseorang sedang fokus di balik layar komputer yang menyala menyinari wajah pengguna karena cahayanya. Lampu kamar dibiarkan padam dan jendela yang terbuka mempersilakan udara malam masuk.

"Hyung!* " panggil Jung-kook kepada Jung-hyun yang lebih tua 4 tahun darinya, berumur 27 tahun.

//4* Hyung : sebutan kakak laki-laki (disebut oleh pria)//

"Oh, kau sudah datang."

➹➹➹

Annyeong yeorobun~
Ini tidak banyak ㅠㅠ
Tolong vote dan komennya~
Hope you enjoy it🌹

Annyeong yeorobun~Ini tidak banyak ㅠㅠTolong vote dan komennya~Hope you enjoy it🌹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KISS UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang