☆゚.*・。゚1. "deal" 🍂☆゚.*・。゚

28 5 8
                                    

Rabu, 17 februari
-ruang ekskul

"untuk sekarang kamu udah jauh lebih baik. Terus latihan ya? Rabu depan bapak tes lagi"

Senyumnya mengembang. Syukurlah. Tidak sia sia dia berlatih bermain harpa setiap pulang sekolah

Dia Dihadiahi tepuk tangan meriah dari teman temannya membuat orang yang tadi dipuji makin mengembangkan senyumnya.

Tapi dia yakin tidak semua orang di ruangan ini senang dengan kehadiran nya. Hati manusia tidak ada yang tau. Lain diluar lain di dalam. Bisa saja yang bertepuk tangan tadi memiliki iri di dalam hatinya. Bisa saja kan??

Tidak salah kan dia berfikir begitu?

Manusia adalah hal yang paling menakutkan di dunia ini!!

Gadis remaja tadi kembali duduk ke bangku miliknya sambil terus memeluk harpa mini hadiah dari neneknya, merasa tidak nyaman dengan semua tatapan manusia di ruangan ini.

Rasanya seperti ingin berteriak "KENAPA LO? SIRIK SAMA GUE?" tapi sepertinya harus ditelan jauh jauh pemikiran itu. Jangankan berteriak, menatap mata mereka saja dia sudah takut..

Tatapan jijik. Itu yang dia lihat.

"Dia itu ya, udah ngebunuh orang masih aja disini. Bisa bisanya ada manusia modelan kaya dia. Ck.ck. gue sih males ngeliat mukanya. Kalo gua jadi dia mending pindah sekolah atau keluar gitu. Udah miskin, Psikopat, Gatau malu, Haduh haduh"

Lagi dan lagi. Selalu seperti ini. Selalu saja dihina. Gadis tad- ah mari panggil dia dengan namanya saja. Galvyna rosery. Biasa dipanggil vina

Semua hinaan ini berawal dari adanya kasus "pembunuhan" Stefi azrani sang ratu Harpa disekolah. Sialnya vina lah yang melaporkan mayat itu. Dia yang sebenarnya adalah pelapor seketika terkenal disekolah sebagai "pelaku"

Entah siapa yang memulai berita hoax ini hingga menyebar ke seluruh sekolah. Keesokan harinya benar benar seperti mimpi buruk bagi Vina, dia di bully, dihina seperti sampah tak berguna di antara para anak anak orang kaya ini. Sekolahnya elite. Sangat. Vina masuk kesini berkat beasiswa dan bantuan dari sang paman.

Semakin tak tahan dengan hinaan di belakangnya, Vina keluar dari ruangan itu dengan mengepalkan tangannya. Dia juga membanting kursi yang tadi dia duduki. Tentu saja hal itu membuatnya langsung mendapat tatapan tak suka dari seluruh orang di dalam ruangan ekskul harpa

Tapi vina tidak peduli. Dia terus berjalan ke arah kelasnya yang sepi, kelas 12-3.

Dia mengunci kelasnya dari dalam dan duduk menyandar di pintu. Menenggelamkan kepalanya diantara kakinya yang ditekuk lalu menangis

"Bunda... Vina capek" isaknya pelan sambil terus memeluk kedua kakinya

Dia hanya lelah. Dijauhi teman, dihina, bahkan dituduh sebagai pembunuh. Jika kamu jadi Vina apa yang akan kamu lakukan?

"Hei"

Vina segera menoleh. Jantungnya berdetak kencang. Ini sudah hampir malam... Bukankan hanya dia sendiri disini??

Ditambah dengan gorden kelas yang tertutup rapat membuat Vina semakin ketakutan. Tangisnya langsung mereda beralih dengan rasa ketakutan yang hebat

"S-siapa?" Jantung Vina rasanya ingin meledak. Tolong selamatkan Vina..

Sosok tadi tertawa melihat Vina ketakutan, sangat lucu. "Malaikat maut hihihi"

Vina semakin takut.. hei ini tidak lucu... Dia ini paling takut dengan hantu dan semacamnya

"Eh eh kok nangis lagi"

Yup. Vina kembali menangis. Membuat sosok tadi merasa bersalah, hingga akhirnya dia keluar dari persembunyiannya dan menghampiri Vina

"udah dong nangis nya gue cuma bercanda"

"Gue manusia hey"

Vina mendongak menatap seorang manusia didepannya dengan kaki kanan yang ditekuk.

Cowok didepannya mengulurkan tangan "Gue Ragasfi arthala. Biasa dipanggil Rafi. Sayang juga boleh kok"

Boleh ga sih Vina jitak kepala orang di depannya ini? Baru kenal kok modusnya kebangetan!!

Walaupun setengah hati, Vina membalas uluran tangan didepannya
"Gue Galvyna rosery. Biasa dipanggil Vina. Oh kalo lo mau manggil gue sayang juga gapapa, mau pacaran sekarang juga gapapa"

Idih. Ternyata sama aja.

Rafi terkekeh geli. Dia kira Vina akan dingin atau mungkin menolaknya seperti kebanyakan siswi di sini. Akhirnya Rafi nemu orang yang sefrekuensi dengannya

"Kenapa lo disini? Kelas lo bukannya 12-6?" ucap Vina memulai pembicaraan. Dia juga mengubah gaya duduknya menjadi lebih nyaman. Mari memulai sesi gibah.

Cowok di depannya ini sedikit terkejut. "kok tau gue kelas 12-6? Guru guru aja gatau gue sebenernya kelas mana.. keseringan pindah pindah kelas sih jadinya gini.. gimana ya, gue tuh terlalu cepet bosen ada di satu ruangan selama sebulan. Makanya gue tuh sering pindah kelas, toh guru guru gabakal ada yang marahin gue"

Vina tersenyum, ternyata benar dugaannya. Dan juga, Rafi jauh lebih cerewet dari yang dia kira.

"Oh ya. Gue tau lo bukan pelakunya"

Vina mengangguk. Tidak merasa tersinggung juga tentang ini, dia juga sudah tidak percaya pada siapapun lagi disekolah ini. Semuanya Munafik.

"Mau cari bareng siapa pelakunya?"

"Kenapa?" Tanya Vina balik

"Gue tau lo butuh bantuan. Dan gue juga lagi mau cari tau tentang ini.. kenapa kita ga kerja sama aja?"

Vina tampak berfikir sebentar. Tidak buruk juga..

"Okey deal"

•°•°cloven🍂•°•°

EKHEM. Punten..ara balik setelah beberapa purnama menghilang:)

Ini cerita ke dua ara. kali ini jauh beda daripada cerita Quiescent^^

So.. hope you enjoy!!

cloven Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang