CDO 4

68.5K 6.1K 101
                                    


Bab empat (Rezeki Tak Terduga)

Sepulangnya dari butik, Zea dan Nalen disambut dengan kedatangan Rafka dan Doni. Jujur kedatangan keduanya ini sedang tidak diharapkan sama sekali oleh Nalen. Buktinya sedari tadi, mobil baru masuk pekarangan rumah ketika netra gelap itu menangkap satu mobil yang familiar membuat decakan terus-terusan keluar.

Apalagi, ini!

"Zeaaaaaa!" Teriakan gembira siapa lagi kalau bukan Rafka, laki-laki yang mengaku-ngaku sebagai om tergantengnya Zea itu lari ke arah Zea. Tangan yang terbuka lebar, dengan gaya ala-ala slow mosion.

Hap!

Tubuh Zea tertarik kebelakang dan sepenuhnya tertutupi oleh tubuh tegap seseorang. Zea mendengus, tarikannya kasar sekali ya pemirsa. Zea saja sampai terlonjak karena fokus awalnya pada Rafka yang hendak memeluknya.

Zea juga berniat menghindar, cuma keduluan oleh tarikan orang tua itu, sebal sekali rasanya. Kepalanya coba Zea miringkan agar bisa melihat dari balik punggung Nalen, ya orang tua yang menariknya adalah Nalen. Zea tertawa melihat Rafka memeluk angin sambil menoleh ke sana-sini, yang dia duga mencari keberadaannya.

"Eh, Lo ngapain bambang!" Doni tertawa, "Sangking frustasinya nggak dapet cewek apa? Peluk-peluk apaan, angin?" tambahnya lagi.

Meski baru keluar rumah, Doni tahu apa yang sedang terjadi.

"Jahat, nih Zea ama Om ganteng," ujar Rafka mengerucutkan bibirnya, matanya masih mencari keberadaan Zea.

"Melek lo, melek! Ganteng diliat dari teropongnya upin-ipin? Muke kaya pantat panci ngomong ganteng." Doni menggeleng sembari bibirnya berdecak-decak.

"Pantat panci emak, lo. Orang udah mirip pangeran Arab gini." Tak mau kalah, Rafka mengelus-elus janggutnya seolah memiliki cambang di sana, ala-ala pangeran-pangeran Arab.

"Kalau udah kaya Pangeran Arab, Zea nggak bakal lari bego. Lagian mana ada pantat panci emak gue bisa seganteng Pangeran Arab." Doni merangkul pundak Rafka. "Mau tau nggak lo, pantat panci emak gue modelnya kaya apa?"

Sebenarnya malas tapi Rafka juga penasaran jadi ya dijawab saja, "Emang kaya apa?"

"Item bregadul-bregadul. Miriiip! Banget kaya muke lo. Hahaha!"

Nah, kan!

Pletak!

"Mana ada? Orang putih mulus gini dibilang item. Katarak, lo ya?"

"Heh! Mulus dari Hongkong? Ngaca dulu sono, liat janggut lo kriwul macam tiwul."

Zea yang sedari tadi menonton dibalik punggung tertawa berbahak. Lucu sekali mereka ini, dari ngenes tidak dapat cewek jadi ke pantat panci. Astagaa! Sudah dewasa pembahasannya masih saja begitu.

Ngakak, kaku!

"Kalau gue katarak, gue nggak bakal tau Zea di mana."

"Mana?" Spontan Rafka betanya, pasalnya Rafka sudah menghadap Doni dengan posisi membelakangi Nalen dan Zea, jadi tak tahu kemana perginya perempuan muda itu.

"Noh! Di sembunyiin pawangnya." Doni terkekeh.

Rafka memutar tubuhnya dan pandangannya jatuh ke perempuan yang mengintip dibalik celah antara pinggang dan tangan Nelan yang ditekuk.

"Pantess! Eh, Lan. Siniin Zea cantik, orang Om gantengnya lagi kangen."

Melihat Rafka yang mendekat, Nelan memelotokan matanya. Laki-laki itu berjalan mundur sehingga mau tak mau Zea juga mengikuti, dari pada terinjak kaki besar Nalen kan, ya.

Cinta Dari Omku (TERBIT)  - Tersedia Di Karyakarsa #RR1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang