CDO 3

68.5K 6.3K 38
                                    


Bab tiga (Fitting Layaknya Pengantin)

Hari ini adalah H-2 sebelum hari-H, di rumah Zea sedang sibuk-sibuknya orang serta orang-orang dari WO-nya tengah menghias halaman dan area dalam rumah. Zea juga ikut bantu-bantu mbak-mbak dari WO.

Zea senang dibolehkan ikut menghias seperti ini. Apalagi kalau bantu orang WO seperti ini setiap kegiatannya akan di foto dan ini yang paling penting, Zea akan dapat foto candid-nya.

Tak lama Denia tiba-tiba datang. "Mbak, saya pinjam anak saya dulu, ya," izinnya dengan nada candaan.

Mbak-mbak dan mas-mas WO-nya tertawa. "Iya, Buk. Bawa aja kasian tuh, udah batu dari tadi," ujar salah satunya.

Setelah itu Denia pergi dengan Zea yang mengikuti dari belakang. Sampai di kamar Zea, Denia berkata, "Kamu temenin Om Nalen fitting baju, ya Sayang," pinta Denia.

"Kok aku, Ma? Kan, bisa sama pacarnya," ujar Zea malas, Zea memang tidak mau kalau suruh menyebut Fira dengan namanya atau Mbak atau Tante, pasti pacarnya om.

"Si Fira udah duluan sama orang tuanya katanya. Dia juga harus perawatan sebelum nikahan."

Zea memutar bola matanya malas. Melihat reaksi anaknya Denia tertawa, wanita itu tahu jika anaknya tidak menyukai Fira karena tingkah lakunya yang kerap membuat keduanya tak pernah akur.

"Udah nggak papa, sekalian kamu coba gaun buat di acaranya nanti," kata Denia membuat Zea berbinar.

"Aku juga dapat?!" seru Zea senang.

"Dapat dong! Masa buat anak Mama yang cantik ini nggak dapat," ujar Denia sambil tertawa geli.

"Oke, deh. Aku siap-siap dulu." Siapa yang tak senang jika akan mendapat baju baru coba? Apalagi Zea, dia suka dengan baju sejenis gaun seperti itu, apalagi gamis. Katanya bisa buat investasi kalau-kalau dirinya sudah benar-benar bisa istiqomah dalam berpakaian.

Sekarang Zea masih suka pakai celana, kerudungnya masih suka yang berpasmina. Tapi kan yang namanya belajar tidak harus goll langsung tertutup semua. Semua ada prosesnya tersendiri, 'mie instan yang katanya instan saja ada prosesnya untuk bisa matang, masa hijrah tidak'.

Setelah itu Denia keluar dan Zea bersiap-siap. Sebenarnya hanya ganti baju, cuci muka sama ganti kerudung saja, tidak perlu mandi karena tadi pagi dia sudah mandi. Toh, kalaupun tidak mandi dirinya juga cantik. Nggak percaya? Coba saja tanya Denia dan Ghali.

Saat keluar kamar, ternyata Nalen sudah berdiri di depan pintu kamarnya. Zea mengerutkan alisnya, berbalik menutup pintu kamar. Setelah itu, mengekor Nalen yang sudah berjalan mendahuluinya. Zea bingung. Omnya itu sebenarnya kenapa? Apa ada masalah diotaknya atau memiliki masalah dengannya?

Tapi, untuk point yang kedua sepertinya tidak, karena Zea tidak pernah merasa bersalah dengan Nalen. Justru laki-laki itu yang banyak memiliki salah dengannya.

Apa mungkin habis kejedot tembok?

Tapi, juga tidak mungkin, kalaupun kejedot tembok harusnya baru ini omnya itu bersikap aneh padanya. Bukan dari dulu-dulu. Kelihatannya memang iya, kalau otak omnya itu agak gesrek.

Nalen mengernyit heran, melihat Zea yang hanya diam berdiri di depan pintu mobil. Laki-laki itu mendengus memerhatikan mimik wajah Zea yang tiba-tiba berubah. Karena sudah lama menunggu dan Nalen jengah sendiri, dengan tak sabaran dia menekan klakson panjang.

Tiiiinn!!!

Zea terperanjat kaget. Perempuan itu menoleh kiri-kanan, linglung sesaat mencari dari arah mana klakson mobil itu. Padahal mobil ada di depannya.

Cinta Dari Omku (TERBIT)  - Tersedia Di Karyakarsa #RR1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang