BOB tidak bisa tidur enak malam itu. Padahal ia capek sekali, setelah mengalami rentetan kejadian mengerikan di dalam gua di Seaside. Tapi begitu matanya terpejam, ia langsung bermimpi dikejar-kejar naga besar yang menyembur-nyemburkan asap panas. Ia terbangun lagi, dengan jantung berdebar-debar. Setiap kali mata terpejam, setiap kali pula datang mimpi dikejar-kejar. Dalam mimpi terakhir, ia dan kedua temannya nyaris saja menjadi korban. Ia terbangun bersimbah keringat dingin. Badannya masih gemetar ketakutan.
Kini ada waktu baginya untuk merenungkan ucapan Jupiter, yang mengatakan bahwa makhluk yang menyeramkan itu bukan naga benar. Bob menggeleng-geleng. Tidak bisa dibayangkannya sesuatu yang lebih benar lagi.
Akhirnya ia terlelap kembali, dan baru bangun ketika ibunya memanggil- manggil, menyuruhnya sarapan. Bob mengenakan pakaian dengan gerakan lambat, sambil memikirkan kejadian yang dialami malam sebelumnya. Ia berusaha mengingat-ingat satu saat, waktu mana naga itu ternyata bukan naga tulen. Tapi ia terpaksa menyerah. Baginya, makhluk seram itu tetap naga tulen.
Wujudnya masih terbayang di mata, suaranya terngiang di telinga, dan baunya pun masih menusuk hidung. Naga palsu takkan mungkin bisa meninggalkan kesan begitu, pikirnya. Ah - mungkin Jupiter keliru!
Ketika Bob datang ke meja makan, ayahnya baru saja selesai sarapan. Mr. Andrews menganggukkan kepala ketika melihat Bob, lalu melirik arlojinya.
"Selamat pagi! Nah - kau asyik tadi malam, bersama teman-temanmu?" "Ya, Ayah," jawab Bob. "Bisa dibilang begitu."
Ayahnya meletakkan serbet ke meja, lalu berdiri.
"Baguslah, kalau begitu. O ya - aku tidak tahu apakah ini penting atau tidak, tapi kau kemarin kelihatannya tertarik pada riwayat terowongan kereta bawah tanah di Seaside. Ketika kau sudah pergi, barulah aku secara kebetulan teringat pada nama orang yang kehilangan hartanya, karena terlibat dalam pembangunannya."
"O ya?" tanya Bob. "Siapa nama orang itu, Ayah?" "Labron Carter."
"Carter?" Bob langsung teringat pada Mr. Carter, yang mereka jumpai kemarin. Laki-laki penaik darah, yang memiliki senapan buru kaliber besar.
"Ya, betul! Dan setelah Badan Perencana Kota Seaside menolak rancangannya untuk menjelmakan kota itu menjadi pusat pertetirahan seperti yang diidam-idamkannya, kesehatannya yang semula sangat baik, mengalami penurunan. Ia mulai sakit-sakitan. Hal itu, di samping kehilangan harta serta nama baik, ternyata merupakan beban yang
terlalu berat baginya. Ia melakukan tindakan nekat, menghabisi nyawanya sendiri."
"Kasihan! Apakah ia berkeluarga?" Mr. Andrews mengangguk.
"Istrinya meninggal dunia, tidak lama sesudah dia. Satu-satunya yang tinggal, hanya putra tunggalnya." Mr. Andrews berhenti sejenak. "Itu pun, kalau ia masih hidup," tambahnya kemudian. "Jangan lupa, kejadian itu sudah lebih dari setengah abad yang lalu."
Kemudian ia berangkat ke kantor surat kabar tempat ia bekerja. Bob menambahkan informasi yang baru diperoleh itu pada catatannya yang sudah ada sampai saat itu. Ia berpikir-pikir. Apa kiranya yang akan dikatakan Jupiter nanti, jika ia menyodorkan bukti-bukti dari pihaknya. Bukti bahwa seseorang yang tahu tentang terowongan yang dibangun sekitar lima puluh tahun, kini masih hidup. Seseorang dengan dendam dalam hatinya terhadap kota yang menyebabkan ayahnya patah hati.
Seseorang yang pemarah!
Bob tidak bisa membayangkan, dengan cara bagaimana Mr. Carter yang sekarang akan membalas dendam. Itu jika ia memang ingin melakukannya! Bob mengantungi catatannya, lalu bergegas pergi begitu selesai sarapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
(13) TRIO DETEKTIF: MISTERI NAGA BATUK
Fiksi Ilmiahaneh memang, sejak kapan naga bisa batuk? ebook by Nurul Huda Kariem MR. foto by goodreads.com