"JUPE! Jupe! Kau tidak apa-apa, Jupe?"
Jupiter terkejap-kejap. Samar-samar dilihatnya muka kedua temannya, yang sedang memperhatikan dirinya.
Jupiter mendengus, lalu duduk. Dibersihkannya dulu mukanya yang penuh pasir, sebelum menjawab.
"Tentu saja aku tidak apa-apa," katanya. "Tapi itu bukan berarti bahwa aku tertolong oleh kenyataan bahwa kalian berdua jatuh menimpa aku. Di samping napasku terdesak ke luar, mukaku juga terbenam dalam pasir karenanya."
"Ia tidak apa-apa," kata Pete sambil nyengir. "Ia masih bisa mengoceh."
"Ya, aku mendengarnya," kata Bob. "Dan seperti biasa, ia berbuat seolah-olah kejadian tadi itu karena kesalahan kita. Padahal tubuhnya
yang berat itulah yang menyebabkan anak tangga dan sandaran patah. Lalu apa yang harus kita lakukan tadi? Melayang, supaya ia jangan sampai tertindih?"
Jupiter bangkit dengan pelan. Ditendanginya patahan-patahan papan yang berserakan di sekelilingnya. Salah-satu patahan itu dipungutnya, lalu diteliti. Ia membungkuk dan memungut sepotong lagi, lalu membandingkannya dengan patahan yang pertama. Ia mengangguk, seakan-akan puas.
"Penyataanmu itu tepat, Bob," kata Jupiter. "Berat badankulah yang menyebabkan anak tangga patah. Tapi aku cenderung menduga, patahnya bukan karena itu saja. Jenjang-jenjang ini kelihatannya bekas diapa- apakan sebelumnya, sehingga langsung patah jika ditekan sedikit saja.
Kedua patahan papan itu disodorkannya pada Bob dan Pete.
"Coba kalian perhatikan baik-baik! Sisi atas papan-papan itu pecah. Kalian lihat bahwa pecahannya tidak teratur? Sedang sisi bawahnya nampak lebih rata pecahnya. Nampaknya seperti sudah digergaji sebagian, sebelum kita menuruninya tadi."
Bob dan Pete memperhatikan kedua patahan itu dengan seksama.
"Mungkin kau benar," kata Bob setelah beberapa saat. "Tapi siapa yang tahu bahwa kita akan turun?"
"Ya, betul," kata Pete. "Itu kan gagasanmu sendiri, Jupe. Jika kita tadi tidak menuruni tangga, kecelakaan itu bisa dialami siapa saja di daerah sini. Selama ini kita baru bertemu dengan Mr. Carter, Mr. Allen, dan Mr. Shelby. Tapi pasti masih banyak lagi yang biasa turun-naik lewat tangga tadi.'
Ia menuding ke salah satu tempat di pantai.
"Tangga yang berikut, lumayan juga jauhnya. Sedang tangga yang lain, masih lebih jauh lagi. Jadi pasti cukup banyak yang biasa melewati tangga yang ini."
Jupiter mendesah. Patahan-patahan papan yang dipegangnya dicampakkan lagi ke pasir.
"Kita juga tidak memiliki perlengkapan untuk memeriksa papan-papan ini, untuk memastikan apakah memang digergaji atau tidak. Mungkin juga aku keliru menarik kesimpulan."
Pete dan Bob berpandang-pandangan. Jarang sekali Jupiter mau mengaku salah perkiraan, tentang apa saja.
Jupiter merapatkan bibirnya.
"Walau begitu kita tidak boleh membiarkan perhatian kita terpaling, karena kecelakaan di tangga tadi," katanya. "Tujuan kita turun tadi untuk memeriksa bidang pantai yang di sini serta liang gua, untuk mencari tanda-tanda tentang adanya naga. Kita selesaikan urusan itu sekarang."
Setelah itu Jupiter berjalan menuju ke tepi air, tanpa menoleh lagi.
"Pertama-tama kita mencari jejak dari tepi air, menuju ke liang gua. Makhluk yang menurut Mr. Allen dilihat olehnya, menuju ke arah sana."
Bob dan Pete menggabungkan diri. Bertiga mereka melangkah dengan lambat, menelusuri tepi air. Pantai yang luas itu kelihatannya lengang saat itu. Yang ada hanya beberapa ekor burung camar saja, yang
KAMU SEDANG MEMBACA
(13) TRIO DETEKTIF: MISTERI NAGA BATUK
Ficțiune științifico-fantasticăaneh memang, sejak kapan naga bisa batuk? ebook by Nurul Huda Kariem MR. foto by goodreads.com